• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN (UIN) MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN (UIN) MAKASSAR"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

WARUNG TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA DI TENGAH MARAKNYA

RETAIL MODERN DI KOTA MAKASSAR

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Ekonomi Syariah pada

Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

M. DZUL FADLI S.

NIM: 80500219007

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN (UIN) MAKASSAR

2 0 2 2

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Dzul Fadli S.

NIM : 80500219007

Tempat/Tgl. Lahir : Ujung Pandang/3 Juli 1991 Jurusan/Prodi : Ekonomi Syariah

Fakultas/Program : Pascasarjana

Alamat : Jl. Lasuloro Raya, No. 186 Makassar

Judul : Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Warung Tradisional dalam Mempertahankan Keberlanjutan Usaha di Tengah Maraknya Retail Modern di Kota Makassar.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa tesis ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa tesis ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, maka gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 11 Maret 2022 Penulis,

M. DZUL FADLI S.

NIM: 80500219007

(3)

iii

PERSETUJUAN PROMOTOR

Tesis dengan judul “Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Warung Tradisional dalam Mempertahankan Keberlanjutan Usaha di Tengah Maraknya Retail Modern di Kota Makassar”, yang disusun oleh Saudara M. Dzul Fadli S., NIM: 80500219007, mahasiswa/i Konsentrasi Ekonomi Syariah pada

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, memandang bahwa tesis tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Ujian Kualifikasi Hasil Penelitian Tesis.

PROMOTOR:

Dr. Siradjuddin, S.E., M.Si. ( ... )

KOPROMOTOR:

Dr. Hj. Rahmawati Muin, M.Ag. ( ... )

Makassar, Januari 2022

Diketahui oleh:

Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Prof. Dr. H. M. Ghalib M, M.A.

NIP. 195910011987031004

(4)

iv

KATA PENGANTAR

%

ِ ّللِ ُدحمَ ح

َ َعَل ُمَلاَّسلاَو ُةَلا َّصلا َو ِنحيِّلداَو اَيحنُّلدا ِرحوُمُأ َ َعَل ُ حيِْعَتحسَن ِهِبَو حيِْمَلاَعحلا ِّبَر لْا

ِ ّللا ِلحوُسَر حيِْعَ حجْ َ

أ ِهِباَح حص َ

أَو ِ ِلِآ َ َعَلَو َ حيِْلَسحرُمحلاَو ِءاَيِبحنَلأحا ِمِتاَخ محيِرَكحلا ُدـحعَب اَّم َ ,

أ :

Tiada ucapan yang patut dan pantas diucapkan kecuali ucapan puji dan syukur kepada Allah swt atas hidayah, taufik dan rahmat-Nya yang dikaruniakan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Warung Tradisional dalam Mempertahankan Keberlanjutan Usaha di Tengah Maraknya Retail Modern di Kota Makassar”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia.

Dalam penyusunan tesis ini, tentunya banyak pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan. Karena itu, dengan segala ke- rendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, Ph.D., Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

2. Prof. Dr. H. M. Ghalib M, M.A., Selaku Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar beserta wakil direktur Dr. H. Andi Aderus, Lc., MA.

beserta jajarannya.

3. Dr. H. Abdul Wahid Haddade, Lc., M.H.I. dan Dr. Siradjuddin, SE., M.Si.

selaku ketua dan sekertaris Prodi Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan studi ini, serta staf prodi Ian Safutra, S.HI. yang telah banyak membantu dalam proses pengurusan berkas akademik.

(5)

v

4. Dr. Siradjuddin, M.Si. dan Dr. Hj. Rahmawati Muin, M.Ag. selaku promotor dan kopromotor yang secara ikhlas telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan bantuan berharga dalam penyelesaian tesis ini.

5. Prof. Dr. H. Syahrir Mallongi, S.E., M.Si dan Dr. Syahruddin, M.Si. selaku penguji utama I dan II yang telah memberikan pengarahan, serta banyak memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun dan berbagai solusi dalam perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

6. Para Guru Besar dan dosen Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang tidak dapat disebut namanya satu persatu, terkhususnya pada Program Studi Ekonomi Syariah yang telah banyak memberikan konstribusi ilmiah sehingga dapat membuka cakrawala berpikir selama masa studi.

7. Kepala Perpustakaan, Seluruh pegawai dan staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah membantu menyiapkan literatur dan memberikan pelayanan administrasi maupun informasi dan kemudahan- nvkemudahan lainnya selama menjalani studi.

8. Kedua orang tua penulis H. Syahrir Rauf dan Hj. Maemunah Rumallang, yang tidak pernah berhenti memberikan kasih saying, semangat, dukungan, perhatian, dan terus mendoakan kesuksesan dan keselamatan penulis di dunia dan akhirat, serta teruntuk istri dan anak tercinta yang selalu mendampingi dan memotivasi penulis, dan seluruh keluarga besar penulis.

9. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kota Makassar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, serta pada informan yang telah meluangkan waktunya dan membantu dalam memberikan informasi kepada penulis.

(6)

vi

10. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Angkatan 2019 gelombang pertama, khususnya pada kelas Non Reguler Ekonomi syariah: Asrul, S.E., M. Afief Mubayyin, S.E., M.E., Nurjannah, S.H., M.E., dan Muh. Safri, S.E.

11. Kepada Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya bagi penulis dalam penyusunan tesis ini baik secara materil maupun formil.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu demi kesempurnaan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 11 Maret 2022 Penulis,

M. DZUL FADLI S.

NIM: 80500219007

(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL TESIS i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ii

PENGESAHAN TESIS iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

TRANSLITERASI xi

ABSTRAK xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 5

C. Rumusan Masalah 8

D. Kajian Pustaka 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

BAB II TINJAUN TEORETIS 12

A. Bisnis dalam Perspektif Islam 12

B. Jenis-Jenis Usaha 22

C. Keberlanjutan Usaha dalam Islam 26

D. Etika Bisnis Dalam Islam 28

E. Kerangka Konseptual 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 49

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 49

B. Pendekatan Penelitian 49

C. Sumber Data 50

D. Teknik Pengumpulan Data 51

(8)

viii

E. Instrumen Penelitian 52

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 53

G. Pengujian Keabsahan Data 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 56

B. Gambaran Umum Informan 60

C. Dampak Maraknya Retail Modern bagi Keberlanjutan

Usaha Warung Tradisional 67

D. Pemahaman dan Penerapan Etika Bisnis Islam pada

Pedagang Warung Tradisional 76

E. Keberlanjutan Usaha Warung Tradisional di Kota Makassar

yang Menerapkan Etika Bisnis Islam 96

BAB V PENUTUP 107

A. Kesimpulan 107

B. Implikasi Penelitian 108

DAFTAR PUSTAKA 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN 112

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 118

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. halaman

Teks

4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Makassar (Jiwa) 58 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut

di Kota Makassar 2020 59

4.3 Jumlah Retail Modern Alfamart dan Indomaret di Kota

Makassar 2022 61

4.4 Daftar Informan Pedagang 63

4.5 Identitas Informan Menurut Jenis Kelamin 64

4.6 Identitas Informan Menurut Tingkat Pendidikan 64 4.7 Identitas Informan Menurut Umur dan Lama Usaha 66

4.8 Daftar Informan Pembeli 67

4.9 Dampak Kehadiran Retail Modern bagi Pedagang Warung

Trandisonal 69

4.10 Besar Kecil Dampak Negatif yang ditimbulkan 71 4.11 Warung Tradisional yang Telah Bangkrut Setelah Kehadiran

Retail Modern 73

4.12 Minat Belanja Konsumen pada Warung Tradisional dan Retail

Modern 74

4.13 Terbantunya Konsumen dari Keberadaan Retail Modern yang

Dekat 76

4.14 Pengetahuan Etika Bisnis Islam Pedagang Warung Tradisional 79 4.15 Menjual Barang yang Halal dan Layak Dikonsumsi 80

4.16 Jujur dalam Timbangan dan Takaran 83

4.17 Tidak Menimbun Barang Dagangan 84

(10)

x

4.18 Penggantian Barang Rusak yang Dikomplain Konsumen 86

4.19 Tidak Mengambil Pinjaman Riba 87

4.20 Meninggalkan Jual Beli pada Waktu Salat 89

4.21 Adil dalam Menetapkan Harga 90

4.22 Pelayanan yang Ramah dan Santun 91

4.23 Berpenampilan yang Sopan dan Menutup Aurat 93

4.24 Menjaga Kebersihan dan Keindahan Warung 94

4.25 Penerapan Etika Bisnis Islam Pedagang Warung Tradisional 95 4.26 Capaian Angka Penjualan Seperti Sebelum Hadirnya Retail

Modern 98

4.27 Upaya Pedagang untuk Mengembalikan Stabilitas Penjualannya 99 4.28 Minat Belanja Konsumen pada Tempat yang Menerapkan Etika bisnis

Islam 100

4.29 Pemahaman Pedagang tentang Pentingnya Etika Bisnis Islam

Dan Penerapannya dapat Mempertahankan Keberlanjutan Usaha 102

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. halaman

Teks

2.1 Kerangka Konseptual 48

(12)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN KATEGORI SINGKATAN

Pedoman Transliterasi Arab Latin pada prinsipnya, yang digunakan dalam penulisan disertasi ini mengacu pada hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama R.I., dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I tahun 1987, Nomor:

0543/b/U/1987.

A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث Sa es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ha ha (dengan titik di bawah)

خ Kha Kh ka dan ha

د Dal D De

ذ Zal Ż zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin Sy es dan ye

ص Sad es (dengan titik di bawah)

ض Dad de (dengan titik di bawah)

ط Ta te (dengan titik di bawah)

ظ Za zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain apostrof terbalik

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

(13)

xiii Lanjutan Tabel Transliterasi

ن Nun N En

و Wau W We

ه Ha H Ha

ء Hamzah , Apostrof

ي Ya Y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri atas vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َا

fatḥah A A

ِا

Kasrah I I

ُا

ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

َى

fatḥah dan yā’ Ai a dan i

حوَى

fatḥah dan wau Au a dan u

Contoh:

َفحيَك

: kaifa

َلحوَه

: haula

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

(14)

xiv

Harakat dan Huruf Nama Huruf & Tanda Nama

َ ى… |َ ا…

fatḥah dan alif atau yā’ Ā a dan garis di atas

ى

kasrah dan yā’ I i dan garis di atas

وى

ḍammah dan wau Ū u dan garis di atas

Contoh:

َتاَم

: mata

َمَر َ

: rama

حلحيِق

: qila

ُتحوُمَي َ

: yamutu

4. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, yang transliterasinya adalah [t].

Sedangkan tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasi-nya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

marbūṭah itu transliterasinya dengan (h).

Contoh:

ِل َف حط َ

لأ ح ا ُة َضَوَر

: raudal al-at fal

ُةَل ِض اَفل ح ا ُةَنحي ِدَم ح َ

لَا

: al-madinah al-fadilah

ةَمحكِ ح

لَْا

: al-hikmah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah/tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid

( ّّ

), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan per- ulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

اَنَّبَر

: rabbana

اَنحيَّ نَ َ

: najjainah

(15)

xv 6. Kata Sandang

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyi huruf yang ada setelah kata sandang. Huruf "l" (ل) diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

ُةَف َس ح لَف ح

لَا

: al-falsafah

ُدَلاِ ح

لَْا

: al-biladu 7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

a. Hamzah di Awal

ُتحرِمُا :

umirtu

b. Hamzah Tengah

َنحوُرُم ح

أَت :

ta’muruna c. Hamzah Akhir

ء ح َ شَ : :

Syai’un

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Setiap kata pada dasarnya, baik fi‘il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.

Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasinya penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara; bisa terpisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.

Contoh:

Fil Zilal al-Qur’an

Al-Sunnah qabl al-tadwin 9. Lafẓ al-Jalālah

(الله)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

(16)

xvi Contoh:

َّللا ُنحيِد َ

Dinullah

اِبهل َّ لا

billah

Adapun tā’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-Jalālah ditransliterasi dengan huruf [t].

Contoh:

حمُه َّللا ِةَ ححَْر ح ِفِ

Hum fi rahmatillah 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnyadigunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri di-dahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh:

Syahru ramadan al-lazi unzila fih Alquran Wa ma Muhammadun illa rasul

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subhānahū wa ta‘ālā

saw. = sallallāhu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salām

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja w. = Wafat tahun

QS .../...:4 = QS al-Baqarah/2:4 atau QS Ali ‘Imrān/3:4 HR = Hadis Riwayat

(17)

xvii ABSTRAK Nama : M. Dzul Fadli S.

NIM : 80500219007

Judul : Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Warung Tradisional dalam Mempertahankan Keberlanjutan Usaha di Tengah Maraknya Retail Modern di Kota Makassar

Pokok permasalahan pada penelitian ini membahas tentang penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional yang terkena dampak dari kehadiran retail modern. Selanjutnya dari pokok permasalahan dapat di Tarik beberapa rumusan masalah, yaitu 1) Apakah dampak maraknya retail modern bagi keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar? 2) Apakah pedagang warung tradisional di Kota Makassar memahami dan menerapkan etika bisnis Islam pada usahanya? 3) Bagaimanakah keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar yang menerapkan etika bisnis Islam?.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan metode kualitatif yang dilakukan secara deskriptif analisis. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan penelitian yang digunakan meliputi pendekatan teologis normatif, sosiologis dan fenomenologi. Dengan sumber data yang terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer yang didapatkan langsung dari pedagang atau pembeli dan sumber data sekunder didapatkan dari berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan penelitian. Metode pengumpulan data yaitu meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi untuk selanjutnya data yang terkumpul dianalisis melalui reduksi data, penyanyian data dan baru kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) kehadiran retail modern di tengah-tengah warung tradisional memberikan dampak negatif kepada keberlanjutan usahanya, sedangkan pedagang warung tradisional yang merasakan dampak positif atau terbantu dari keberadaan retail modern hanya sedikit, dan tidak merata dirasakan oleh semua pedagang warung tradisional. 2) Para pedagang warung tradisional di Kota Makassar telah menerapkan sebagian besar dari etika Islam pada usaha warung tradisional mereka, meski hampir semua pedagang merasa asing atau tidak tahu dengan istilah etika bisnis Islam dan perinciannya. 3) Penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional di tengah maraknya retail modern di Kota Makassar dapat mempertahankan keberlanjutan usaha mereka.

Implikasi dari penelitian ini perlunya memberikan edukasi kepada para pedagang warung tradisional terkait etika bisnis Islam, manajemen usaha, pemanfaatan teknologi, serta pemberian modal bebas riba. Selanjutnya mengajak masyarakat untuk tetap berbelanja di warung tradisional dan meminta kepada pemerintah untuk menentukan zona yang tepat untuk retail modern agar tidak memberikan dampak negatif pada usaha warung tradisional di sekitarnya.

Kata Kunci: Etika, Islam, Keberlanjutan, Usaha

(18)

xviii

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi agar dapat mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia melakukan berbagai macam usaha, baik sektor usaha formal maupun informal. Sektor usaha formal adalah bidang usaha yang mendapatkan izin dari pejabat yang berwenang dan terdaftar di lembaga pemerintahan. Sedangkan sektor usaha informal adalah bidang usaha yang tidak memiliki izin dari pejabat yang berwenang dan tidak pula terdaftar di lembaga pemerintahan. Pada sektor usaha informal inilah pergerakan ekonomi rakyat lebih dominan.

Sektor usaha informal perlu untuk dibina dan dijaga, agar menjadi kekuatan ekonomi rakyat yang mandiri, handal dan maju. Salah satu contoh sektor per- ekonomian di bidang informal adalah warung tradisional atau biasa disebut warung tetangga atau warung kelontong.1 Yang dimana warung tradisional tersebut sangat mudah untuk didirikan dengan modal yang tidak terlalu besar. Usaha-usaha informal ini berpotensi untuk menjadi salah satu bidang usaha yang menghasilkan keuntungan secara langsung dan juga dapat menyerap tenaga kerja.2 Melihat kebutuhan masyarakat yang dapat terpenuhi dengan keberadaan warung-warung tradisional, maka usaha informal warung tradisional berpotensi menjadi poros ekonomi masyarakat di lingkungannya.

1Sri Endang Rahayu, “Studi Komparatif Perubahan Pendapatan Usaha Warung Tradisional Sebelum Dan Sesudah Adanya Warung Retail Modern Di Kecamatan Medan Timur,” Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis 14, no. 2 (2015): h. 151.

2Sri Endang Rahayu, “Studi Komparatif Perubahan Pendapatan Usaha Warung Tradisional Sebelum Dan Sesudah Adanya Warung Retail Modern Di Kecamatan Medan Timur,” h. 151.

(20)

Seiring perkembangan zaman, warung tradisional mengalami kemunduran yang mempengaruhi perekonomian suatu masyarakat. Hal ini dikarenakan muncul- nya pasar modern yang dinilai cukup potensial oleh para pebisnis retail. Retail modern yang mengalami pertumbuhan cukup pesat saat ini adalah minimarket dengan konsep waralaba atau franchise.3 Persentase pertumbuhan pasar modern di indonesia adalah 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional telah mengalami kontraksi 8% per tahun.4 Adapun pertumbuhan minimarket di Kota Makassar mengalami peningkatan sangat pesat dari tiap tahunnya. Menurut Mujahid jumlah gerai minimarket di Kota Makassar pada tahun 2014 mencapai 366 gerai dari 14 kecamatan, yang jumlahnya bertambah dari tahun sebelumnya.5 Pesatnya per- tumbuhan retail modern ini sudah diluar kendali, bahkan banyaknya ditemukan retail modern tersebut berdampingan dengan warung-warung tradisional.

Kebutuhan masyarakat terhadap suatu barang yang terus mengalami peningkatan baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya, adalah suatu hal yang tidak boleh luput dari perhatian. Tingkat konsumsi masyarakat terus mengalami peningkatan, hal itu karena meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang mem- buat kebutuhan masyarakat atas barang dan jasa terus meningkat.6 Secara kuantitas, warung tradisional umumnya mempunyai persediaan barang yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari konsumen.

Adapun secara kualitas, barang yang dijual di retail modern mempunyai kualitas

3Ni Komang Ayu Triadi Dewi, Ida Bagus Made Astawa, and I Nyoman Suditha, “Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung Tradisional Di Kota Singaraja,” Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha 2, no. 3 (2014): h. 2.

4Abd Kadir Arno and Nur Ariani Aqidah, “Zonasi Mini Market Di Kota Palopo Suatu Upaya Perlindungan Pasar Tradisional Dan Warung Kecil,” Al-Amwal: Journal of Islamic Economic Law 3, no. 2 (2018): h. 199.

5Mujahid and Nasyirah Nurdin, “Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Warung Kecil Di Kota Makassar,” Keislaman Terateks 5, no. 1 (2018): h. 3.

6Baginda Parsaulian, Hasdi Aimon, and Ali Anis, “Analisis Konsumsi Masyarakat Di Indonesia,” Jurnal Kajian Ekonomi 1, no. 2 (2013): h. 3.

(21)

yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak.7 Maka, beralihnya masyarakat berbelanja ke retail modern adalah tuntutan ke- butuhan mereka yang harus dipenuhi dan kenyamanan serta kemudahan dalam berbelanja.

Perkembangan zaman dan kemajuan ilmu dan teknologi sangat mem- pengaruhi aktivitas perekonomian, yang tujuannya untuk memudahkan dan mem- perlancar kegiatan perekonomian. Retail modern ini muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian, teknologi dan gaya hidup masyarakat, di mana orang-orang sekarang ini membutuhkan lebih banyak ke- nyamanan dalam berbelanja.8 Berbeda dengan warung tradisional yang dikelola dengan manajemen yang lebih tradisional dan simpel daripada retail modern. Akan tetapi kehadiran retail modern ini memberikan pengaruh buruk terhadap keber- langsungan usaha warung tradisional. Tidak sedikit warung tradisional mengalami penurunan omset penjualan, berkurangnya pembeli yang menyebabkan banyak barang yang expired, bahkan ada yang sampai gulung tikar.9

Menghadapi maraknya retail modern sebagian usaha warung tradisional tidak melakukan upaya-upaya yang baru agar dapat bertahan, hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang pengembangan usaha, pemanfaatan teknologi dan modal yang cukup. Dan sebagian yang lainnya membuat strategi untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya seperti menjual makanan atau kue- kue yang tidak dijual di minimarket, menjual bensin, membuka warung lebih awal,

7Rahayu, “Studi Komparatif Perubahan Pendapatan Usaha Warung Tradisional Sebelum Dan Sesudah Adanya Warung Retail Modern Di Kecamatan Medan Timur,” h. 157-158.

8Arno and Aqidah, “Zonasi Mini Market Di Kota Palopo Suatu Upaya Perlindungan Pasar Tradisional Dan Warung Kecil,” h. 203.

9Mahrani Rangkuti, “Pengaruh Kehadiran Toko Modern Terhadap Keberlangsungan Warung Tradisional Di Kota Padangsidimpuan,” Jurnal ESTUPRO 3, no. 2 (2018): h. 54.

(22)

memperpanjang waktu menjual, dan pemanfaatan teknologi seperti pertamini, aplikasi buku kas warung dan lain-lain.10 Upaya-upaya yang dilakukan para pe- dagang warung tradisional untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya dengan pendekatan manajemen dan teknologi, sedangkan upaya dengan pendekatan spiritual belum ada seperti penerapan etika bisnis Islam.

Penerapan etika bisnis Islam kurang diperhatikan oleh sebagian besar para pengusaha muslim dan di antaranya adalah pengusaha warung tradisional. Hanya sebagian kecil dari mereka yang menerapkan etika bisnis Islam pada usahanya, dan sebagiannya yang lain tidak tahu apa itu etika bisnis Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali, apakah usaha yang dijalankannya sudah sesuai dengan etika bisnis Islam atau justru melanggarnya. Padahal, penerapan etika Islam dalam berbisnis adalah yang sangat mendasar bagi pengusaha dan menjadi salah satu faktor utama untuk mendapatkan tujuan dari usaha yang dijalankan.

Hal itu dikarenakan keberlanjutan dan keberhasilan suatu usaha merupakan rezki dari Allah swt. Dan rezki setiap manusia telah ditetapkan oleh-Nya sejak sebelum manusia itu lahir di dunia. Dari Sahabat Ibnu Mas’ud Ra. berkata bahwa Rasulullah saw, bersabda:

اموي يْعبرأ همأ نطب فِ هقلخ عميج مكدحأ نإ حورلا هيف خفنيف كلملا لسري مث

ديعس وأ قيشو هلمعو هلجأو هقزر بتكب تامكل عبرأب رمؤيو

Artinya:

Sesungguhnya setiap dari kalian diciptakan di perut ibunya selama 40 hari, kemudian dikirim padanya malaikat untuk meniupkan ruh padanya dan diperintahkan untuk mencatat empat hal, yaitu mencatat rezkinya, ajalnya, amalannya, dan suka-dukanya. HR. Muslim.11

10 Mujahid and Nasyirah Nurdin, “Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Warung Kecil Di Kota Makassar,”, h. 7.

11Muslim Al-Naisaburi, Shahih Muslim (Kairo: Dar Al-Ta’shil, n.d.), no. 2643.

(23)

Dan Allah pula yang melapangkan rezki dan menahannya, sehingga keber- hasilan dan keberlangsungan usaha seseorang bergantung pada kehendak Allah.

Allah swt, berfirman dalam QS. Al-‘Ankabut/29 : 62.

ميِلَع ٍءح َشَ ِ ّلُكِب َ َّللا َّنِإ ۚ ُ َلِ ُرِدحقَيَو ِهِداَبِع حنِم ُءاَشَي نَمِل َقحزِّرلا ُطُسحبَي للا

Terjemahnya:

Allah melepangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba- hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.12

Maka, sudah seharusnya pengusaha muslim untuk menerapkan etika bisnis Islam di setiap usahanya, agar Allah melancarkan usahanya dan memudahkannya dalam menghadapi permasalahan dalam usahanya, termasuk dalam mempertahan- kan keberlanjutan usahanya di tengah meraknya retail modern. Dari pemaparan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Warung Tradisional dalam Mempertahankan Ke- berlanjutan Usaha di Tengah Maraknya Retail Modern di Kota Makassar”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Penelitian ini, peneliti akan fokus pada penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional dalam mempertahankan keberlanjutan usaha di tengah maraknya retail modern di Kota Makassar. Adapun deskripsi fokus pada penelitian ini adalah:

1. Warung Tradisional

Warung tradisonal yang dikenal dengan warung tetangga atau warung kelontong adalah usaha yang menjual bahan-bahan campuran dari kebutuhan hidup sehari-hari. Warung tradisional adalah usaha yang dikelola dengan manajemen

12R I Kementerian Agama, “Al-Qur’an Dan Terjemahan,” Bandung: CV Mikraj Khazanah Ilmu (2013): h. 403.

(24)

klasik, yang mana pemilik warung tradisional juga berfungsi sebagai kasir, penyetok barang, dan menjadikan sebagian dari rumahnya untuk tempat usahanya.

Warung tradisional yang menjadi objek penelitian ini adalah warung tradisional yang berlokasi sangat dekat dengan retail modern yaitu Alfamart dan Indomaret, sehinga mendapatkan pengaruh buruk dari keberadaan retail modern tersebut, di- antaranya adalah berkurangnya penjualan, pelanggan dan menurunnya keuntungan.

Pedagang warung tradisional adalah pelaku usaha, yang kebanyakan yang menjaga warung dan melayani pembeli sekaligus, namun adapula yang meperkerja- kan orang lain dalam jumlah dan gaji terbatas. Pedagang warung tradisional juga sedikit yang menggunakan teknologi dalam menjalankan usahanya, kecuali yang mudah digunakan dan murah seperti kalkulator.

2. Retail Modern

Retail modern adalah usaha yang sama dengan warung tradisional yaitu menjual barang-barang campuran dari kebutuhan sehari-hari seperti alfamart dan indomaret. Namun perbedaannya terdapat pada jenis usahanya yaitu usaha besar, modal besar, dan pengelolaannya menggunakan manajemen modern, sehingga membutuhkan orang lain untuk dipekerjakan sebagai kasir, pelayan, penyetok barang. Retail modern juga menyediakan produk lebih lengkap, pelayanan lebih nyaman, tempat yang strategis, harga lebih murah dan tata ruang dan barang lebih rapi jika dibandingkan dengan warung tradisional, serta pemanfaatan kemajuan teknologi dalam pembayaran, pemasaran dan manajemen.13

Retail modern yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Alfamart dan Indomaret. Kedua retail modern berkembang dengan sangat cepat dan memiliki gerai banyak tersebar di seluruh Provinsi di setiap Kota dan Kebupaten. Terdapat pula retail modern lain yang dikelola hampir sama dengan kedua retail tersebut

13Mujahid and Nurdin, “Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Warung Kecil Di Kota Makassar,” (2018), h. 2.

(25)

seperti Thaybah Mart, Zaza Mart, Tanratu Mart dan lain-lain. Namun pertumbuhan- nya masih lamban dan tidak memberi pengaruh buruk kepada warung-warung tradisional yang ada didekatnya, bahkan sudah ada pula retail modern bangkrut setelah memiliki gerai yang banyak seperti Mini Mart dan 212 Mart. Maka, peneliti- an ini terfokuskan pada kedua retail modern tersebut, yaitu Alfamart dan Indomaret.

3. Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah moral atau akhlak dalam menjalankan bisnis ber- dasarkan ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari Alquran dan Hadis, Ijma’

dan Qiyas. Etika bisnis Islam membahas tentang praktek dalam berbisnis yang halal dan haram, benar dan salah, baik dan buruk, serta hak dan kewajiban ditinjau dari syari’at Islam. Penelitian ini akan menjabarkan poin-poin penting pada etika bisnis Islam yang selanjutnya akan menjadi indikator dalam penilaian pada penelitian ini.

Pembahasan etika bisnis Islam mencakup tiga maslahat dalam maqāṣid al-syarī’ah yaitu, ḍaruriyyāt, hājiyyāt dan tahsīniyyat, yang mana ketiga maslahat itu untuk memenuhi kebutuhan manusia yang bersifat primer, sekunder dan tersier. Hal itu disebabkan karena agama Islam dating membawa rahmat bagi alam semesta.

4. Keberlanjutan Usaha

Keberlanjutan usaha adalah kondisi dimana suatu usaha mampu bertahan atau survive dalam persaingan. Tujuan dari keberlanjutan usaha adalah untuk meng- hindari kebangkrutan yang akan terjadi, sehinga usaha tersebut dapat terus berjalan dan menghasilkan keuntungan. Keberlanjutan usaha yang dimaksud dalam peneliti- an ini adalah keberlanjutan usaha warung tradisional yang dikhawatirkan akan mengalami penurunan penjualan dan penghasilan, bahkan sampai pada kebangkrut- an, hal itu disebabkan oleh kehadiran retail-retail modern yang mengambil pangsa pasar warung tradisional dan memberikan pengaruh buruk, yaitu Alfamart dan Indomaret.

(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah terkait penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional dalam mempertahankan keberlanjutan usaha di tengah maraknya retail modern di Kota Makassar sebagai berikut:

1. Apakah dampak maraknya retail modern bagi keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar?

2. Apakah pedagang warung tradisional di Kota Makassar memahami dan menerapkan etika bisnis Islam pada usahanya?

3. Bagaimanakah keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar yang menerapkan etika bisnis Islam?

D. Kajian Pustaka

Penyusunan sebuah karya ilmiah dibutuhkan referensi-referensi dari pe- nelitian terdahulu yang relevan dengan pembahasan pada penelitian ini. Sebelum melakukan penelitian ini, maka penulis memulai dengan melakukan kajian terhadap karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.

Buku karangan Abd. Al-Mushlihَ dan Sholah Al-Shawiy, “Mā lā yasa’ Al- Tājiru Jahlahu”, tahun 2004. Buku ini membahas tuntas tetang etika pebisnis muslim, yang dimulai dari memiliki niat yang baik, akhlak yang baik, bertransaksi dengan yang baik-baik, menunaikan hak-hak, menjauhi riba dan yang mengantar- nya ke riba, menjauhi memakan harta dengan cara yang batil, komitmen dengan aturan sesuai syariat, tidak merugikan orang lain, mencintai sesame orang beriman, dan mempelajari hukum-hukum dalam bermuamalah.14

14Abdullah Al-Mushlih and Sholah Al-Shawiy, Mā Lā Yasa’ Al-Tājiru Jahlahu (Maktabah Nur, 2004), h. 1- 17.

(27)

Desertasi Syaharuddin, “Etika Bisnis Perpektif Hukum Islam”, tahun 2014.

Menyimpulkan bahwa hakikat etika bisnis dalam perspektif Islam adalah bisnis yang dimulai dengan niat membangun bisnis yang berorientasi nilai-nilai akhlak mulia, moralitas yang bernilai ibadah, norma-norma agama, peraturan perundang- undangan dan peraturan syari’ah.15 Dalam penelitian tersebut mengangkat masalah hakikat etika bisnis Islam, konsep etika bisnis Islam yang humanis, dan konsep penegakkan etika bisnis Islam pada bisnis modern.

Heri Irawan menyebutkan dalam Tesisnya yang berjudul “Penerapan Etika Bisnis Islam pada Pedagang Sembako di Pasar Sentral Sinjai”, tahun 2017. Tesis ini menyimpulkan bahwa mayoritas pedagang sembako di Pasar Sentral sudah memahami dan menerapkan etika bisnis Islam dalam perdagangannya, namun tetap masih ada saja yang tidak mau menerapkan etika bisnis Islam karena sudah terbiasa dengan system perdagangan yang menintik beratkan pada keuntungan dunia semata.16 Tesis tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Penulis akan melakukan penelitian yang terfokus pada kemampuan bersaing pengusaha warung tradisional yang menerapkan etika bisnis Islam terhadap retail modern.

Tesis Sulkifli Herman dengan judul “Penerapan Prinsip dan Etika Ekonomi Islam dalam Upaya Pengembangan Bisnis Ritel Thaybah Mart Makassar” tahun 2018. Tesis ini menjelaskan prinsip dan etika ekonomi Islam, dan penerapannya pada ritel Thaybah Mart. Kesimpulan dalam tesis tersebut adalah penerapan prinsip dan etika ekonomi Islamnya masih belum maksimal, yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang prinsip dan etika ekonomi Islam, serta tidak

15Syaharuddin, Etika Bisnis Dalam Perspektif Hukum Islam: Studi Membangun Sistem Ekonomi Yang Humanis (Makassar: Alauddin University Press, 2014),h. 1-297 .

16Heri Irawan, “Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Pedagang Sembako Di Pasar Sentral Sinjai” (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2017), h. 1-93.

(28)

berjalannya pengawasan yang rutin dari STIBA Makassar.17 Tesis tersebut berbeda dengan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penulis akan melakukan penelitian pada objek yang berbeda, yaitu pada pedagang warung tradisional.

Jurnal Mujahid, “Dampak Keberadaan Minimarket terhadap Warung Kecil di Kota Makassar,”. Artikel ini membahas tentang dampak dari keberadaan minimarket terhadap warung tradisional. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan retail modern memberikan dampak terhadap warung tradisional seperti, penurunan penghasilan, berkurangnya penjualan, banyaknya barang-barang yang expired. Hal itu disebabakan karena peningkatan pertumbuhan warung tradisional yang sangat pesat tiap tahunnya dan jarak antara warung tradisional dan retail modern saling berdekatan, berhadapan, ada pula yang berdampingan.18

Beberapa karya ilmiah yang telah disebutkan di atas, memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, namun berbagai tulisan tersebut me- miliki fokus dan objek yang berbeda-beda dengan penelitian ini. Objek dalam penelitian ini adalah pedagang warung tradisional yang berbeda dengan penelitian yang sebelumnya yaitu pedagang sembako di pasar sinjai dan Thaybah Mart. Dan peneliti lebih memfokuskan pada penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional dalam mempertahankan keberlanjutan usaha di tengah marak- nya retail modern di Kota Makassar.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian adalah untuk:

17Sulkifli Herman Herman, Nasir Hamzah Hamzah, and Amiruddin Kadir, “Prinsip Dan Etika Pada Manajemen Pemasaran Dalam Upaya Pengembangan Bisnis Thaybah Mart,” Laa Maisyir: Jurnal Ekonomi Islam 5, no. 2 (2018), h. 1-22.

18Mujahid and Nurdin, “Dampak Keberadaan Minimarket Terhadap Warung Kecil Di Kota Makassar,” h. 3.

(29)

a. Mengetahui dampak maraknya retail modern terhadap keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar

b. Mengetahui pemahaman pedagang warung tradisional di Kota Makassar tentang etika bisnis Islam dan penerapannya pada usahanya.

c. Mengetahui keberlanjutan usaha warung tradisional di Kota Makassar yang menerapkan etika bisnis Islam pada usahanya.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan masukan kepada pedagang-pedagang warung tradisional tentang penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional di tengah maraknya retail modern di Kota Makassar.

a. Kegunaan Teoritik. Penelitian teoritik diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan/referensi dalam pengembangan teori/konsep dan ilmu pengetahuan yang memiliki kaitan khusus dengan penerapan etika bisnis Islam pada usaha warung tradisional.

b. Kegunaan Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan masukan serta petunjuk praktis bagi peneliti, peneliti berikutnya dan pengusaha terkait penerapan etika bisnis Islam dalam usahanya, khususnya usaha warung tradisional agar dapat bertahan ditengah maraknya retail-retail modern.

(30)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Bisnis dalam Perspektif Islam

Bisnis merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh manusia dalam me- menuhi kebutuhan ekonominya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Daring, bisnis adalah usaha yang berorientasi komersial dalam dunia perdagangan, atau bidang usaha, atau usaha dagang.19 Bisnis berasal dari kata bahasa inggris yaitu business dan dalam bahasa arab adalah kasab atau tijārah yang diartikan pula sebagai usaha atau perdagangan, sedangkan pelakunya/ pengusaha disebut dengan pebisnis atau businessman dan tājir.

1. Pengertian Bisnis

Pengertian bisnis sudah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik dari cendikiawan muslim maupun non-muslim. Menurut M. Fuad bahwa bisnis dalam konteks umum tidak terlepas dari aktivitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang dan jasa yang melibatkan orang atau perusahaan. Sedangkan dalam konteks lebih sempit seringkali bisnis dihubungkan dengan usaha, per- usahaan atau organisasi yang menghasilkan dan menjual barang dan jasa yang ber- tujuan mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan hidup.20 Pandangan serupa menyatakan bahwa bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, dan usaha jasa, yang bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran barang dan jasa ke konsumen.21

19R I Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring”, last modified 2016, https://kbbi.kemdikbud.go.id/.

20Muhammad Fuad, Pengantar Bisnis (Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2006), h. 1.

21Buchari Alma, Pengantar Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 21.

(31)

Menurut Skinner bisnis adalah pertukaran barang atau jasa dalam rangka saling memberi keuntungan atau saling memberi manfaat.22 Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Hughes dan Kapoor bahwa bisnis adalah suatu kegiatan per- orangan yang terorganisir yang dapat memproduksi serta menjual barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.23 Begitu pula yang dinyatakan oleh Brown dan Petrello bahwa bisnis adalah suatu lembaga yang menyediakan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.24

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, peneliti tidak me- nemukan perbedaan yang signifikan dari aktivitas dan tujuannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah segala aktivitas yang mencakup produksi, distribusi, pemasaran, penjualan, pembelian atas suatu produk atau jasa yang me- libatkan perorangan, kelompok atau perusahaan, yang bertujuan mendapatkan ke- untungan untuk memenuhi kebutuhan hidup individual, kelompok dan masyarakat.

Maka, tidak keliru jika menyamakan bisnis dengan usaha, perdagangan, pertanian, penyewaan, perniagaan, penyedia jasa baik di bidang transportasi, maupun di bidang pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Dan bisnis tidak terkhususkan pada usaha-usaha besar, namun mencakup pula usaha-usaha mikro, kecil dan menengah.

Sedangkan pengertian bisnis dari para pemikir muslim diantaranya adalah Ibnu Khaldun yang dikenal dengan Bapak Ekonomi. Menurut Ibnu Khaldun bisnis atau kasab adalah nilai dari suatu usaha manusia, yaitu pemenuhan kebutuhan dengan upayanya sendiri atau dengan orang lain, yang mana keuntungan atau hasil yang diperoleh merupakan rizki dari Allah.25 Sedangkan secara spesifik Ibnu Khaldun mendefenisikan tijārah dengan usaha memperbanyak harta dengan mem-

22Francis Tanri, Pengantar Bisnis, Cet. I. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 4.

23Alma, Pengantar Bisnis, 2010, h. 21.

24Alma, Pengantar Bisnis, 2010, h. 21.

25Abd. Rahman Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, jilid II. (Suriah: Dar Ya’rib, 2004), h. 65.

(32)

beli barang dengan harga murah kemudian menjualnya dengan harga di atasnya.26 Ibnu Khaldun membedakan defenisi antara kasab dan tijārah. Nmun, jika diamati dari kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tijārah merupakan salah satu bentuk kasab.

Peneliti muslim lainnya mendefenisikan bisnis dengan serangkaian aktivitas usaha yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya dengan adanya aturan halal dan haram.27 Dalam defenisi ini menyebutkan bahwa aktivitas bisnis harus dijalankan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, maka jika pelakunya adalah muslim maka dia terikat dengan aturan Islam dalam berbisnis, di antaranya adalah aturan halal dan haram.

Berdasarkan pengertian-pengertian bisnis di atas, baik dari kalangan muslim maupun non-muslim, maka disimpulkan bahwa secara umum tidak terdapat per- bedaan yang signfikan dalam mendefensikan bisnis, yaitu suatu aktivitas usaha per- orangan atau kelompok untuk mendapatkan keuntungan. Namun secara substansial, bisnis dalam pandangan muslim sangat berbeda dengan pandangan non-muslim.

Perbedaan tersebut terletak pada aktivitas usaha yang dijalankan dalam Islam, sedangkan bagi non-muslim bahwa agama mereka tidak mengatur aktivitas bisnis mereka.

Perbedaan lainnya terletak pada keuntungan yang didapatkan, bagi muslim keuntungan merupakan rizki dari Allah yang sudah ditentukan besar dan kecilnya yang diperoleh dengan usaha melalui ikhtiyār, sedangkan bagi non-muslim keuntungan semata-mata adalah hasil dari bisnis atau usaha yang mereka jalankan.

Sehingga usaha yang dijalankan tidak terikat dalam ajaran agama mereka.

26Abd. Rahman Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, 2004: h. 83.

27Muhammad Ismail Yusanto, Menggagas Bisnis Islami (Gema Insani, 2002), h. 18.

(33)

2. Bisnis dalam pandangan Alquran dan Al-Sunnah

Alquran adalah firman Allah swt, dan merupakan pedoman hidup bagi kaum muslimin, yang didalamnya terdapat petunjuk-petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia. Di antaranya dalam menjalankan aktivitas bisnis guna memenuhi kebutuhan ekonomi. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Baqarah/2 : 2.

َيِْقَّتُم ح لِّل ىًدُه ۛ ِهيِف ۛ َبحيَر لَ ُباَتِك َ ح لا َكِلََٰذ

Terjemahnya: Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.28

Selanjutnya Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah swt, di muka bumi untuk menyampaikan risalah dari Allah kepada seluruh manusia, mengajarkan ummatnya dalam beribadah dan bermuamalah, serta menjadi teladan dalam men- jalani kehidupan dari berbagai aspek, diantaranya dalam berbisnis. Selanjutnya Allah swt, berfirman dalam QS. al-Ahzab/33 : 21.

حدَقَل َ هللا َرَكَذَو َرِخ َٰ ح لَا َمحوَ ح

لْاَو َ هللا اوُجحرَي َن َكَ حنَمِّل ةَن َسَح ةَوحسُا ِ هللا ِلحوُسَر ح ِفِ حمُك َل َنَكَ

اً حيِْث َك

Terjemahnya:

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.29

Seorang pebisnis muslim hendaknya menjadikan al-Qur’an dan al- Sunnah sebagai pedomannya dalam berbisnis, agar dapat meraih tujuan utama dari berbisnis yaitu kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat. Dan apabila mengabaikannya akan mendapatkan kesengsarang dunia dan akhirat. Berikut ini adalah pesan-pesan al-Qur’an dan al-Sunnah tentang bisnis:

28Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 2.

29Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 420.

(34)

a. Perintah untuk berbisnis yang halal.

Allah swt, memerintahkan hamba-Nya untuk memakan makanan yang halal dan ṭayyib. As-Sa’diy menyebutkan dalam tafsirnya tasīr al-karīm al- rahmān fī tafsīr kalām al-mannān bahwa halal yang dimaksud adalah bukan halal pada zatnya saja, melainkan halal cara dan usaha mendapatkannya, yaitu bukan dengan mencuri, merampas, dan usaha-usaha lainnya yang tidak di- benarkan dalam syariat.30 Maka bisnis halal adalah bisnis yang diperintahkan Allah swt, untuk dikonsumsi yaitu halal dan ṭayyib. Sebagaimana firman Allah swt, dalamَQS. al-Ma’idah/5 : 88.

َر اَّمِم حاوُ ُكَُو َنوُنِمحؤُم ۦِهِب مُتن َ

أ ٓىِ َّ

لَّٱ َ َّللٱ حاوُقَّتٱَو ۚ اًبِّي َط ًلاََٰلَح ُ َّللٱ ُمُكَقَز

Terjemahnya:

Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.31

b. Keuntungan bisnis merupakan rizki dari Allah.

Besar kecilnya keuntungan bisnis ditentukan oleh Allah Swt, bukan semata-mata karena sukses atau gagal bisnis yang dijalankan. Maka, seorang pebisnis disamping memiliki pengetahuan dalam menjalankan bisnisnya untuk mendapatkan keuntungan dan menjauhi kerugian, mestinya dia harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuat Allah melapangkan rizki dan menyempitkan rizki, karena besar kecil keuntunga bisnisnya bergantung pada rizkinya dari Allah. sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Mulk/67: 15.

ُرحو ُشُّنلا ِهح َلِْاَو هِقحزِّر حنِم احوُُكَُو اَهِبِكاَنَم ح ِفِ احوُشحماَف ًلَحوُلَذ َضحرَ حلَا ُمُكَل َلَعَج حيِ َّلَّا َوُه

30Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy, Tasīr Al-Karīm Al-Rahmān Fī Tafsīr Kalām Al- Mannān (Riyadh: Dar Al-Salam, 2002), h. 267.

31Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 122.

(35)

Terjemahnya:

Dialah (Allah) yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah di- jelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.32

c. Bisnis tidak boleh ditinggalkan.

Setiap manusia memiliki jatahnya masing-masing dari kenikmatan duniawi. Maka, untuk meraihnya dibutuhkan usaha yang salah satunya dengan berbisnis. Namun, dalam menjalani suatu bisnis agar tidak menjadikan bisnis- nya sebagai prioritas utama dalam kehidupannya, karena yang harus menjadi prioritas utama adalah beramal saleh untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat.

namun tidak pula diprioritaskan, Allah swt, berfirman dalam QS. al-Qashahsh /28: 77.

ۖ اَيحنُّلدا َنِم َكَبي ِصَن َسحنَت َ

لََو ۖ َةَرِخ ح

لْا َراَّلدا ُ َّللا َكاَتآ اَميِف ِغَتحباَو اَمَك نِسحح َ

أَو

َف ح لا ِغحبَت لََو ۖ َكح َ َ

لِْإ ُ َّللا َن َسحح َ َنيِدِسحفُم ح أ

لا ُّبِ ُيُ َ

لَ َ َّللا َّنِإ ۖ ِضحر َ ح

لأا ِفِ َدا َس

Terjemahnya:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (ke- bahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak me- nyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.33

d. Berbisnis dapat melalaikan pelakunya dari kewajiban.

As-Sa’diy menyebutkan dalam tafsirnya tasīr al-karīm al-rahmān fī tafsīr kalām al-mannān, bahwa kata al-takātsur tidak ditentukan apa yang diperbanyak itu, karena dapat mencakup apa-apa saja yang dapat diperbanyak

32Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 563.

33Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 394.

(36)

dan dibangga-bangakan, di antaranya adalah harta.34 Dan bisnis adalah usaha untuk mendapatkan harta yang dapat membuat pelakunya tergiur dan terlena untuk terus memperbanyaknya dari yang sebelumnya, hingga membuatnya lalai dari kewajibannya sebagai hamba Allah. Maka, seorang pebisnis harus menetukan orientasinya terlebih dahulu sebelum terjun ke dunia bisnis, yaitu untuk mendapatkan rizki dari Allah dan bukan sekedar memperbanyak harta.

Allah swt, berfirman dalam QS. At-Takatsur/102 : 1-2.

َرِباَقَم ح لا ُمُتحرُز َّتََح ُرُث َكََّلا ُمُكاَه ح ل َ أ

Terjemahnya:

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.35

e. Ada hak orang lain dari hasil bisinis.

Keuntungan yang didapatkan pebisnis dari bisnisnya bukan hak dia seluruhnya, melainkan ada hak-hak orang lain, yaitu fakir dan miskin. Karena itu, Allah swt mensyariatkan zakat dan sedekah agar keadilan sosial dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat. Maka setiap pebisnis hendaknya menyisihkan sebagian harta dari setiap keuntungan bisnisnya untuk disedekah- kan atau dikeluarkan zakatnya. Sebagaimana firman Allah swt, dalam QS. al- Ma’arij/70 : 24 - 25.

ِموُرححَم ح

لاَو ِلِئا َّسلِل مو ُلحعَم ٌّقَح حمِهِلاَوحمَأ ِفِ َنيِ َّلَّاَو

Terjemahnya:

Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).36

34As-Sa’diy, Tasīr Al-Karīm Al-Rahmān Fī Tafsīr Kalām Al-Mannān, 2002, h. 1102.

35Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 600.

36Kementerian Agama, “Alquran dn Terjemahan,” h. 569.

(37)

f. Berbisnis lebih mulia daripada meminta-minta.

Muhammad saw. menganjurkan untuk berbisnis guna memenuhi ke- butuhan hidup, dan tidak menganjurkan untuk meminta-minta kepada manusia, sekalipun bisnis yang dia jalankan seperti mencari kayu bakar untuk dijual. Hal itu, karena rizki setiap orang telah ditentukan oleh Allah, namun Allah ingin melihat usaha dari manusia untuk mendapatkan rizki tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw, bersabda:

وأ هيطعيف اًدحأ لأسي نأ نم لِ يْخ هرهظ عَل ةمزح مكدحأ بطتيُ نلأ هعنمي يراخلْا هاور .

Artinya:

Sungguh, seorang yang berbisnis dengna memikul seikat kayu bakar di- punggungnya, itu lebih mulia dari pada ia meminta-minta kepada manusia, kemudian orang itu memberinya atau tidak memberinya (HR.

Bukhari).37

g. Bisnis yang ideal adalah yang dikerjakan dengan tangan sendiri.

Bisnis ideal yang dimaksud dalam Hadis Rasulullah adalah cara penge- lolaan bisnis yang utama yaitu yang dihasilkan dari jeri payah sendiri, bukan dari warisan, pemberian dan meminta-minta, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rafi’ bin Khadij berkata:

ليق

لاق ؟بيطأ بسكلا يأ ،للا لوسر اي :

عيب كلو ،هديب لجرلا لمع :

روبرم دحْأ هاور .

Artinya:

Rasulullah saw. ditanya, Bisnis apakah yang ideal?. Beliau menjawab:

Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang baik (HR. Ahmad).38

37Muhammad Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari (Dar Ul-Hadith, 1978), no. 2245.

38Imam Ahmad Ibnu Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad Bin Hanbal (Riyadh: Dar Al-Salam, 2013), no. 6210.

(38)

h. Pebisnis hendaknya memiliki sifat jujur dan amanah.

Sifat jujur dan amanah merupakan akhlak yang dianjurkan dalam Islam, termasuk bagi para pebisnis. Bahkan Muhammad saw, menggandengkannya dengan para Nabi, orang-orang yang jujur dan syuhada, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Ra. dari Rasulullah saw. bersabda:

لاق ملسو هيلع للا لىص بيلنا نع ديعس بيأ نع

عم يْملأا قودصلا رجالا :

ءادهشلاو ،يْقيدصلاو ،يْيبلنا يذمترلا هاور .

Artinya:

Pedagang yang jujur dan dapat dipercaya ada bersama para nabi, orang- orang jujur, dan para syuhada (HR. Tirmidzi).39

i. Orientasi bisnis adalah mencari keberkahan.

Keberkahan harus menjadi orientasi dalam berbisnis dan bukan semata- mata mencari keuntungan duniawi saja. Karena jika keberkahan sudah menjadi orientasi bagi seorang pebisnis, maka dia tidak akan menjalankan bisnisnya dengan cara yang dapat menghilangkan keberkahan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

اَقَّرَفَتَي حمَل اَم ِراَيِ ح

لْاِب ِناَعِّيَ ح لْا حو َ –

أ َلاَق َّتََح اَقَّرَفَتَي حنِإَف –

اَقَد َص اَنَّيَبَو َكِروُب اَمُهَل

اَمِهِعحيَب ِفِ

، حنوَإِ

اَمَتَك اَبَذَكَو حتَقِ ُمُ

ُةَكَرَب اَمِهِعحيَب

Artinya:

Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam bisnis mereka. Sebaliknya, bila mereka berbohong dan saling

39Muhammad bin ’Isa Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi (Maktbah Mustafa Al-Halbi, 1975), no. 1209.

(39)

menyembunyikan, niscaya hilanglah keberkahan bisnis mereka (HR Bukhari dan Muslim).40

j. Aktifitas-aktifitas bisnis akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Percaya kepada hari akhir adalah pembeda yang jelas antara pebisnis muslim dan non muslim. Yang mana, pebisnis muslim meyakini bahwa semua yang dia kerjakan di dunia termasuk bisnis yang dia jalankan akan dimintai pertanggung jawabannya, sehingga dapat membentengi dirinya dari melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam berbisnis. Berbeda dengan non muslim atau yang tidak percaya kepada hari akhir, maka tidak ada aturan-aturan yang dapat menghalanginya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, sehingga dia menjalankan bisnisnya sesuka hatinya tanpa mempedulikan halal haramnya, sebagaimana yang diriwayatkan dari Muadz bin Jabal ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw, bersabda:

هانفأ اميف هرمع نع لاصخ عبرأ نع لأسي تَح ةمايقلا موي دبع امدق لوزت نل عو هقفنأ اميفو هبستكا نيأ نم لِام نعو هلابأ اميف هبابش نعو اذام هملع ن

هيف لمع يذمترلا هاور .

Artinya:

Pada hari kiamat kedua kaki manusia akan berhenti untuk dimintai per- tanggungjawaban atas empat hal: 1) tentang umurnya dihabiskan untuk apa; 2) tentang waktu muda dihabiskan untuk apa; 3) tentang harta, dari mana sumber penghasilannya dan dihabiskan untuk hal apa; dan 4) tentang ilmu yang ia miliki, diamalkan atau tidak (HR Tirmdizi).41 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dalam perpektif Alquran dan al-Sunnah adalah suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan dunia dan kebahagiaan akhirat, yang keduanya merupakan rezki dari Allah swt. Bahkan,

40Al-Bukhari, Sahih Al-Bukhari, no. 2079 ; Al-Naisaburi, Shahih Muslim, no. 1532

41Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi, no. 2417.

(40)

kebahagian akhirat lebih diutamakan disbanding keuntungan dunia, Allah swt ber- firman dalam QS. al-Qaṣaṣṡ/67 : 15, untuk mencari kebahagiaan akhirat terlebih dahulu tanpa melupakan kebahagiaan dunia. Maka, dalam menjalankannya harus memperhatikan aturan-aturan, etika-etika, dan hak-hak orang lain yang semuanya telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Karena semua aktivitas bisnis yang di- jalankan akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat oleh Allah swt.

B. Jenis-Jenis Usaha dan Keberlanjutannya dalam Islam 1. Klasifikasi Usaha

Usaha-usaha yang dijalankan pebisnis untuk mendapatkan keuntungan guna memenuhi kebutuhan hidupnya berbeda-beda. Jenis-jenis usaha tersebut dapat dibagi menjadi empat bagian berdasarkan besar dan kecilnya usaha tersebut, yaitu usaha mikro, kecil, menengah dan besar. Pembagian usaha ini telah ditentukan ke- tentuan dan kriterianya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.42 Usaha Mikro memeliki kriteria: kekayaan bersihnya paling banyak adalah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk didalamnya tanah dan bangunan tempat usaha; atau hasil penjualan tahunannya paling banyak adalah Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).43

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di- lakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak per-

42Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” no. 1 (2008): h. 2.

43Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah,” h. 5.

Referensi

Dokumen terkait

anggota populasi sebagai sampel. 5 Dalam hal ini peneliti memilih kelas III sebagai sampel untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel yang diambil pada

Penilaian hasil VARK questionaire menurut Fleming (2006) disesuaikan dengan tabel penentu jenis gaya belajar berikut ini. Siswa dapat memilih lebih dari satu

Sama seperti siklus I dan II, pada siklus III ini dilakukan perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, yaitu mempersiapkan rencana pembelajaran IPA dengan

Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi matematika siswa kelas X MAN Insan Cendekia Tanah Laut dalam menyelesaikan

Berdasarkan uraian diatas maka analisa kelayakan investasi yang akan dilakukan adalah berada pada Painting Shop. Didalam proses painting sendiri terdapat banyak

Perayaan hari-hari penting, seperti Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan Festival Budaya merupakan praktik baik dalam menumbuhkembangkan pemahaman dan kesadaran bagi

Dari Gambar 13 dan Gambar 14, terlihat bahwa teripang yang ada Negeri Porto merupakan teripang dengan kategori sedang sampai murah dan teripang yang bernilai tinggi atau mahal

Sumber Ngembag yang memiliki debit lebih besar dari Sumber Belik Kosel yaitu sebesar 4 liter/detik dilakukan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dengan