• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petugas Penegak Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa

BAB III PEMAKNAAN DOSEN TERHADAP GAYA PAKAIAN KULIAH

F. Petugas Penegak Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa

Untuk menjalankan suatu tata tertib, selain masyarakat yang terkena tata tertib itu diperlukan juga petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Petugas penegak tata tertib mencakup semua tingkatan dalam suatu lembaga, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Di dalam melaksanakan tugas- tugasnya, petugas seharusnya mempunyai pedoman, antara lain peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya. Segenap unsur sivitas akademika merupakan petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Siapa petugas yang mempunyai kewenangan dalam menegakkan tata tertib berpakaian di kampus, pedoman apa yang petugas penegak tata tertib gunakan untuk menegakkan tata tertib berpakaian itu, dan sejauh mana petugas sebaiknya memberikan kebijaksanaan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian, berikut penulis paparkan lebih lanjut.

Banyak sekali pandangan siapa yang seharusnya menjadi penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS. FISIP UNS sendiri terdiri dari berbagai unsur seperti pimpinan fakultas, dosen, senat fakultas, jurusan, dan bagian administrasi. Berbagai unsur tersebut juga mempunyai tingkatan dari strata tinggi sampai ke strata yang paling bawah. Berikut pengungkapan informan dari kalangan mahasiswa mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS:

”Kalau menurut saya seharusnya semua unsur dari kampus FISIP, dari dekan, dosen, TU, sampai mahasiswa sendiri harus saling mengingatkan”

(Wawancara 28 April 2010)

Hal serupa juga diungkapkan informan dari kalangan unsur pimpinan fakultas, bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS adfalah petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa, termasuk wadah kegiatan mahasiswa atau organisasi mahasiswa. Berikut paparannya :

”Seluruh sivitas akademika, karena kalau dosen saja tidak akan efektif, termasuk mahasiswa. Termasuk juga UKM sebagai wadah kegiatan mahasiswa sebaiknya mengingatkan anggotanya...”

(Wawancara 29 April 2010)

”Seluruh sivitas akademika FISIP UNS tentunya... Mahasiswa juga harus saling mengingatkan temannya”

(Wawancara 6 Mei 2010

Informan dari kalangan pegawai administrasi juga mengungkapkan pendapatnya mengenai petugas yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Hal yang sedikit berbeda diungkapkan informan, menurut informan bagian kemahasiswaan lebih mempunyai wewenang untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Berikut penuturannya :

”...Terutama kemahasiswaan, tetapi dosen dan pegawai juga harus menegakkan peraturan yang berlaku di kampus”

(Wawancara 30 April 2010)

Dari seluruh informan mengungkapkan semua unsur sivitas akademika FISIP UNS baik dari unsur mahasiswa sendiri, Dekan, Dosen, Staff Pegawai, sampai UKM harus mengingatkan mahsiswa untuk menciptakan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Namun sembilan informan mengungkapkan bahwa dosen yang paling utama mengingatkan mahasiswa karena dosen yang paling sering berinteraksi dengan mahasiswa. Selain itu, tiga informan lain lebih menekankan pada bidang kemahasiswaan yang berwenang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS karena bagian kemahasiswaan cenderung lebih dekat dengan keseharian mahasiswa. Informan dari unsur dosen mengungkapkannya sebagai berikut :

”Yang paling utama dosen harus mengingatkan, karena dosen selalu berinteraksi dengan mahasiswa...”

(Wawancara 5 Mei 2010)

Untuk lebih mempertegas jawaban informan mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS, maka penulis sajikan matrik jawaban informan sebagai bertikut :

Matrik 8. Petugas penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS

Informan Siapa yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa?

Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III)

Seluruh sivitas akademika. Drs. Agung Priyono, M.Si

(Sekjur Ilmu administrasi)

Seluruh stakeholder FISIP Dra. Prahastiwi Utari, M.Si,

Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi)

Seluruh sivitas akademik FISIP dan mahasiswa Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati,

M.Si (Sekjur Sosiologi)

Dosen dan mahasiswa sendiri Drs. TA. Gutama

(Jurusan Sosiologi)

Seluruh dosen Drs. Argyo Demartoto, M.Si

(Jurusan Sosiologi)

Seluruh dosen dan staff FISIP Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si

(Jurusan Ilmu Administrasi)

Seluruh dosen Prof. Dr. Andrik Purwasito,

DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi)

Semua Sivitas Akademika

Drs. Widodo, M.Soc (Kasubbag Pendidikan)

Kemahasiswaan dan mahasiswa sendiri Sri Danuyah (kemahasiswaan) Mahasiswa sendiri

Dinar Puspita Dewi, S.Sos (perpustakaan)

Kemahasiswaan Ike, Ilmu Administrasi 2007

(reguler)

Seluruh Sivitas Akademika Kurniawan, Ilmu Administasi

2009 (transfer)

Dosen Ade, Ilmu Komunikasi 2008

(transfer)

Semua sivitas akademika FISIP Dini, Ilmu Komunikasi 2007

(reguler)

Dosen Kharis, Sosiologi 2007

(reguler)

Satpam Dian, Sosiologi 2007 (Non

reg)

Dosen dan seluruh pegawai Lina D3 Broadcast 2007 Dosen

Dari matrik diatas, dapat diketahui bahwa lima informan menyatakan bahwa terutama dosen yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Alasannya, dosen adalah unsur sivitas akademika yang paling sering berinteraksi dengan mahasiswa. Tujuh informan lain mengungkapkann pendapatnya bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS adalah petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa, termasuk sesama mahasiswa hendaknya saling mengingatkan. Empat informan lain cenderung memilih bagian kemahasiswaanlah yang menjadi petugas penegak tata tertib berpakaian untuk mahasiswa FISIP UNS. Bagian kemahasiswaan dianggap paling dekat dengan kegiatan mahasiswa. Sedangkan satu informan sisanya mengungkapkan bahwa petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah satpam.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petugas harus punya pedoman untuk menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Ada berbagai pedoman yang digunakan petugas penegak tata tertib untuk menciptakan tertib berpakaian mahasiswa, baik pedoman tertuluis maupun tidak tertulis. Dengan adanya pedoman itu juga bisa diketahui derajat kepatuhan mahasiswa pada tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Berikut paparan para informan dari kalangan unsur pimpinan fakultas:

”...SK Rektor itu, dan norma lain yang mengatur kehidupan kita. Saya rasa derajat kepatuhan mahasiswa masih rendah, banyak mahasiswa yang melanggar tata tertib itu...”

(Wawancara 29 April 2010)

Senada dengan informan sebelumnya, informan dari unsur pegawai administrasi dan unsur dosen juga mengungkapkan hal yang sama. Berikut penuturannya :

”Tentunya SK Rektor itu, dan norma kesopanan yang berlaku bagi kita masyarakat timur. Sebagian mahasiswa belum patuh pada peraturan itu...”

(Wawancara 30 April 2010)

Informan dari unsur doen juga mengungkapkan hal yang serupa dan menambahkan bahwa peraturan yang ada tidak begitu diindahkan oleh mahasiswa.

”Aturan dari universitas. Jurusan juga punya aturan sendiri yang ditempel di pintu jurusan. Namun mahasiswa masih ada yang tidak mengindahkannya. Jadi tulisan hanya akan menjadi tulisan saja...” (Wawancara 4 mei 2010)

Sebagai unsur sivitas akademik FISIP UNS dan petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa, semua informan mengungkapkan bahwa pedoman yang mereka gunakan adalah peraturan tertulis dari SK Rektor yang implementasinya berwujud peringatan yang terdapat di tempat-tempat strategis di FISIP. Selain itu informan juga

mengungkapkan bahwa pedoman yang mereka gunakan untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah norma atau etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakar secara umum. Norma atau etika tersebut antara lain adalah norma atau etika kesopanan. Alasannya, setiap masyarakat memang mempunyai norma-norma itu dan harus dijunjung tinggi terutama etika kesopanan. Sopan atau tidaknya seseorang juga dapat dilihat melalui gaya pakaian yang dikenakan.

Sebagai penegak tata tertib berpakaian bagi mahasiswa segenap unsur sivitas akademika mempunyai kewenangan memberikan kebijaksanaan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Kebijaksanaaan yang diberikan kepada mahaiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan tata tertib kampus dimaksudkan agar mahasiswa tidak mengulangi melanggar tata tertib berpakaian. Selain itu, petugas memberikan kebijaksanaan bertujuan untuk menciptakan kedisiplinan dan iklim perkuliahan yang kondusif. Berikut paparan beberapa informan dari unsur dosen mengenai kebijaksanakan yang biasanya diberikan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISP UNS:

”...Petugas harus berpijak pada aturan yang ada, atau ditegur saja, semacam sanksi moral...”

Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan dari unsur akademik (jurusan) yakni sebagai berikut :

”Tentunya menegur tidak boleh masuk ruang dosen untuk konsultasi atau ikut kuliah...”

(Wawancara 6 Mei 2010)

Kebijaksanaan dari penegak tata tertib berpakaian mahasiswa di FISIP UNS sangat tergantung pada diri masing-masing petugas. Sejauhmana kebijaksanaan diberikan juga berpangkal dari sejauhmana mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Menurut tujuh informan kebijaksanaan diimplementasikan dengan bentuk teguran atau peringatan kepada mahasiswa yang gaya pakaian kuliahnya tidak sesuai dengan tata tertib. Teguran atau peringatan dirasa sudah cukup untuk membuat mahasiswa lebih menghargai tata tertib yang ada. Teguran dan peringatan juga dipandang cukup karena mahasiswa sudah dewasa. Selain teguran dan peringatan, empat informan menyatakan bahwa perlu juga sanksi tidak boleh mengikuti proses kuliah, konsultasi, atau mengurus administrasi.

Informan dari unsur mahasiswa juga mempunyai pendapat hampir sama mengenai kebijaksanaan apa yang pantas diberikan petugas penegak tata tertib terhadap mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian. Sanksi moral sebagai bentuk kebijaksanaan yang diberikan kepada mahasiswa dirasa sudah cukup memberikan efek jera. Berikut adalah ungkapan informan dari unsur mahasiswa :

”Ditegur atau diperingatkan secara halus atau dengan sindiran agar mahasiswa malu dan tidak mengulangi memakai kaos dan sandal lagi dikampus”

(Wawancara 28 April 2010)