• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E. Keberlanjutan Usaha Warung Tradisional di Kota Makassar yang Menerap- Menerap-kan Etika Bisnis Islam

2. Peran Konsumen

Konsumen adalah faktor terpenting dalam mempertahankan keberlanjutan usaha warung tradisional, karena konsumen merupakan objek utama bagi para pe-dagang. Menurunnya penghasilan sebagian besar para pedagang warung tradisional disebabkan karena beralihnya sebagian konsumen untuk berbelanja di retail modern. Beralihnya konsumen ke retail modern karena keunggulan-keunggulan yang dimiliki, seperti ketersediaan produk yang lengkap dan bervariasi, kemudahan dan kenyamanan belanja yang memanfaatkan kemajuan teknologi, harga yang murah yang disertai diskon-diskon, dan lain-lainnya.

Namun, masih ada konsumen yang tetap berbelanja di warung tradisional sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Di antara alasan-alasan yang

di-kemukakan seperti lebih dekat dari tempat tinggal, barang yang dibutuhkan tersedia dan dapat dibeli dalam jumlah sedikit, dan harganya relatif murah meski tanpa diskon. Disamping itu, adapula alasan-alasan yang disampaikan karena bentuk ke-pedulian mereka pada keberlanjutan usaha warung tradisional.

Tabel 4.28 menjelaskan bahwa 38 konsumen atau 84,44% tertarik berbelanja di tempat yang menerapkan etika bisnis Islam, 6 konsumen atau 13,33%

mengatakan mungkin atau ragu-ragu, dan 1 konsumen atau 2,22% mengatakan tidak. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penerapan etika bisnis Islam pada suatu warung menjadi pertimbangan bagi pembeli untuk berbelanja di tempat tersebut. Hal itu disebabkan karena pembeli merasa lebih nyaman dan aman untuk berbelanja di tempat yang menerapkan etika bisnis Islam dibanding dengan warung yang tidka menerapkannya. Terlebih lagi apabila pelanggaran etika bisnis Islam yang dilakukan oleh pedagang tergolong pelanggaran yang berat, maka pembeli akan dirugikan karena tidak mendapatkan hak-haknya. Contoh pelanggaran etika bisnis Islam yang tergolong berat adalah curang dalam timbangan dan takaran, menimbun barang dagangan, tidak memberikan hak khiyār pembeli, dan lain-lainnya.

Tabel 4.28

Minat Belanja Konsumen pada Tempat yang Menerapkan Etika Bisnis Islam

Jawaban N %

Iya 38 84,44

Mungkin 6 13,33

Tidak 1 2,22

Total 15 100

Sumber: Data Primer (Wawancara Konsumen Warung Tradisional di Kota Makassar 2022)

Selanjutanya, kontribusi lainnya dari para konsumen untuk mempertahankan keberlanjutan usaha warung tradisional dengan menuangkan ide dan saran mereka. Ide dan sarannya sebagai berikut:

a. Pedagang Warung Tradisional.

Sebaiknya para pedagang lebih menjaga ke-bersihan dan kerapian warungnya, serta memberikan pelayanan yang baik dan ramah. Berkaitan dengan manajemen disarankan untuk menerima pembayaran non-cash seperti e-wallet dan mencantumkan harga pada setiap barang dan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memilih barang secara langsung. Adapun pada barang disarankan untuk memperhatikan kualitas barang, expired, variasi dan barang yang perputarannya cepat.

b. Konsumen.

Diharapkan para konsumen untuk tetap berbelanja di warung-warung kecil selama barang yang dibutuhkan masih tersedia. Dan saling mengajak orang-orang untuk tetap berbelanja di warung milik muslim untuk meningkat-kan ekonomi keluarganya.

c. Pengusaha Retail Modern.

Diharapkan pengusaha retail modern dapat menjalin kerjasama dengan pedagang warung tradisional yang ada di sekitarnya dengan memberikan harga lebih murah untuk dijual kembali.

d. Pemerintah Kota dan pemodal.

Meminta kepada pemerinah Kota untuk mem-batasi lokasi retail modern agar tidak saling berdekatan dengan warung tradisional atau tidak masuk di komplek perumahan. Dan mengadakan program penyuluhan untuk usaha kecil, tentang pelayanan yang baik dan menarik kepada konsumen. Selanjutnya, memberikan modal kepada pedagang warung tradisional dan pembinaan manajemen usaha.

3. Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah hal yang mendasar yang perlu diperhatikan oleh setiap pedagang muslim. Hal itu karena keberlanjutan usaha setiap pedagang telah ditentukan oleh Allah swt, sedangkan untuk mendapatkan tujuan utama dari ber-bisnis, yaitu keuntungan di dunia dan keselamatan di akhirat pilihannya ada di tangan para pedagang. Pedagang yang melanggar etika bisnis Islam namun usaha-nya lancar bahkan menghasilkan keuntungan yang bausaha-nyak, sejatiusaha-nya pedagang tersebut telah gagal dalam berbisnis karena telah mencelakakan dirinya di akhirat.

Tabel 4.29

Pemahaman Pedagang tentang Pentingnya Etika Bisnis Islam dan Penerapannya dapat Mempertahankan Keberlanjutan Usaha

Jawaban N %

Iya 15 100

Tidak - -

Total 15 100

Sumber: Data Primer (Wawancara Pedagang Warung Tradisional di Kota Makassar 2022)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 15 pedagang atau 100% mengatakan iya dan tidak ada pedagang yang mengatakan tidak. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua pedagang yang menjadi objek penelitian menyadari pentingnya etika bisnis Islam dan menyetujui bahwa penerapannya dapat mempertahankan keber-lanjutan usaha. Hal tersebut disebabkan karena para pedagang berkeyakinan bahwa rizki setiap pedagang telah ditentukan Allah swt. Jika pada suatu usaha berkurang penghasilannya, maka akan ada rizki Allah dari pintu-pintu yang lain. Sehingga untuk membuka pintu-pintu rizki Allah yang lainnya dengan menjaga etika-etika Islam dalam berbisnis. Sebagaimana yang di katakana oleh Ibu Yulianti:

Etika bisnis Islam sangat penting untuk diterapkan. Meski pemasukan ber-kurang karena adanya retail modern, kita harus yakin bahwa ada pintu-pintu rizki yang lain akan terbuka selama kita menerapkan etika bisnis Islam.158 Selanjutnya dilengkapi dengan pernyatakan Bapak H. Shulthani yang mengatakan bahwa:

Semua etika bisnis Islam harus dijalankan dalam berjualan. Karena yang ter-penting dalam berjualan adalah berkahnya, bukan besar kecilnya keuntung-an sebab itu sudah diatur semukeuntung-anya oleh Allah.159

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan etika bisnis Islam pada pedagang warung tradisional di tengah maraknya retail modern di Kota Makassar dapat mempertahankan keberlanjutan usaha mereka. Hal itu dapat di-ketahui dengan masih berlanjutnya usaha mereka sampai saat peneliti mewawan-carai mereka. Meski angka penjualan para pedagang belum pernah mencapai seperti sebelum hadirnya retail modern, namun mereka meyakini dan merasakan terbuka-nya pintu-pintu rizki Allah selama diterapkanterbuka-nya etika bisnis Islam. Disamping itu mereka khawatir jika keuntungan yang mereka dapatkan tidak berberkah karena adanya pelanggaran pada etika bisnis Islam.