Evaluasi atau penilaian seberapa efektif hidden curriculum
membentuk karakter diukur melalui buku penghubung yang diberikan kepada peserta didik dan diketahui oleh wali murid. Selain buku penghubung peserta didik juga diberikan buku HC (habitual curriculum) untuk melihat sejauh
mana perkembangan perilaku peserta didik serta mengukur kebiasaan- kebiasaan akhlakul karimah. Evaluasi dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program
Purnomo dan Munadi (2005:265) menjelaskan evaluasi adalah "mengevaluasi hasil belajar yang tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauhmana penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang harus dikuasai sebagaimana yang telah dirumuskan pada profil kompetensi lulusan".
Evaluasi sikap peserta didik tidak jauh berbeda dengan evaluasi hasil belajar. Evaluasi belajar yang dilihat adalah kemampuan kognitif siswa sedangkan evaluasi sikap peserta didik yang ingin dilihat adalah perkembangan sikap (afektif) dari peserta didik. Evaluasi sikap peserta didik dilakukan untuk mengetahui seberapa efektifkah hidden curriculum yang
akan membentuk karakter. Maka dari itu, setiap hari guru melakukan evaluasi
hidden curriculum. Mengutip Kerr dan Nelson dalam Anshari (2012:23)
bahwa penilaian afektif harus diawasi secara berkelanjutan karena hal itu penting dilaksanakan terhadap perkembangan kemajuan peserta didik dalam rangka keberhasilan pelaksanaan intervensi perilaku setelah penilaian awal dan intervensi terhadap peserta didik.
Sedangkan dalam UU No.20 Tahun 2003 menjelaskan evaluasi adalah "Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan".
Anas (2003:16) menyatakan bahwa tujuan evaluasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) untuk memperoleh data yang mendukung tingkat ketercapaian kompetensi dan tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, dan (2) untuk mengetahui tingkat efektivitas metode-metode pengajaran yang telah digunakan oleh pengajar.
Evaluasi dampak dari hidden curriculum membentuk karakter
terhadap peserta didik sesungguhnya dilakukan dengan melalui evaluasi buku penghubung peserta didik, komisi disiplin (Komdis), guru BK, serta masing – masing guru mata pelajaran. Dari empat komponen penilaian evaluasi ini diharapkan Madrasah Aliyah Pembangunan mendapatkan informasi yang komfrehensif tentang perilaku peserta didik.
Pertama, buku penghubung. Dalam melaksanakan evaluasi perilaku-
perilaku peserta didik maka Madrasah Aliyah Pembangunan membuat sebuah buku penghubung. Buku penghubung adalah sebuah buku yang berisikan tata tertib peraturan-peraturan peserta didik disertai dengan bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa. Dalam buku penghubung ini juga berisikan sanksi-sanksi pelangaran yang dilakukan oleh peserta didik. Agar ada tindak lanjut dari orang tua wali murid maka buku penghubung ini harus diketahui oleh wali murid dengan ada bukti sebuah tanda tangan dan dibaca orang tau wali murid. Kemudian buku penguhung ini akan ditindak lanjuti oleh Komdis (komisi disipilin).
Gambar 4.4 Buku Penghubung antara madrasah dengan wali murid sebagai evaluasi sikap peserta didik.
Model evaluasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan untuk menilai sikap (afektif) siswa adalah dengan melibatkan wali murid untuk selalu mengawasi aktivitas pelanggaran siswa saat berada dimadrasah. Buku penghubung tersebut merupakan perpanjangan tangan dari pihak madrasah dengan wali murid. Dengan adanya buku penghubung tersebut diharapkan orang tua dapat mengetahui segala jenis pelanggaran yang dilakukan oleh anaknya saat berada disekolah. Isi buku penghubung yang harus diisi oleh guru atau pihak yang terkait yang dapat mengisi buku penghubung dengan member poin maksimal terhadap jenis pelanggaran yang dilanggar. Isi buku penghubung tersebut adalah tentang keterlambatan
masuk sekolah, ketidakhadiran, pakaian, kepriadian, ketertiban, rokok, minuman, dan obta terlarang/narkoba, buku, majalah, kaset, CD, VCD, DVD terlarang, senajata, perkelahian, dan pelanggaran etika dan evaluasi.
Sedangkan yang harus dilaksanakan orang tua wali murid adalah menandatangani buku penghubung tersebut dengan catatan orang tua harus bisa diajak kerjasama dalam memperbaiki sikap yang dilanggar oleh siswa. Orang tua bukan hanya sekedar menandatangani buku penghubung tapi lebih lanjut ada tindaklanjut yang dilakukan orang tua. Selain itu buku penghubung juga merupakan sarana komunikasi antara guru dengan orang tua dengan mengajukan saran dan kritik yang ada dikolom yang sudah disediakan. Orang tau juga bisa mengisi keluhan-keluhan yang dialami terhadap anaknya dan bisa juga memberikan masukan kepada madrasah atau peserta didik lainnya.
Kedua, evaluasi perilaku peserta didik dilakukan oleh komdis (komisi
disiplin). Komisi disiplin adalah sebuah komisi yang beranggotakan guru- guru yang berjumlahkan lima orang yang ditunjuk oleh kepala madarasah untuk menindak lanjuti pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Komdis berhak menjatuhi hukuman secara langsung ketika melihat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Selain itu komdis juga melaksanakan kegiatan rutin berbentuk razia. Razia ini dilaksanakan untuk menetralisir setiap pelanggaran-pelanggaran yang dilukukaan siswa, misalnya membawa rokok ke dalam kelas, memakai celana pensil, membawa alat senjata tajam, serta memeriksa semua atribut seragam pakaian yang dikenakan siswa.
Ketiga, penilaian evaluasi dilaksanakan oleh guru BK. Guru BK
adalah guru yang membimbing psikologi peserta didik yang bertanggungjawab untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Selain komdis yang diberikan tugas oleh kepala madrasah untuk mengontrol pelanggaran-pelanggaran, kepala madrasah juga menugaskan guru BK untuk mengontrol pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan peserta didik. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik yang bersifat berat maka tugas dari guru BK untuk mengonseling atau menenangkan perasaan peserta didik. Misalkan, siswa yang kena sanksi di potong celananya karena memakai celana pensil. Lalu tugas guru BK yang menenangkan siswa dan menelepon orang tua memberitahukan bahwa celana anaknya harus di ganti dengan yang baru karena telah dipotong oleh komdis karena melanggar tata tertib.
Keempat, Evaluasi terhadap perilaku peserta didik juga dilakukan
oleh semua guru-guru dan wali kelas. Sekiranya guru-guru melihat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dalam jenis pelanggaran yang ringan maka guru berhak untuk menegur dan menindak lanjutinya. Pelanggaran yang terjadi bisa dilakukan oleh siswa didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selagi peserta didik masih mengenakan seragam Madrasah Aliyah Pembangunan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis pelanggaran yang dikenakan poin punishment seperti table
dan disertai tindakan yang ditentukan oleh Komisi Disiplin (Komdis)
Tabel 4.6. Jenis Pelanggaran dan Poin Sanksi Hukuman
Tabel di atas menjelaskan jenis pelanggaran dan poin maksimal yang diberikan kepada siswa pada setiap pelanggaran yang dilakukannya. Jenis
pelanggaran yang ada dibedakan menjadi tiga jenis yakni pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Dalam tabel tersebut ada tujuh jenis pelanggaran mulai dari pelanggaran keterlambatan masuk sekolah, ketidakhadiran, pakaian, kepribadian, ketertiban, merokok, minuman, dan obat terlarang/narkoba, membawa buku majalah, kaset, CD/VCD/DVD terlarang, senjata, berkelahi, dan pelanggaran etika dalam evaluasi.
Sejauh ini tingkat pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik hanya mencapai 40%. Jenis pelangggaran yang sering terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan adalah jenis kedisiplinan seperti siswa terlambat, pakaian tidak rapi, berbicara yang tidak pantas dan membolos. Hal ini membuktikan bahwa tata tertib sudah berjalan dengan efektif namun belum optimal dalam pelaksanaannya (wawancara dengan GR IV, 25 Juni 2015)
Jenis pelangggaran yang sering terjadi di Madrasah Aliyah Pembangunan adalah jenis kedisiplinan seperti siswa terlambat, pakaian tidak rapi, berbicara yang tidak pantas dan membolos. Berdasarkan wawancara bahwa dari "total siswa yang ada di Madrsah Pembangunan sekitar 40% yang hanya melakukan pelanggaran. Selebihnya siswa patuh terhadap tata tertib peraturan madrasah". Setiap program yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan tampaknya sudah berjalan dengan baik.
“Keberhasilan Madrasah hanya mungkin tercapai apabila didukung oleh segenap civitas akademika baik guru, karyawan, dan terutama seluruh siswa. Tata tertib siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta disusun untuk membentuk pribadi akhlakul karimah dan mendukung keseluruhan aktivitas pembelajaran agar berjalan tertib dan lancar. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi agar pihak- pihak yang terkait memiliki persepsi yang sama dalam membentuk karakter siswa” (wawancara dengan KM, 10 April 2015)
Pelanggaran yang terjadi pada siswa membuktikan bahwa tata tertib sudah berjalan dengan efektif namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Hal ini menuntut Madrasah Aliyah Pembangunan untuk lebih mengoptimalkan peraturan tata tertib agar siswa tidak melakukan kesalahan yang sama. Maka dari itu, salah satu alternatif dari pelanggaran yang terjadi adalah dengan memberikan peran hidden curriculum kepada peserta didik.
Untuk memperbaiki pelanggaran yang dilakukan oleh siswa sebaiknya tidak hanya sanksi yang diberikan oleh madrasah tetapi harus ada juga sanksi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini bertujuan memberikan efek jera kepada peserta didik atas perbuatan yang dilakukannya.
Gambar 4.5
Kerangka Hasil Penelitian di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
1. Kepala sekolah 2. Guru 3. Peserta didik 4. Stakeholder Implementasi Aspek Hidden Curriculum 1. Peribadatan (shalat duha, Tadarrus Al- qur’an, shalat berjamaah, shalat jum’at) 2. Tabungan Amal Saleh 3. Reading Habbit 4. Ekstrakurikuler Pada Bidang Seni
5. Ekstrakurikuler Pada Bidang Olahraga 6. Kegiatan Rutin 7. Fasilitas sekolah Hasil karakter 1. Kejujuran 2. Tanggung jawab 3. Toleransi 4. Disiplin diri 5. Religius 6. Mandiri 7. Peduli sesama
BAB V PENUTUP A. Simpulan
Berasarkan temuan data dan pembahasan pada Bab 4, maka dapat diambil beberapa simpulan penelitian penelitian. Simpulan umum penelitian adalah bahwa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta melaksanakan berbagai program kegiatan untuk membentuk karakter peserta didik. Simpulan khusunya antara lain :
1. Madrasah Aliyah Pembangunan mendesain program hidden curriculum
untuk pembentukan karakter peserta didik.
2. Praktik hidden curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan berhasil
membentuk 7 karakter peserta didik yaitu kejujuran, tanggung jawab,
toleransi, disiplin diri, religius, mandiri dan peduli sesama.
3. Pembentukan karakter melalui hidden curriculum di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta belum sepenuhnya berhasil membentuk karakter peserta didik.
4. Sumber yang mengandung hidden curriculum yang ada di Madrasah
Aliyah Pembangunan yaitu, Peribadahan (shalat duha, Tadarrus Al-
qur’an, shalat berjamaah, shalat jum’at), Tabungan Amal Saleh, Reading
Habbit, Ekstrakurikuler Pada Bidang Seni, Ekstrakurikuler Pada Bidang
Olahraga, Kegiatan Rutin dan Fasilitas sekolah.
Dengan penerapan yang ada pada aspek hidden curriculum dapat
membentuk karakter peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya karakter dari peserta didik selama ada di dalam kegiatan sekolah. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter maka dibutuhkan perpaduan antara kurikulum tertulis dengan
hidden curriculum agar menjadi bagian yang terintegrasi. Pendidikan
karakter yang dijadikan selogan oleh pemerintah dirasakan kurang optimal jika hanya mengandalkan kurikulum tertulis atau resmi. Maka dari itu, harus
ada supplement untuk mengoptimalkan peran pendidikan terhadap karakter
peserta didik.
Lembaga pendidikan khususnya Madrasah Aliayah Pembangunan UIN Jakarta selama ini hanya terfokus pada kurikulum tertulis, sementara kurikulum yang tersembunyi kurang dioptimalkan perannya. Kebiasaan sekolah menerapkan disiplin terhadap peserta didik, suasana sekolah yang kondusif, iklim sekolah, interaksi guru dengan peserta didik dengan memperlakukan siswa sebagai bagian dari keluarga, semua itu merupakan
pengalaman-pengalaman yang dapat mengubah sikap dan perilaku siswa yang menghasilkan sebuah karakter dari peserta didik.
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta mencoba mengembangkan kegiatan-kegiatan yang menjadi bagian dari aspek hidden
curriculum dalam rangka mewujudkan pilar unggulan yakni akhlakul
karimah atau karakter. Melalui pengembangan aspek hidden curriculum
untuk menanamkan nilai-nilai karakter dapat dilaksanakan dari berbagai aspek yakni, aspek struktural (pembagian kelas, ekstrakurikuler, fasilitas sekolah dan aspek kultural (norma sekolah, suasana sekolah, interaksi guru dan siswa, iklim sekolah, ibadah, kompetisi, ekspetasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu).
Untuk mewujudkan keberhasilan dalam membentuk karakter melalui aspek hidden curriculum diperlukan kerjasama dari semua stakeholder di
Madrasah Aliyah Pembangunan. Mulai dari kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, satpam, penjaga kantin, effice boy serta lingkungan madrasah yang berkomitmen dalam rangka mewujudkan peserta didik yang berkarakter agar terhindar dari kenakalan remaja.
Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas yang mengajarkan berbagai mata pelajaran dirasakan belum cukup dalam membentuk karakter di Madrasah Aliyah Pembangunan. Hal ini dapat terlihat masih adanya bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi, seperti siswa merokok, pergaulan bebas, pacaran, menonton film porno, serta membolos sekolah. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada peserta didik, Madrasah Aliyah Pembangunan memiliki tanggungjawab yang besar. Ditambah lagi era zaman modern ini Madrasah merupakan ujung tombak dan contoh bagi sekolah umum dalam permasalahan karakter.
Madrasah Aliyah Pembangunan telah mengembangkan berbagai kegiatan yang ada. Dimulai dari proses kegiatan belajar mengajar, peribadahan (shalat duha, tadarrus Al-Qur'an, kultum, tahfiz, pelaksanaan shalat dzuhur dan ashar berjamaah serta shalat jum'at), kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan kokurikuler.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan di atas, maka ada beberapa saran yang akan penulis ajukan dalam tesis ini :
1. Madrasah bisa membuat semacam diskusi ilmiah terkait hidden
curriculum dalam berbagai aspek-aspek kegiatan yang ada. Masih ada
beberapa guru yang tidak paham konsep bahkan tidak mengetahui istilah
hidden curriculum. Madrasah juga harus memperhatikan hidden
curriculum dalam proses pembelajaran di kelas, tidak hanya terfokus
pada kurikulum yang ditulis. Hidden curriculum sebegai pelengkap dan
berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik. diharapkan semua elemen sekolah baik kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, satpam, penjaga kantin, serta stakeholder dapat bekerja sama
memberikan pengaruh yang positif dari aspek hidden curriculum.
2. Bagi orang tua siswa perlunya diadakan jalinan kerja sama siswa bersama masyarakat dan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Kerja sama ini bisa berupa pengawasan bagi peserta didik terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang dari peserta didik, baik itu masyarakat di lingkungan sekolah, masyarakat di lingkungan siswa tinggal, maupun masyarakat yang lebih luas, dalam rangka untuk memantau perkembangan karakter siswa.
3. Penelitian tentang hidden curriculum peneliti rasakan masih minim
sekali. Oleh karena itu diharapkan lembaga perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya untuk dapat mengembangkan kembali penelitian tentang urgensi hidden curriculum untuk mengatasi kenakalan remaja
yang terjadi sekarang ini dan mengalami rergeseran moral atau karakter akibat perkembangan zaman yang semakin maju.
4. Diharapkan kepada peneliti lain yang tertarik untuk dapat mengadakan penelitian lebih lanjut, karena hasil penelitian ini masih banyak kekurangan baik secara teori maupun praktis. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber refresentatif untuk penelitian selanjutnya.
Daftar Pustaka Buku
Adisusilo, Sutarjo. (2012), Pembelajaran Nila-Karakter Kontruktivisme dan VCT
Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Ahmadi, Abu. (2004), Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ali, Sayuthi. (2002), Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Teori dan
Praktek, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Amin, Maswardi Muhammad. (2011), Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta :
Baduose Media.
Anas Salahuddin & Irwanto Alkrienciechie. (2013), Pendidikan Karakter,
Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, Bandung : Pustaka
Setia
Anshari. (Ed) (2012). Pemikiran Para Pendidik Muda. Jakarta : SPs UIN Jakarta.
Arifin, Zainal. (2011), Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Aunillah, Nurla Isna. (2011), Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah. Jogjakarta : Laksana.
Az, Mulyana. (2010), Rahasia Menjadi Guru Hebat Memotivasi Diri Menjadi
Guru Luar Biasa, Jakarta : PT Grasindo.
Azzet, Akhmad Muhaimin. (2011), Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta.
Buchari, Muchtar. (1994), Ilmu Pendidikan dan Praktik Pendidikan, Jakarta : IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press.
Dakir. (2010), Perenacanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Rineka
Cipta.
Damsar. (2012), Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada
Group.
Darkhein, Emile. (1967), Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikas
Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Erlangga.
Darmaputera, Eka. (1987), Pancasila, Identitas dan Modernitas Tinjauan Etis dan
Budaya, Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Daulay, Haidar Putra. (2004), Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional. (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, & Johar Permana. (2011), Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Endraswara, Suwardi.(2009), Metodologi Penelitian Folklor, Yogyakarta :
Medpress.
Glatthorn, Allan A.(1987), Curriculum Leadership, Illions : Scott Foresman and
Company.
Gunawan, Heri. (2012), Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung :
Alfabeta.
Hamalik, Oemar, (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. (2010), Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Hasan Basri & Beni Ahmad Saebani. (2010), Ilmu Pendidikan Islam, Bandung :
CV. Pustaka Setia.
Hasibuan, Lias. (2010), Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Jakarta : Gaung
Persada Press.
Hidayat, Rahmat. (2011), Pengantar Sosiologi Kurikulum, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Hidayat. (tt), Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berorientasi
Pengembangan Karakter Bangsa, Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah
UIN Malang
Hobsbawm, E.J. and Ranger , T.O. (eds). 1983. The Invention of Tradition. New
York: Cambridge University Press.
Idi, Abdullah. (1999), Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jakarta : Gaya
Media Pratama.
___________. (2010), Pengembagan Kurikulum Teori dan Praktik, Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media.Cet.III.
___________. (2011), Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan
Pendidikan, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Ishak, Baego, (1998), Pengembangan Kurikulum Teori dan Teknik, Ujung Pandang
: Yayasan Ahkam.
Jackson, Philip W.(1968), Life in Classrooms, Newyork : Holt, Rinehart and
Winston
John M. Echols & Hassan Shadily. (1992), Kamus Indonesia Inggris, Jakarta : PT
Kasali, Rhenald. (2007), RE-CODE YOUR CHANGE DNA, Melepaskan Belenggu- belenggu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam
Pembaharuan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kemendiknas RI. (2010), Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Jakarta: Balitbang Puskur Kemendiknas RI.
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011), Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakte, Jakarta.
Kesuma, D., Triatna, C., & Permana, J. (2011). Pendidikan Karakter Kajian Teori
dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT R
Krattwohl, David R., Bloom, Benjamin S., & Masia., Betram B., (Eds). (1964).
Taxonomi of Educational Objectives Handbook II. Affective Domain.
London: Longman Group..
Kuntowijoyo. (2008), Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi, Bandung : Gema
Insani Press.
Lickona, Thomas. (1991), Educating For Character, How Oue School Can Teach
Resfect and Responbility, New York : Bantam Books.
_______. Thomas. (2013), Education For Character (Mendidik Untuk Membentuk
Karakter), Jakarta : Bumi Aksara.Terj. Juma Abdu Wamaungo.
_______. Thomas. (2013), Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar da Baik, Terj. Lita S. Bandung : Nusa Media.
Listyarti, Retno. (2012), Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, & Kreatif, Jakarta : Erlangga.
Mahmud. (2011), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian.(2011), Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Maleong, Lexy J.(2000), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Margolis, Eric.ed. (2001), The Hidden Curriculum in Higher Education, New York
: Routledge
Megawangi, Ratna. 2010.Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter pada
Anak Usia Dini. Makalah. Bogor: Kementerian Pendidikan Nasional
Miles dan Hubermen, (1984), Qualitative Data Analysis, London: Sage
Publication.
Mu’in, Fatchul. (2011), Pendidikan Karakter Kontruksi Teoritik dan Praktik,
Muchlas Samani & Hariyanto. (2011), Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2011), Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan
Rencana Pembangunan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Prenada Media
Group.
_________. et al,(2012), Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta : Prenada Media
Group
________.et.al. (2004), Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah,, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. (2013), Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta : Bumi Aksara.
_______. Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2009.
Munawar, Wahid. (2010), Pengembangan Model Pendidikan Afeksi Berorientasi Konsiderasi Untuk Membangun Karakter Siswa Yang Humanis di
Sekolah Menengah Kejuruan, Bandung : UPI.
Naim, Ngainun. (2011), Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, Jogjakarta : Ar-
Ruzz Media
Nasution, S, (2012), Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara.
_______.. (1995), Asas-Asas Kurikulum, Jakarta : Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. (2012), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Isu-Isu Kontemporer
tentang Pendidikan Islam, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
_______. (2013), Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
_______. (2014), Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta : Rajawali Press.
________.(2010), Manajemen Penddikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia, Jakarta : Prenada Media Group.
Nasrullah, (2012), Lingkungan Sosio Religius dan Pembentukan Moral, Jakarta :
Young Progressive Muslim (YPM)
National Society. (2001), Christian Character: A Handbook for Developing an
Anglican Ethos in Independent Schools, London : Church House
Publishing
Nurdin, Syafruddin. (2010), Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Ciputat : Ciputat Press Group.
Nuryanto, M. Agus.(2009). Mazhab Pendidikan Kritis : Menyingkap Relasi Pengetahuan Politik Dan Kekuasaan. Yogyakarta: Resist Book
Pedoman akademik program magister dan doktor pengkajian islam sekolah pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011-2015.
Perlia, Haseb. (2013), Disiplin dan Pengembangan Pendidikan Karakter (Studi
Kasus SMP IT Raudhatul Ulum Sakatiga), Magelang : PKBM “Ngudi