• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

TINJAUAN TEORETIS

D. Etika Bisnis dalam Islam 1. Pengertian Etika

4. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam

Menurut Syaharuddin etika bisnis perspektif hukum Islam adalah suatu cara berbisnis yang dimulai dengan niat dalam berkehendak yang berorientasi kepada bisnis dengan memperhatikan nilai-nilai akhlak yang mulia, moralitas yang bernilai ibadah, norma-norma agama yang jelas kepastiannya, al-urf atau adat kebiasaan, serta produk perundang-undangan dan peraturan yang berbasis syari’ah, untuk

71Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi, no. 1987.

72Ibrahim Al-Syāthibiy, Al-Muwāfaqāt (Saudi: Dar Ibnu ’Affan, 1997), j. 2 h. 11.

73Abu Hamid al-Ghazāliy, Mustaṣfā Min ‘Ilmi Uṡūl (Beirut: Dar Kutub

Al-’Ilmiyyah, 1993), j. 1 h. 290.

74 Musolli Musolli. Maqasid Syariah: Kajian Teoritis dan Aplikatif pada Isu-Isu Kontemporer,” AT-TURAS: Jurnal Studi Keislaman 5, no. 1 (2018): 60–81.

aplikasikan dalam dunia bisnis dengan cara-cara yang berbasis keesaan, ke-seimbangan, kehendak bebas, tanggung jawab, serta kebajikan dengan berlaku jujur, benar, dan berbuat baik (ikhsan) sehingga menjadi humanis, yang dalam hukum Islam diistilahkan dengan muamalah.75

Menurut Yusuf Qardawi, etika bisnis dalam Islam antara lain, menegakkan larangan dalam memperdagangkan barang-barang yang haram, bertransaksi yang sah, bersikap amanah, adil dan jujur, meninggalkan bunga atau riba, tidak me-monopoli dan berlaku curang, mengedepankan toleransi, kasih sayang dan per-saudaraan, serta meniatkan dalam berbisnis sebagai bekal menuju akhirat.76

Bagi orang muslim tentu telah mengetahui dan paham bahwa manusia di-ciptakan ke dunia dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah swt, sehingga seluruh aktivitasnya diupayakan dalam rangka beribada kepada-Nya. Begitu pun dalam berbisnis, seluruh transaksi dilakukan dengan niat mendapatkan pahala bukan sekedar memperloleh keuntungan semata. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam QS. al-Żāriyāt/51 : 56.

ِنوُدُبحعَ ِلْ لَِإ َس ح نلإاَو َّنِحلجا ُتحقَلَخ اَمَو

Terjemahnya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.77

Dengan demikian, seluruh aktivitas bisnis dijalankan sesuai ketetapan dan aturan Allah swt, dan contoh Rasulullah saw, dengan merujuk pada Alquran dan Hadis, sehingga tujuan dari bisnis untuk mendapatkan keuntungan dunia dan kebahagian akhirat dapat tercapai. Alquran

75Syaharuddin, Etika Bisnis Dalam Perspektif Hukum Islam: Studi Membangun Sistem Ekonomi Yang Humanis, h. 267.

76Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2014), h. 26-27.

77Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 523.

Etika bisnis Islam merupakan pengkristalan nilai-nilai agama Islam yang berasal dari akhlakul karimah, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan norma agama yang pasti kebenarannya, yaitu syari’ah Islam yang menjelaskan mana yang baik dan wajib dilaksanakan, serta menerangkan mana yang buruk yang harus ditinggalkan.78 Sedangkan menurut Sulkifli terdapat empat poin besar etika bisnis yang termaktub dalam Alquran dan Hadis:79

a.

Saling ridha.

Bisnis dan perdagangan dilakukan atas dasar saling ridha dan saling suka. Tidak ada unsur paksaan, tipudaya, kezaliman, menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain. Allah swt, telah menegaskan hal tersebut dalam QS. an-Nisā’/4 : 29.

نَع ًةَرَٰ َجِت َنوُكَت ن َ أ ٓ َّ

لَِإ ِلِطَٰ َب ۡ

لٱِب مُكَنۡيَب مُك َلََٰوۡمَأ حآوُلُكۡأَت َلَ حاوُنَماَء َنيِ َّلَّٱ اَهُّيَأََٰٓي اٗميِحَر ۡمُكِب َن َكَ َ َّللٱ َّنِإ ۚۡمُكَسُفنَأ حآوُلُتۡقَت َلََو ۚۡمُكنِّم ٖضاَرَت

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.80

b. Jujur

Jujur adalah memberikan informasi yang sesungguhnya keadaan barang yang dijualnya dan senantiasa terbuka serta transparan dalam jual-beli.

Sebagaimana firman Allah swt, dalam QS. Al-Ahzab/33 : 70.

اًديِدَس لَحوَق اوُلوُقَو َ َّللا اوُقَّتا اوُنَمآ َنيِ ً َّ أي لَّا اَهُّي

78Syaharuddin, Etika Bisnis Dalam Perspektif Hukum Islam: Studi Membangun Sistem Ekonomi Yang Humanis, h. 267-269.

79Sulkifli Herman, Nasir Hamzah, and Amiruddin K, “Prinsip Dan Etika Pada Manajemen Pemasaran Dalam Upaya Pengembangan Bisnis Thaybah Mart,” Laa Maisyir 5, no. 2 (2018): 1–23.

80R I Kementerian Agama, Alquran dan Terjemahan, Jakarta: PT. Hati Emas, 2014, h. 83.

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.81

c. Amanah atau memenuhi janji

Amanah dan memenuhi janji adalah menjaga dan memenuhi hak-hak Allah swt, dan manusia dengan menjaga seluruh kegiatan muamalahnya dari tindakan melampaui batas atau khianat. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Ra. (dikumpulkan) bersama para Nabi, orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari kiamat (nanti).82

d.

Halal

Halal dari seluruh aspek. Barang yang diperdagangkan halal sumber-nya, halal proses produksi dan transaksinya tidak melanggar syariat. Sebagai-mana firman Allah swt, dalam QS. al-Maidah/5 : 88.

اوُقَّتاَو اًبِّي َط لَلاَح ُ َّللا ُمُكَقَزَر اَّمِم او ُ ُكل َنوُنِمحؤُم ِهِب حمُتحن َ

أ يِ َّ

لَّا َ َّللا

Terjemahnya:

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.83

81Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 427.

82Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-’Ilmiyah, 2008), no. 2139.

83Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 122.

Berkata Abdullah al-Muṡlih dan Ṡālih al-Ṡāwiy dalam buku mā lā yasa’u al-faqīh jahluhu bahwa hal yang pokok pada etika pebisnis muslim adalah keyakina seorang pebisnis muslim bahwasanya seluruh harta adalah milik Allah dan seluruh manusia hanya diizinkan untuk memilikinya, sehingga tidak boleh digunakan di luar dari keinginan dan tujuan pemilik harta yang sebenarnya. Apabila ia melakukan hal tersbut, maka hilanglah keberhakannya untuk memiliki harta itu, dan beralih nikmat tersebut kepada yang layak menggunakan serta menjaga hak-haknya.84 Pendapat ini berdasarkan firman Allah swt, dalam QS. Luqmān/31 : 26.

ُديِمَ ح لْا ُّ ِنَِغ ح

لا َوُه َ َّللا َّنِإ ۚ ِضحر َ ح

لأاَو ِتاَواَم َّسلا ِفِ اَم ِ َّ ِلل

Terjemahnya:

Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi.

Sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.85 Selanjutnya firman Allah swt, dalam QS. al-Hadīd/57 : 7.

حمُكنِم اوُنَمآ َنيِ َّ

لَّاَف ۖ ِهيِف َيِْف َلحخَتحسُّم مُكَلَعَج اَّمِم اوُقِفنَأَو ِ ِلِوُسَرَو ِ َّللاِب اوُنِمآ يِْب َك رحجَأ حمُهَل اوُقَفنَأَو

Terjemahnya:

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nyadan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kami menguasai-nya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian darihartanya memperoleh pahala yang besar.86

Adapun etika-etika pebisnis muslim yang disebutkan dalam buku mā lā yasa’u al-faqīh jahluhu adalah sebegai berikut:87

a. Niat yang saleh.

84Al-Mushlih and Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu, h. 4.

85Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 413.

86Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 538.

87Al-Mushlih and Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu, h. 4-10.

Niat yang saleh dapat merubah kebiasaan menjadi bernilai ibadah, sehingga seluruh hidupnya dijalani dengan ketaatan dan ibadah. Sebagaimana firman Allah swt, dalam QS. al-Żāriyāt/51:56.

حقَلَخ اَمَو ِنحوُدُبحعَ ِلْ َّ

لَِا َسحنِ ح لَاَو َّنِ ح

لجا ُت

Terjemahnya:

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.88

Dan bersabda Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh Umar Ra.

ِ ّ ُكِل اَمَّنوَإِ ،ِتاَّيِّلناِب ُلاَمحعَلأا اَمَّنِإ ىَوَن اَم ٍئِرحما

هيلع قفتم .

Artinya:

Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan (HR Bukhari89 dan Muslim)90 Niat yang dimaksud adalah keinginan untuk kebaikan pada diri sendiri dan orang lain. Kebaikan untuk diri sendiri seperti menjaga dirinya dari perkara yang haram dan kehinaan dari meminta-minta, serta menguatkan jiwa dalam ketaatan kepada Allah dan menyambung silaturahmi. Sedangkan kebaikan untuk orang lain seperti ikut serta dalam memenuhi kebutuhan umum, mem-buka lapangan pekerjaan bagi orang lain, dan melepaskan masyarakat dari belenggu kapitalis yang memperbudak dan menjajah bangsa. Dan niat merupa-kan perdagangan para Ulama karena dapat melipatgandamerupa-kan suatu amalan yang disebabkan terkumpulnya niat-niat yang saleh pada satu waktu.91

b. Sifat dan perangai yang terpuji.

88Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 523.

89Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, no. 10.

90Al-Naisaburi, Shahih Muslim, no. 1907.

91Al-Mushlih and Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu, h. 5.

Sifat yang dimaksud seperti jujur, amanah, qanā’ah, menepati janji, baik dalam meminjam dan melunasi utang, memberi tangguhan bagi yang berutang, menerima pengembalian, menjaga hak-hak, dan menjauhi penundaan pelunasan utang, kecurangan, penipuan dan semisalnya. Dan di antara perangai yang baik pula bersopan santun, berkata yang baik, murah senyum, meng-hormati orang lain, yang mana semua itu memberikan pengaruh dalam dunia bisnis. Tidak sedikit para pelanggan memutuskan untuk tidak berbelanja lagi pada suatu warung tradisional maupun retail modern karena mendapati per-lakuan yang buruk dari pemilik warung atau kasirnya, seperti sikap tidak ramah, judes, tidak jujur dalam menetapkan harga, mengabaikan pelanggan dan lani-lainnya.

c. Bertransaksi pada yang baik-baik.

Allah telah menghalalkan untuk hamba-hamba-Nya yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk-buruk, maka seorang pebisnis muslim tidak boleh mencari keuntungan dengan meninggalkan yang halal dan mengambil yang haram sebagai penggantinya. Pebisnis yang jujur kepada Rabbnya tidak boleh menjalankan bisnis-bisnis yang haram seperti bisnis khamar, rokok, jual beli bangkai, daging babi, dan bermuamalah dengan riba, dan menjadikan tujuan utama berbisnisnya adalah mencari ridhanya. Allah swt, berfirman dalam QS.

al-‘Arāf/7 : 157.

ِةىَٰرحوَّلا ِفِ حمُهَدحنِع اًبحوُت حكَم ٗهَنحوُدِ َيج حيِ َّلَّا َّ ِّمُ حلَا َّ ِبيَّلنا َلحوُسَّرلا َنحوُعِبَّتَي َنحيِ َّلََّا ح لاِب حمُهُرُم ح

أَي ِلحيِ ح نَِ ح

لَاَو ُمِّرَحُيَو ِتَٰبِّي َّطلا ُمُه َل ُّلِحُيَو ِرَكحنُمحلا ِنَع حمُهىَٰهحنَيَو ِفحوُرحعَم

ٖهِب احوُنَم َٰا َنحيِ َّلَّاَف حمِهحيَلَع حتَنَكَ ح ِتََّلا َلَٰلحغَحلَاَو حمُهَ حصِْا حمُهحنَع ُعَضَيَو َثِٕىَٰٰۤبَحلْا ُمِهحيَلَع حوُّلنا اوُعَبَّتاَو ُهحوُ َصََنَو ُهحوُرَّزَعَو َنحوُحِلحفُم ح

لا ُمُه َكِٕىٰۤ َٰلوُاۙ ٓٗهَعَم َلِزحنُا ٓحيِ َّلَّا َر

Terjemahnya:

(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Alquran), mereka itulah orang-orang ber-untung.92

d. Menunaikan hak-hak.

Hak-hak yang dimaksud seperti membayar upah karyawan atau melunasi utang kepada orang lain. Tenaga kerja atau karyawan hendaknya di-berikan upahnya sebelum mongering keringatnya, penundaan pembayaran utang bagi yang mampu adalah kezaliman. Maka sudah seharusnya bagi per-usahaan menyegerakan pembayaran upah atau gaji karyawannya dan mem-perhatikannya pada waktu-waktunya. diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah saw, bersabda.

هقرع فيج نأ لبق هرجأ يْجلأا اوطعا هجام نبا هاور .

Artinya:

Berikanlah pekerja itu upahnya sebelum mongering keringatnya. HR Ibnu Majah.93

Dan di antara hak-hak yang harus ditunaikan adalah hak-hak Allah pada harta-harta orang yang kaya, seperti zakat-zakat yang wajib, kemudian sedekah dan bantuan. Hal itu dapat membersihkan harta-harta yang syubhāt (bercampur halal dan haram) dan membersihkan jiwa dari sifat pelit, egois dan perbudakan harta. Allah swt, berfirman dalam QS. Al-Jumu’ah/62 : 9.

92Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 170.

93Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 2443.

َوحمَا حنِم حذُخ حمُه َّ ل نَكَس َكَتوَٰل َص َّنِا حمِهحيَلَع ِّلَصَو اَهِب حمِهحيِّكَزُتَو حمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص حمِهِلا

محيِلَع عحيِمَس ُ هللاَو

Terjemahnya:

Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (me-numbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.94

Termasuk juga hak-hak Allah adalah meninggalkan transaksi jual beli setelah adzan sholat jumat dikumandangkan Allah swt, berfirman dalam QS.

Al-Taubah/9 : 102.

اوُرَذَو ِ َّللا ِر كِذ َٰ ح َ

لَِإ احوَعحساَف ِةَعُمُ ح

لجا ِمحوَي نِم ِة َلا َّصلِل َيِدوُن اَذِإ اوُنَمآ َنيِ لَّا اَهُّي َّ َ أ اَي َنوُمَلحعَت حمُتنُك نِإ حمُك َّل حيَْخ حمُكِلََٰذ ۚ َعحيَ حلْا

Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggal-kanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.95

e. Menjauhi riba dan yang mengantarkan padanya.

Riba termasuk dari salah satu tujuh larangan, dan yang memakan harta riba seperti kerasukan setan. Alquran telah mengumandangkan perang bagi pemakan harta riba terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan ancaman baginya tidak ada yang menyamainya bagi pelaku maksiat lainnya sebagaimana firman Allah swt, dalam QS. al-Baqarah/2:275-279.

94Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 203.

95Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 554.

ۚ ِّسَم ح لا َنِم ُنا َطحي َّشلا ُه ُطَّبَخَتَي يِ َّ

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melain-kan seperti berdirinya orang yang kemasumelain-kan syaitan lantaran (temelain-kanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhan-nya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Hai orang-orang yang beriman, ber-takwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerja-kan (meninggalmengerja-kan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.96

96Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 47.

Maka pebisnis muslim harusnya yang paling menjauhi perkara riba dan yang mengantarkan pada riba dari akad-akad yang rusak. Karena semua yang berhubungan dengan riba mendapatkan laknat dari Rasulullah Saw, baik itu pemakan riba, atau yang memberi makan, pencatatnya dan yang menyaksikan-nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra. berkata:

ُهَ ِكلحوُمَو اَبِّرلا َ ِكُآ َمَّلَسَو ِهحيَلَع ُللا َّلىَص ِللا ُلحوُسَر َنَعَل

Rasulullah saw, telah melaknat pemakan riba, yang memberi riba, pen-catat transaksinya dan dua saksinya, dan beliau bersabda: mereka semua sama (HR Muslim).97

f. Menjauhi memakan harta manusia dengan cara yang batil.

Kehormatan harta seorang muslim sama dengan kehormatan darahnya, dan tidak halal mengambil harta seorang muslim itu kecuali dengan kerelan jiwanya. Dan di antara bentuk memakan harta manusia dengan cara yang batil adalah sogok menyogok, penipuan, pemalsuan, judi, najasy, garar, menimbun harta, undian, penundaan pelunasan utang bagiyang mampu dan semisalnya.

Maka pelarangan Allah swt, kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tidak memakan harta manusia dengan cara yang batil, yaitu dengan bisnis-bisnis atau usaha-usaha yang batil, seperti riba, judi, sogok, dan yang lainnya yang dapat mengantarkan pada permusuhan dan memakan harta manusia dengan cara yang batil. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Baqarah/2 : 188.

َ أ اوُلُك ح

97Al-Naisaburi, Shahih Muslim, no. 1598.

Terjemahnya:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu mem-bawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.98

g. Menaati aturan-aturan dalam kerangka syari’ah.

Seorang pebisnis muslim tidak memposisikan dirinya mendapatkan sanksi yang disebabkan pelanggarannya terhadap peraturang yang telah di-tetapkan di tengah masyarakat. Ketika dia mentaati aturan itu bukan berarti sekedar mentaati aturan yang dibuat oleh manusia, karena sejatinya dia men-taati apa yang telah Allah tetapkan dari menolak kerusakan dan mencegah kemudaratan, serta tidak memelemparkandirinya pada kebinasaan. Maka, pebisnis muslim tidak membiarkan dirinya terjatuh pada pelanggaran dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, seperti tidak membayar pajak, melengkapi perizinan usaha dan semisalnya.99

h. Tidak memberikan mudarat kepada yang lain.

Seorang pebisnis yang bersaing terikat dalam kaedah lā dharara wa lā dhirār yang artinya jangan membahayakan diri sendiri dan tidak memberikan mudarat kepada orang lain. Maka tidak boleh mempermainkan harga dengan menaikkan dan menurunkannya yang dapat memberikan mudarat kepada orang lain. Dan jangan berlebihan mencari keuntungan sehingga mengabaikan ke-butuhan orang lain. Dan pebisnis muslim tidak boleh menjual atas jualan saudaranya, dan tidak menawar atas tawaran saudaranya, serta tidak berlebih-lebihan dalam memuji barang dagangannya sebagaimana tidak berlebih men-cela barang yang dia beli. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id ra. bahwa Rasulullah saw, bersabda.

98Kementerian Agama, “Alquran dan Terjemahan,” h. 29.

99Al-Mushlih and Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu, h. 13.

راضر لَو رضر لَ َ ملسم هاور .

Artinya:

Janganlah membahayakan diri sendiri dan janganlah membahaya-kan orang lain (HR Muslim).100

i. Loyalitas kepada orang beriman.

Sebagai pebisnis muslim harus memiliki loyalitas tinggi kepada sesama orang beriman dalam berbisnis, serperti mengharapkan kebaikan pada orang lain, tidak menimbulkan permusuhan antara pebisnis muslim lainnya, dan tidak bekerja sama pada suatu bisnis dengan musuh-musuh Islam yang dapat me-nimbulkan kemudaratan bagi Ummat Islam bahkan memerangi Islam. Pebisnis muslim tidak menjalin kerja sama dengan perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman haram, dan barang-barang haram lainnya. Dan pebisnis muslim tidak menjalin kerjasama pada persenjataan yang digunakan untuk menyerang kaum muslimin. Pebisnis muslim hendaknya mendahulukan kerja-sama dengan orang-orang beriman, karena dapat membantunya dalam me-menuhi kebutuhan hidup.101 Allah swt, berfirman dalam QS. al-Mumtahanah/

60 : 1.

َا حمُكَّوُدَعَو حيِّوُدَع احو ُذِخَّتَت َلَ احوُنَمَٰا َنحيِ َّلَّا اَهُّيَآَٰي حدَقَو ِةَّدَوَم ح

لاِب حمِهح لِْا َنحوُق َ ح لُت َءٰۤاَ ِلْحو

حمُكِّبَر ِ هللاِب احوُنِمحؤُت حنَا حمُكاَّيِاَو َلحوُسَّرلا َنحوُجِرح ُيُ ِِّّۚقَحلْا َنِّم حمُكَءٰۤاَج اَمِب احوُرَفَك ُّ ِسُت ح ِتِا َضحرَم َءٰۤاَغِتحباَو ح ِلىحيِبَس ح ِفِ اًداَهِج حمُتحجَرَخ حمُتحن ُك حنِا ُمَلحعَا ۠اَنَاَو ِةَّدَوَم ح

لاِب حمِهح َلِْا َنحو

ِلحيِب َّسلا َءٰۤاَوَس َّل َض حدَقَف حمُكحنِم ُهحلَعحفَّي حنَمَو حمُتحنَلحعَا ٓاَمَو حمُتحيَفحخَا ٓاَمِب

Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang;

100Al-Naisaburi, Shahih Muslim, no. 137.

101Al-Mushlih and Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu, h. 15.

padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu iman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk ber-jihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.102

j. Mempelajari fikih muamalah.

Setiap pebisnis muslim harus mengetahui hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan syariat yang berkaitan dengan muamalah. Karena seorang pebisnis yang tidak mengetahui hal tersebut, maka dia akan terjatuh pada transaksi-transaksi yang haram dalam dunia bisnis. Fikih muamalah mencakup pembahasan hukum jual beli, rukun dan syaratnya, penyebab haramnya jual beli seperti kezaliman, garar, dan riba, serta mempelajari akad-akad yang sah dan akad-akad yang rusak dan lainnya.103 Bahkan Umar bin al-Khattab ra, mengeluarkan dari pasar orang-orang yang tidak mengetahui hukum-hukum jual beli.104