Pendidikan karakter bukan merupakan istilah yang asing bagi dunia pendidikan. Istilah ini semakin hari mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia dewasa ini. Karakter secara bahasa dalam bahasa Indonesia berarti sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:623). Sedangkan dalam bahasa Inggris karakter disebut “character”.(John M.
Echols & Hassan Shadily, 1992 : 261). Dalam bahasa Yunani karakter berasal dari kata “charassein” yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang dapat diartikan sebagai stempel atau cap (Adisusilo, 2012:76) Suyanto dalam Azzet (2011:16) menjelaskan bahwa
“karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang dibuat”. Hal yang sama disampaikan oleh Darmayanti Zuchdi dalam Adisusilo (2012:77) bahwa “karakter sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang”. Tujuan pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab, rasa keadilan, rasa kasihan,
toleransi, keberanian, loyalitas, disiplin, keterbukaan, etos kerja dan kecintaan pada Tuhan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan tentang nilai-nilai kebaikan diri seseorang yang diperoleh dari pengalaman belajar yang menjadi cirri khas dari seseorang.
Dalam konsep Islam Akhlak atau karakter adalah sasaran utama dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan pendidikan akhlak salah satunya hadits
berikut ini: “ajarilah anak-anakmu kebaikan, dan didiklah mereka”(Rusn, 1998:99)
Memahami istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, rendah hati tentulah seseorang telah memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter tersebut erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa dikatakan orang yang
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral dan norma yang
berlaku. (Mu’in, 2011:160).
Sedangkan Koesoema A (2007:80) menjelaskan bahwa “karakter sama dengan kepribadian”. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.
Mu’in (2011:165-166) memiliki argument yang sama dengan Doni Koesoema. Istilah kpribadian juga berkaitan dengan istilah karakter, yang mengartikan sebagai totalitas nilai yang mengarahkan manusia dalam menjalani hidupnya. Karakter berkaitan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang matang dan dewasa biasanya menunjukkan konsistensi dalam karakternya. Ini merupakan akibat keterlibatannya secara aktif dalam proses pembentukan karakter. Karakter diberntuk oleh pengalaman dan pergumalan hidup. Pada akhirnya, tatanan dan situasi kehidupan yang menentukan terbentuknya karakter peserta didik. untuk menilai orang lain, orang akan melihat kepribadiannya. Keperibadian seseorang yang baik akan terlihat menyenangkan dan menarik, sebaliknya kepribadian yang buruk akan terlihat menjengekelkan dan akan timbul rasa tidak suka sampai kebencian.
Karakter adalah perilaku perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun bertindak.Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika (Samani & Hariyanto, 2011:41-42)
Dapat dipahami bahwa karakter merupakan sifat rohaniah yang melekat dalam diri manusia yang menjadi identitas perilaku seseorang. Identitas tesebut dapat terlihat dari aktivitas yang ditimbulkan dalam berperilaku. Tindakan dan perilaku tersebut menjadi pembeda antara manusia yang baik dengan manusia yang jahat.
Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran. Dairahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (Kesuma dkk, 2011:5)
Dalam ruang lingkup pendidikan karakter, dapat terlihat bahwa kemampuan yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui pendidikan di madrasah adalah berbagai kemampuan yang akan menjadikan seseorang sebagai ciptaan tuhan yang beragama dan mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi. Kemampuan yang perlu dikembangkan pada peserta didik adalah kemampuan untuk menjadi pribadi yang mulia yang mengabdi pada Tuhan yang maha esa. Kemampuan untuk hidup sebagai masyarakat yang rukun dengan lingkungan tempat tinggal dan kemampuan untuk menjadikan dunia sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan.
Peran Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sangatlah penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks ini pendidikan karakter
adalah usaha yang dilakukan madrasah bersama guru, kepala madrasah, dan semua stakeholder, melalui semua kegiatan madrasah untuk membentuk
akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Pembentukan karakter tidak terlepas juga dari peran
hidden curriculum yang dilaksanakan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta. Pembentukan karakter dengan nilai-nilai agama dan kepribadian bangsa sangatlah penting.
Adisusilo (2012:78) menjelaskan bahwa Ada empat ciri dasar pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan
diukur berdasarkan seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normative setiap tindakan. Kedua, koherensi yang member keberanian, yang membuta
seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh. Ketiga, otonomi
maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dari luar sehingga menjadi nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan.
Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Karakter yang tepat dalam pendidikan terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Seseorang berproses dalam karakter berubah menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Karakter yang dirasakan memiliki tiga bagian yang saling berhubungan, yakni pengtahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik itu terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona, 2012:81-82).
“Menurut Lickona (1991:43) menjelaskan bahwa nilai merupakan komponen yang penting untuk dikembangkan menjadi karakter. Ada dua komponen nilai yaitu, responbility (tanggung jawab) dan respect
(hormat). Keduanya dianggap memiliki nilai yang penting untuk menjadikannya sebagai pembangunan kesehatan pribadi seseorang, menjaga hubungan interpersonal, sebuah masyarakat yang manusiawi dan demokratis, dan dunia yang lebih adil dan damai”.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini dalam menjalankan kehidupannya pasti mengalami perubahan dan perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang berhubungan psikologis. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam manusia atau yang berasal dari luar. Faktor-faktor itulah yang aka menentukan apakah proses perubahan manusia mengarah kepada hal-hal yang lebih baik atau mengarah kepada hal-hal yang buruk. Tanpa disadari bahwa karakter atau akhlak yang dimiliki manusia bersifat fleksibel bisa berubah kapan saja. Karakter manusia suatu saat bisa baik dan buruk. Perubahan ini tergantung bagaimana proses interaksi antara potensi dan sifat alami yang dimiliki manusia dengan lingkungannya, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Menurut Samani & Hariyanto (2011:42-43) Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya. Kecuali yang mempengaruhi karakter berasal dari lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam yang ikut membentuk karakter. Di sekitar lingkungan sosial yang keras seperti di Harlem New York, para remaja cendrung berperilaku antisosial, keras, tega, suka bermusuhan. Sementara di lingkungan yang gersang, panas, dan tandus, penduduknya cendrung bersifat keras dan berani mati. Sebagai identitas atau jati diri bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar, kedamaian, mengahargai, kerja sama, kebebasan, kebahagiaan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, tanggung jawab, kesederhanaan, toleransi, dan persatuan.
Ada banyak tipe karakter manusia yang terbentuk melalui pendidikan. Di Indonesia tipe manusia yang di bentuk melalui jalur pendidikan sekolah atau madrasah memiliki ciri yang berbeda. Haidar (2004:198-199) menjelaskan kriteria manusia Indonesia yang ingin diciptakan melalui jalur pendidikan. Pertama, manusia yang religius, manusia yang yang patuh dan
taat kepada tuhan. Sejatinya pendidikan menjadikan manusia yang beragama bukan manusia yang tahu agama. Karena, untuk menjadikan manusia beragama tidak mudah. Kedua, manusia bermora, berakhlak mulia, memiliki
komitmen yang kuat terhadap kehidupan beretika. Ketiga, manusia yang
sehat, maksudnya sehat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan manusia dapat membedakan segala aspek yang menjadikan manusia sehat. Keempat,
memiliki ilmu pengetahuan, dan pecinta ilmu pengetahuan, manusia pencari, penggali, pengamal ilmu pengetahuan, dan pencinta ilmu. Kelima, manusia
yang cakap yang memiliki keterampilan dalam menjalani kehidupannya.
Keenam, manusia yang kreatif dan inovatif. Dengan pendidikan diharapkan
manusia dapat mengembangkan suatu karya yang inovatif yang dapat membantu keberlangsungan manusia. Ketujuh, manusia yang memiliki
kemandirian, dengan sikap hidup dinamis penuh percaya diri serta memiliki semangat hidup yang dinamis. Kedelapan, kepedulian kepada masyrakat
bangsa dan Negara, berjiwa demokratis dan rasa tanggung jawabnya yang tinggi untuk membawa bangsa Indonesia mencapai cita-citany idealnya. Apa yang disampaikan Haidar secara eksplisit menggambarkan bagaimana karakter pendidikan di Indonesia. Ada kesamaan dalam tujuan pendidikan nasional dengan apa yang disampaikan Haidar.
Karakter seseorang berkembang berdasarkan potensi yang dibawa sejak lahir atau yang dikenal dengan istilah karakter dasar yang bersifat biologis. Menurut Ki Hajar Dewantara, aktualisasi dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis dan hasil hubungan atau interaksi dengan lingkungannya. Karakter dapat dibentuk melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu dalam jati diri kemanusiaanya. Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecermalangan piker, kecekatan raga, dan memiliki kesadaran penciptaannya dirinya. Disbanding faktor lain, pendidikan memberi dampak dua atau tiga kali lebih kuat dalam pembentukan kualitas manusia (Munawar, 2010:339)
Peran sekolah sangatlah penting terutama Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang dilakukan secara bersama-sama oleh guru, pimpinan madrasah dan seluruh warga madrasah melalui kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai contoh yang diperlihatkan oleh guru. Sebagai umat muslim hendaklah senantiasa mencontoh perangai akhlak Nabi Muhammad SAW dan senantiasa menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai dasar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang damai, tentram, dan jauh dari kemaksiatan. Karena, dalam perilaku
Rasul terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan ini lebih berarti.
Dengan demikian, membentuk karakter merupakan tanggung jawab bersama semua pihak dan komponen masyarakat untuk ikut terlibat membentuk karakter yang kuat dan khas. Selain itu, hendaknya pembentukan karakter hendaknya bermula dari semangat, visi, misi dan keteladanan yang dimunculkan dari dalam diri pemimpinnya, itulah yang pernah terjadi oleh Negara-negara besar. Sehingga semua lini kehidupan harus bergerak secara terpadu melakukan sebuah revolusi mental dalam membangun karakter mulai dari unsur terkecil dalam masyarakat, diawali dalam keluarga, lembaga pendidikan, lingkungan sosial masyarakat melalui pemimpin-pemimpin sosial seperti tokoh masyarakat, pemimpin RT/RW, pemimpin daerah (Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kota, Kabupaten), pemimpin tingkat regional, Gubernur, Menteri, dan Presiden (Saleh, 2012:10)
Dengan adanya kesadaran bersama-sama untuk bertanggung jawab dan mengawasi peserta didik dan mengarahkan karakter seperti yang dicita- citakan bangsa ini sesuai tujuan pendidikan nasional yakni bukan hanya sekedar mencerdaskan tetapi berakhlak mulia. Indonesia dikenal dunia sebagai Negara yang berdaulat yang masyarakatnya memiliki kemajukan suku, ras, dan agama. Hal ini dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara yang beragam dan tentunya karakter yang khas dan unik.