• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Berpakaian Mahasiswa

BAB IV PEMBAHASAN

A. Etika Berpakaian Mahasiswa

FISIP UNS juga sama seperti lembaga pendidikan lain, mempunyai pedoman, aturan, dan norma yang jelas untuk mencetak mahasiswa yang intelektual dan memiliki kepribadian baik. Salah satunya aturan yang berlaku untuk mahasiswa adalah aturan berpakaian. Berpakaian rapi merupakan cerminan diri kita sendiri. Akan tetapi tidak jarang mahasiswa berpakaian seenaknya sendiri karena merasa dirinya sudah menjadi seorang yang mahasiswa, bukan sebagai pelajar yang harus berseragam. Kaos oblong dan jeans yang robek dipakai oleh sebagian mahasiswa saat mengikuti kegiatan di kampus. Tidak sampai itu saja, banyak mahasiswa FISIP UNS juga memakai pakaian ketat dan sedikit terbuka. Bahkan ada beberapa mahasiswi yang menggunakan make-up sangat mencolok yang tidak pantas digunakan saat mengikuti kuliah.

Berpakaian yang sopan, selain menjaga image diri kita, kita juga harus belajar menghargai orang lain lewat pakaian kita. Perkuliahan berlangsung pada institusi pendidikan yang resmi, dan tentu saja penggunaan sandal amat dilarang. Pada kenyatannya masih ada juga beberapa mahasiswa FISIP UNS yang memakai sandal di lingkungan kampus atau saat mengikuti kegiatan akademik di kampus.

Menurut penilaian dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS, banyak mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika yang berlaku. Banyak mahasiswa yang mengikuti trend namun tidak bisa menyesuaikan diri dengan etika yang berlaku saat berada di lingkungan kampus. Tetapi hal ini tidak bisa digeneralisasikan pada semua mahasiswa, sebagian besar mahasiswa lain masih berpakaian sesuai dengan etika di kampus.

Namun di sisi lain, masih banyak mahasiswa yang berpakaian sesuai dengan etika dan norma yang berlaku di kampus. Banyak mahasiswa masih memakai kemeja, kaos berkerah, sepatu, pakaian rapi dan sopan saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Ada beberapa informan yangmengamati lebih detail, gaya pakaian kuliah mahasiswa S1 pada umumnya lebih rapi dan sopan dibandingkan dengan mahasiswa D3 yang cenderung lebih bebas. Sedangkan penuturan informan dari kalangan mahasiswa, pada umumnya gaya pakaian mahasiswa FISIP UNS sangat mengikuti trend, berbeda dengan fakultas lain. Namun masih ada sebagian besar mahasiswa gaya pakaiannya dianggap masih rapi dan sopan, walaupun sebagian lain dianggap kurang sesuai dengan etika yang berlaku di kampus. Hal ini hamper sama dengan penuturan informan dari kalangan dosen.

Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau

tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. (Ethics, the study and philosophy of human condunct, with emphasiss on the

sebagai suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai- nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi inilah kita dapati pemakaian etika dengan nilai-nilainya yang filosofis. (Salam, 2000: 3-4).

Sesuatu hal dalam etika yang tidak kalah pentingnya dalam dunia perguruan tinggi adalah etika berbusana. Kita sepakat bahwa mahasiswa adalah manusia dewasa sejak dia menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, oleh karena itu mereka tidak lagi dipanggil anak atau siswa tapi dipanggil dengan sapaan saudara atau mahasiswa. Dengan demikian mereka sudah dianggap manusia dewasa. Tapi apakah orang dewasa itu punya kebebasan sebebas-bebasnya, jawabnya adalah tidak, tetapi mereka punya kebebasan yang dilembagakan. Sebagai contoh kebebasan dalam berpakaian, sekalipun bebas menentukan gaya pakaian dan berpenampilan sendiri tetapi jangan melanggar etika yang berlaku di masyarakat umum khususnya dalam masyarakat kampus.

Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah tersebut mudah dicampuradukkan etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya

menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Norma etis tidak terbatas pada cara perbuatan yang dilakukan, melainkan perbuatan itu sendiri. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam suatu pergaulan, bisa dianggap sopan dalam pergaulan lain. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam (Bertenz, 2007: 9-10)

Etika saat menghadiri perkuliahan juga amat penting untuk diperhatikan, selain menunjang daya serap kita akan ilmu-ilmu yang diberikan oleh dosen saat mengajar, kita juga harus mematuhi norma-norma kesopanan, karena kita tidak berkuliah sendiri, tapi bersama-sama dengan orang lain. Norma-norma tersebut dengan sendirinya akan membentuk kepribadian saat kita sudah bekerja nanti, dan menjadi orang yang profesional. Begitu pula sebaliknya menjadi orang tidak disiplin, selain merugikan lembaga tempat berkerja, terlebih akan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu ada beberapa sikap atau etika di lingkungan kampus atau di kelas saat perkuliahan berlangsung yang patut dicermati agar kita tidak hanya sekedar kuliah, namun membentuk kita sebagai individu yang disiplin.

Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam contoh kasus mahasiswa FISIP UNS, dapat kita nilai bahwa etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan

melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya cara berpakaian mahasiswa yang sebagian kurang sesuai dengan etika yang berlaku dalam lingkungan pendidikan. Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu.

Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami betul arti dari kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa cenderung bebas berpakaian namun tidak bertanggung jawab. Artinya tidak sesuai dengan norma maupun etika yang berlaku dilingkungan FISIP UNS. Memang mahasiswa sudah diberi kebebasan dalam berpakaian, tidak ada aturan berseragam bagi mahasiswa. Tapi hendaknya mahasiswa bebas berpakaian dengan bertanggung jawab tetap mematuhi aturan berpakaian yang berlaku.

Pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah seharusnya juga mengacu pada etika yang berlaku dalam masyarakat kita. Etika yang dipakai masyarakat kita adalah etika kesopanan. Bentuk pakaian yang diharapkan sesuai etika masyarakat timur adalah pakaian yang sopan, rapi, tertutup, dan tidak ketat. Jika menyangkut dengan norma agama, maka pakaian yang digunakan hendaknya sesuai kaidah agama yang dianut mahasiswa. Misalnya mahasiswi muslimah memakai pakaian yang menutup aurat. Sebagian dosen menganggap bahwa pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah belum sesuai dengan etika atau norma yang berlaku. Sebagian mahasiswa masih mengenakan kaos oblong, sandal, pakaian ketat, atau

pakaian terbuka. Ini jelas tidak sesuai dengan etika atau norma yang dianut masyarakat timur.

B. Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa

Gaya berpakaian saat ini merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang penampilan. Alhasil, setiap orang ingin tampil mengenakan pakaian yang sedang menjadi tren, tak terkecuali di kalangan mahasiswa FISIP UNS. Mahasiswa saat ini seakan berlomba-lomba untuk tampil modis dengan memakai pakaian yang saat ini sedang in.

Gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa FISIP UNS secara umum sangat mengikuti trend atau mode yang sedang marak. Dengan mengikuti mode yang sedang marak tersebut, tidak jarang model, bentuk maupun jenis pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah kurang sesuai dengan atau etika yang berlaku. Sebagian mahasiswa memakai kaos oblong ketat, celana yang sangat ketat, bahkan kemeja yang sedikit terbuka. Ada juga sebagian mahasiswa yang gaya pakaian kuliahnya adalah semau sendiri atau sebagai ekspresi pribadi. Ada sebagian mahasiswa yang memakai celana robek atau belel saat kuliah. Yang memprihatinkan lagi, sebagian kecil mahasiswa ada yang memakai sandal saat kuliah, dan hal ini sangatlah tidak menghormati FISIP UNS sebagai institusi pendidikan formal.

Kecenderungan pakaian mahasiswa yang tidak sesuai dengan tata tertib yang mengatur kehidupan mahasiswa merupakan trend mode yang

mentah. Mahasiswa harus mengerti benar mana mode yang layak di kampus dan mana mode yang tidak layak digunakan saat ke kampus. Tidak jarang mahasiswa FISIP UNS menjadi “korban mode” karena penampilannya yang hanya asal mengikuti trend tanpa memperhatikan dimana dan kepentingan apa yang mereka lakukan. Mahasiswa FISIP UNS ada yang memakai pakaian ketat atau pakaian yang sedikit terbuka. Ada pula mahasiswa yang memakai celana robek-robek yang sebenarnya sangat tidak pantas dikenakan saat berada di lingkungan kampus.

Membaca kepribadian mahasiswa bisa dilihat melalui pakaian yang dikenakan yang dikenakan khususnya saat kuliah. Pemandangan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini adalah kampus menjadi catwalk. , Begitu juga fenomena yang dapat dilihat di kampus FISIP UNS saat ini. Pakaian bukan lagi alat untuk melengkapi keutuhan tubuh sebagai fungsi perlindungan. Namun, pakaian telah hadir sebagai subyek yang menggeser peran tubuh mahasiswa. Trend pakaian telah mengurangi sebagian kewajiban pembelajaran universitas, yakni membentuk kepribadian mahasiswa.

Gaya visual bisa menyatu dengan gaya hidup, karena dalam hidupnya manusia tidak bisa lepas dari bahasa rupa dua maupun tiga dimensi. Gaya merupakan suatu sistem bentuk dengan kualitas dan ekspresi bermakna dan menampakkan kpribadian seniman atau pandangan umum suatu kelompok. Gaya juga merupakan wahana ekspresi dalam kelompok

moral melalui bantuk-bentuk yang mencerminkan perasaan. Semua manusia adalah subjek gaya sehingga kecenderungan suatu masyarakat dapat dianalisis melalui spektrum gaya. Gaya menurut Alvin Toffler yaitu alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi mereka dengan subkultur-subkuktur tertentu. Setiap gaya disusun dari mosaik beberapa item, yaitu super produk yang menyediakan cara mengorganisir produk dan idea. (Aldin, Alfathri dalam Idi Subandi Ibrahim, 1997: 165-166).

Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan berfungsi dalam interaksi dengan cara- cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern (Chaney, 1996: 41). Begitu pula yang terjadi dalam masyarakat Indonesia umumnya, perubahan gaya hidup sebagai akibat modernisasi sangatlah terlihat pada masyarakat kita, terutama pada mahasiswa FISIP generasi muda yang sangat peka pada perubahan. Perubahan gaya hidup yang terlihat pada mahasiswa FISIP UNS salah satunya adalah gaya pakaian kuliah. Karena pakaianlah yang paling bisa menunjukkan bagaimana gaya hidup mahasiswa.

Fashion adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena

jelas merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh perkembangan aksi industri konsumen. Dinamika perubahan dalam cara-cara fashion yang berbeda begitu jelas mencerminkan proses pembentukan gaya hidup yang

dibuat lebih kompleks oleh para elit yang mencoba untuk meninggalkan mode secepat mungkin ketika mulai ditiru oleh kelompok kelas lebih rendah

(lower-class). Sehingga ada proses pertukaran vertikal diantara kelas-kelas,

begitu juga proses horizontal di dalam suatu kelas (Chaney, 1996: 104).

Fashion sebagai ekspresi gaya hidup tak hanya dominasi model-

model cantik dengan pakaian mewah. Fashion juga diusung masyarakat dari berbagai elemen lain dengan ragam pakaian yang sangat bervariasi. Pergaulan, gaya hidup dan etika tata krama di kalangan generasi muda, termasuk mahasiswa kita sudah mencemaskan. Gaya berpakaian berpakaian mahasiswa FISIP UNS saat ini memakai model pakaian seperti itu rasanya lebih cocok untuk pergi ke mall daripada untuk pergi ke kampus. Mahasiswi, pakai celana jeans ketat dengan baju pendek ketat atau sedikit terbuka, sehingga seringkali memperlihatkan bagian pinggang. Itu adalah realitas yang terjadi sehari-hari di lingkungan FISIP UNS. Mahasiswa juga mengenakan kaos oblong dan celana belel yang mengesankan santai dan main-main. Tidak hanya itu saja, banyak mahasiswi yang berpenampilan sangat mencolok dengan make-up yang sangat tebal dan tidak pantas dikenakan saat di kampus. Jika diperhatikan lebih lanjutr, banyak juga mahasiswa yang memakai sandal saat berada di lingkungan kampus. Hal demikian mengesankan bahwa mahasiswa kurang menghormati institusi pendidikan sebagai institusi yang formal.

mengikuti kegiatan kulikuler perkuliahan. Sedangkan gaya pakaian kuliah mahasiswi yang dinilai kurang sopan jika mahasiswi memakai kaos oblong, sandal, dan pakaian yang sedikit ketat. Antara mahasiswa dan mahasiswi kecenderungan dinilai pakainnya kurang sopan adalah mahasiswa lebih tidak sopan dibandingkan mahasiswi. Hal ini dikarenakan karena lebih banyak mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika yang berlaku di kampus.

Memang tak ada larangan bagi mahasiswa berpakaian sesuai pilihannya. Hanya diharuskan berpakaian sopan sesuai aturan. Perkembangan mode yang kian pesat membuat mahasiswa yang notabene kaum muda selalu tak ingin ketinggalan zaman. Tren berbusana mahasiswa saat ini banyak dipengaruhi komunitas bergaul. Cara berpakaian mahasiswa karena faktor lingkungan, bukan karena keinginan pribadi.

Kecenderungan kekebasan berpakaian di FISIP UNS sendiri karena lingkungan mahasiswanya sudah sejak lama kurang disiplin, banyak mahasiswa memakai pakaian ke kempus seenaknya sendiri. Seperti penuturan beberapa informan, kampus FISIP UNS sejak lama memang sudah identik dengan mahasiswa yang ”keren” dan sangat mengikuti mode pakaian yang menjadi tren, berbeda dengan fakultas lain. Selain itu, pengaruh terpaan perkembangan fashion dan perkembangan komunikasi yang semakin mengglobal membuat norma-norma etika berpakaian khususnya dalam lingkungan pendidikan tidak bisa bertahan.

Berpakaian yang ideal itu seharusnya sopan dan nyaman dipakai, bisa menempatkan posisi dirinya. Kalau berada di kampus memang harus rapi, menyesuaikan dengan peraturan yang ada, sopan dan wajar. Mengikuti mode yang sedang berkembang merupakan hal yang bisa dimaklumi. Namun demikian, mahasiswa harus bisa memilih mode pakaian yang tepat atau pantas untuk kuliah di kampus yakni mengenakan pakaian yang normal dan wajar saja, tidak ketat atau tidak terbuka. Selain itu dikampus mahasiswa hendaknya juga mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa fashion atau pakaian merupakan ekspresi pribadi. Beberapa informan mengungkapkan bahwa pakaian merupakan cerminan pribadi. Dan sebagai masyarakat terpelajar, mahasiswa seharusnya berpakaian santun sebagai cerminan masyarakat terpelajar itu. Juga tidak ada salahnya jika mahasiswa mengikuti trend sebagai ekspresi bahwa mahasiswa tidak ketinggalan jaman. Namun saat berada di lingkungan kampus mahasiswa sepatutnya harus mengekspresikan dirinya dengan mengenakan pakaian yang tetap sopan, bukan menjadi korban mode yang seringkali tidak pantas dikenakan di lingkungan kampus.

Saussure dalam Barnard (1996: 117) menyatakan tanda terdiri atas dua bagian. Kedua bagian itu disebut “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified). “Penanda” adalah bagian fisik tanda, yang berupa suara atau bentuk kata. “Petanda adalah konsep mental yang merupakan acuan bagi penanda. Ia adalah makna dari penanda. Secara bersama-sama keduanya

dapat dianggap dan dianalisis sebagai penanda, karena berarti atau merepresentasikan sesuatu hal yang lain. Misalnya kerah baju pria, dipakai terbuka tanpa dasi, dapat disebut sebagai penanda. Ia bisa disebut menandakan ketidakformalan atau santai. Disini, santai merupakan petanda. Seperti halnya sebagian mahasiswa FISIP UNS memakai kaos oblong dan atau sandal saat kuliah merupakan penanda bahwa mahasiswa memakai pakaian yang tidak sopan atau tidak formal. Karena dalam institusi pendidikan sebagai salah satu institusi formal, segenap unsurnya termasuk mahasiswa harus berpakaian sopan, rapi, dan formal saat berada di lingkungan FISIP UNS.

Dosen menginginkan gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa adalah pakaian yang sopan dan rapi. Sopan dan rapi menurut pandangan dosen adalah jenis pakaian kemeja, kaos berkerah, bersih, tidak ketat, tidak terbuka, bersepatu, dan tidak berlebihan. Sedangkan dari sudut pandang mahasiswa mengurai jenis dan bentuk pakaian yang sedikit berbeda. Sebagian mahasiswa juga menginginkan mahasiswa berpakaian rapi. Pakaian rapi menurut mahasiswa adalah memakai kemeja, blus, kaos berkerah, dan bersepatu. Ada juga sebagian mahasiswa yang menginginkan tetap boleh memakai kaos oblong saat kuliah asal tidak ketat dan terbuka. Mahasiswa juga menginginkan tetap berpenampilan modis asal sopan, yakni tidak memakai pakaian yang terbuka atau terlampau ketat.