• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Usaha dan Keberlanjutannya dalam Islam 1. Klasifikasi Usaha

TINJAUAN TEORETIS

B. Jenis-Jenis Usaha dan Keberlanjutannya dalam Islam 1. Klasifikasi Usaha

Usaha-usaha yang dijalankan pebisnis untuk mendapatkan keuntungan guna memenuhi kebutuhan hidupnya berbeda-beda. Jenis-jenis usaha tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian berdasarkan besar dan kecilnya usaha tersebut, yaitu usaha mikro, kecil, menengah dan besar. Pembagian usaha ini telah ditentukan ke-tentuan dan kriterianya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.42 Usaha Mikro memeliki kriteria: kekayaan bersihnya paling banyak adalah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk didalamnya tanah dan bangunan tempat usaha; atau hasil penjualan tahunannya paling banyak adalah Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).43

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di-lakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

42Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” no. 1 (2008): h. 2.

43Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 5.

usahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.44 Sedangkan kriteria usaha kecil adalah kekayaan bersihnya lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.

000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk di dalamnya tanah dan bangunan tempat usaha; atau besaran hasil penjualan tahunannya lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).45

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.46 Adapun kriteria Usaha menengah adalah memiliki ke-kayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).47

44Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 2.

45Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 5.

46Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 2.

47Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 5.

Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.48 Ber-dasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis usaha memiliki batas-batasan tertentu, yang berbeda setiap jenis usahanya. Dan hal itu menentukan apakah usaha tersebut termasuk kategori usaha besar atau usaha kecil yang dijalankan.

2. Warung Tradisional

Kata warung dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat berjualan makanan, minuman, kelontong dan sebagainya.49 Warung tradisional biasa juga dikenal dengan kelontong, kios dan toko. Sedangkan kelontong adalah barang-barang untuk keperluan sehari-hari. Warung tradisional yaitu warung yang me-nyediakan kebutuhan rumah tangga seperti makanan, minuman dan barang-barang rumah tangga. Warung ini ditemukan berdampingan dengan pemilik rumah yang berada di tengah-tengah masyarakat seperti perkampungan dan perumahan.

Menurut Wijayanti warung tradisional adalah usaha yang dikelola dengan manajemen yang lebih tradisional dan simpel daripada retail modern. Barang yang dijual di warung tradisional hampir sama seperti barang-barang yang dijual di retail modern, akan tetapi variasi dan jenisnya lebih sedikit. Dari segi harga, warung tradisional tidak memiliki label harga yang pasti karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap pemilik usaha.50 Dari segi

48Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 2.

49Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring.”

50Pardiana Wijayanti and Wiratno Wiratno, “Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang)” (Universitas Diponegoro, 2011), h. 6.

nyamanan dan kemudahaan belanja, warung tradisional kurang memberikan ruang bagi konsumen untuk memilih-milih barang yang akan dibeli. Hal itu disebabkan ruang usaha yang tidak cukup luas, sehingga meletakkan di belakang etalase, serta penataan barang-barang yang terkesan kurang rapi. Dan warung tradisional tidak memiliki pencatatan keuangan yang sistematis, sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan modal usaha dari perbankan syari’ah.

3. Retail Modern

Retail modern adalah usaha yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, namun kini sudah hadir di tengah-tengah masyarakat yang berdampingan dengan warung tradisional dalam bentuk mini-market seperti Alfamart dan Indomaret.51 Retail modern sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen. Barang yang dijual di retail modern memiliki variasi jenis yang beragam. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian ter-lebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.

Secara kuantitas, retail modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga retail modern relatif murah, karena adanya promo dan diskon yang ditawarkan. Dari segi kenyamanan dan kemudahan belanja, retail modern memberikan fasilitas yang nyaman bagi konsumen, seperti ruangan yang ber AC, penaatan barang yang rapi, sehingga mudah dan leluasa untuk men-cari barang yang diinginkan, pencahayaan yang terang, pembayaran yang me-manfaatkan mesin kasir atau menggunakan kartu member, kredit, maupun debit.

51Pariaman Sinaga, “Penelitian Dampak Keberadaan Pasar Modern (Supermarket Dan Hypermarket) Terhadap Usaha Ritel Koperasi/Waserda Dan Pasar Tradisional,” Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM (2006): 85–99.