Permasalahn karakter atas pergereseran fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan kasih sayang, serta mengajarkan perilaku yang baik dan sopan tetapi dewasa ini perkembangan zaman era global dengan tumbuhnya berbagai macam kebutuhan dan tuntutan kehidupan sekolah mengalamai fungsi yang tidak lagi diharapkan dari dunia pendidikan. Terjadinya kekerasan, pelecehan seksual dan penganyayaan mencoreng nama sekolah dari dunia pendidikan. Ditambah lagi kenakalan remaja yang terjadi belakangan ini membuat beban sekolah semakin berat dan kompleks, sekolah tidak saja dituntut untuk dapat membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, akan tetapi juga dituntut untuk dapat mengembangkan minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian, karakter.
Beradasarkan uraian pada bab tiga di atas maka, madrasah-negeri maupun-swasta sebaiknya dapat mengembangkan aspek dari hidden
curriculum sebagai wadah dalam pembentukan karakter siswa. Selain sebagai
pembentuk karakter Hidden curriculum juga dapat mengahasilkan nilai
tambah sebagai hasil prestasi dalam pembelajaran. Melalui bentuk-bentuk
hidden curriculum yang dicontohkan oleh guru, kepala sekolah, dan semua
warga sekolah diharapkan semua komponen tersebut dapat bersinerji dalam mendidik siswa.
Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu bentuk dari
hidden curriculum haruslah bermanfaat bagi keberlangsungan perkembangan
perilaku siswa. Dengan demikian siswa memperoleh kesempatan untuk berkembang dan memperoleh ilmu pengetahuan dan perilaku atau karakter yang belum dipelajarinya selama di dalam kelas. Namun harus disadari bahwa perilaku guru harus selalu sesuai dengan perkembangan peserta didik. Guru senantiasa memperlihatkan suri tauladan yang baik-baik dan memotivasi siswa dalam belajar. Konsep kurikulum tersembunyi berdasarkan pengakuan bahwa siswa menyerap pembelajaran di sekolah yang mungkin atau mungkin tidak menjadi bagian dari kurikulum formal. Hidden
curriculum yang tidak diajarkan di sekolah dapat berpengaruh atau
pembentukannya sebagai apa yang diajarkan, kurikulum tersembunyi juga memperluas untuk subyek-subyek, nilai-nilai, dan pesan yang telah diabaikan dari kurikulum formal dan diabaikan, yang diabaikan, oleh para pendidik.
Jika menginginkan siswa sesuai dengan karakter yang diingingkan, maka semua komponen tri pusat pendidikan harus selalu mengawasi dan
memberikan bentuk-bentuk hidden curriculum agar terciptanya karakter-
karakter bangsa yang menjadi akhlak mulia. Produk karakter penerus bangsa yang baik merupakan sesuatu yang harus diraih dan diupayakan secara baik dan terencana serta membutuhkan kerja keras dan tekun, bukan sesuatu hak yang datang secara tiba-tiba atau instan. Berikut ini akan dijelasakan beberapa teori terkait kerangka konseptual yang diambil dari beberapa ahli (Jackson, 1968:109; Hidayat,2011:83; Glatthorn,1987:20-22; Lickona, 2013:536). Konsep pengembangan hidden curriculum dan pembentukan
karakter dapat dilihat pada gambar 3.2.
Perolehan Teori Karakter
Gambar 3.2
Beberapa Cara Pengembangan Hidden Curriculum dan Pembentukan
Karakter Kenakalan Remaja Merokok Pergaulan bebas Bolos sekolah Pacaran Faktor yang Melatarbelakangi Faktor Pendukung Pembentukan Karakter
Sekolah/Madrasah Keluarga Masyarakat
Keberhasilan hidden Curriculum di sekolah/madrasah ______________ Bentuk-bentuk Hidden Curriculum di Madrasah 1. Aspek struktural (pembagian kelas, ekstrakurikuler, fasilitas sekolah) 2. Aspek kultural (norma
sekolah, suasana sekolah, interaksi guru dan siswa, iklim sekolah, ibadah, kompetisi, ekspetasi
guru terhadap
muridnya serta disiplin waktu). Dampak karakter 1. Kejujuran 2. Tanggung jawab 3. Keadilan 4. Toleransi 5. Disiplin diri 6. Tolong- menolong 7. Kerja sama 8. Demokratis 9. Kebijaksanaan 10. Peduli sesama Perolehan Teori Karakter - Pengetahuan Moral - Perasaan Moral - Tindakan Moral (Lickona (2013:84)
Secara teoritis, pengembangan hidden curriculum yang dapat
dilakukan melalui aktivitas yang berlangsung dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. Terdapat dua aspek yaitu aspek struktural dan budaya. Aspek struktural dapat dilakukan dengan menjelaskan tentang pembagian kelas, ekstrakurikuler, fasilitas sekolah (perpustakaan, laboratorium, dan tempat ibadah). Aspek kultural dapat dilakukan dengan mencakup norma sekolah, etos kerja keras, peran dan tanggung jawab, kerja sama, ibadah, toleransi, kompetisi, ekspetasi guru terhadap muridnya serta disiplin waktu. (Hidayat, 2011:83).
Namun keberhasilan hidden curriculum tidak terlepas dari beberapa
faktor yang menjadi pilar utama pendidikan. Arief (2014:221) mengatakan
bahwa “ada tiga pilar utama yang sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter soseorang, yaitu keluarga, sekolah/lembaga, dan masyarakat”. Hendaknya beberapa pilar pendidikan tersebut bisa bekerja sama dalam membentuk karakter seseorang. Disadari saat ini moral/karakter peserta didik sudah luntur akibat perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju tanpa di barengi dengan iman dan taqwa yang menjadi karakter bangsa Indonesia.
Karakter yang terbentuk melalui proses pendidikan bukanlah hal yang datang dengan sendirinya. Diperlukan serangkaian proses dalam pembentukan karakter tersebut. Hidden curriculum merupakan salah satu
media yang dapat membentuk karakter. Teori karakter yang diperkenalkan Lickona sepertinya menjadi sebuah panduan bagi dunia pendidikan. terlebih lagi penulis mengutip teori Lickona bagaimana memperoleh karakter. Lickona (2013:84) menjelaskan teori tersebut ke dalam tiga aspek yaitu 1)
Pengetahuan Moral (kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan
perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, pengetahuan pribadi);
2) Perasaan Moral (hati nurani, harga diri, empati, mencintai hal yang baik,
kendali diri, kerendahan hati); 3) Tindakan Moral (kompetensi,
keinginan,kebiasaan).
18 Karakter yang digenjar-genjarkan oleh pemerintah yang termaktub dalam Permendiknas akan dapat tercapai apabila sekolah/madrasah sebagai lembaga formal dapat mengoptimalkan bentuk-bentuk hidden curriculum
yang ada. Guru, kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah dapat menjadi aktor dalam pelaksanaan bentu-bentuk hidden curriculum. Bentuk-bentuk
hidden curriculum itu seperti, Pentas Seni, Core Value, Tabungan Amal Shaleh
Tabel 3.1.
Deskripsi Bentuk Hidden Curriculum di Madrasah/Sekolah
No. Aspek Deskripsi
1
Strukural
Pembagian Kelas Pengelompokkan siswa berdasarkan level tingkatan kelas yang diambil dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
Ekstrakurikuler kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Fasilitas Sekolah segala fasilitas yang diperlukan dalam
proses pembelajaran yang disediakan oleh sekolah, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Misalnya, fasilitas lapangan olahraga, perpustakaan, laboratorium, dan fasilitas tempat ibadah.
2
Kultural
norma sekolah Aturan yang berlaku di dalam lingkungan sekolah yang disertai sanksi bagi siswa-siswi yang melanggar aturan tersebut. Misalnya, memperhatikan guru disaat guru menerangkan, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan sekolah, mengucapkan salam bila bertemu guru. Suasana sekolah Kondisi atau keadaan sekolah sebagai
suatu sistem, terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan dirancang untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan pada diri
siswa. Komponen-komponen itu meliputi manusia, bangunan, buku- buku, perlengkapan, dan sarana-sarana lainnya. komponen-komponen bekerjasama untuk mencapai tujuan sekolah dalam suatu kondisi atau suasana, baik internal maupun eksternal.
Interaksi guru
dan siswa Hubungan atau komunkasi antara kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa yang terjadi dalam keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.
Iklim sekolah adalah persepsi kolektif terhadap kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah mencakup perilaku dari kepala sekolah, guru dan staf, serta dinamika sekolah.
ibadah Perbuatan yang dilakukan seseorang yang bernilai pahala, misalnya shalat dhuha, berzikir, sholawatan.
Kompetisi Persaingan saling mengatasi dan berjuang antara dua peserta didik, atau antara beberapa kelompok orang untuk memperebutkan objek yang sama. Misalnya merebutkan rangking satu di dalam kelas.
ekspetasi guru terhadap
muridnya
harapan besar dari yang di bebankan pada peserta didik yang di anggap akan mampu membawa dampak yang baik atau lebih baik
disiplin waktu Seseorang bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik dan dapat melakukan sesuatu secara tepat waktu, tidak ditunda-tunda. Misalnya, tepat waktu masuk sekolah.
BAB IV
Pembentukan Karakter Siswa Melalui Hidden Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
Pada bab ini akan membahas tentang temuan dan pembahasan penelitian yang meliputi: 1) deskripsi umum lokasi penelitian, 2) temuan penelitian. Temuan penelitian akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan dari aspek hidden curriculum dan karakter yang terbentuk melalui hidden
curriculum yang diperoleh melalui metode wawancara, studi dokumen, dan
observasi langsung di lokasi penelitian. Bab ini juga akan menguraikan tentang pembentukan karakter peserta didik melalui aspek hidden curriculum
di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tentang nilai-nilai karakter apa saja yang telah terbentuk melalui hidden curriculum. Bab ini juga akan
merangkan beberapa tema didalamnya termasuk, deskripsi umum lokasi penelitian, telaah kurikulum di Madarasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, bentuk-bentuk kegiatan berbasis hidden curriculum di Madrasah Aliyah
Pembangunan, kegiatan ekstrakulikuler dalam aspek hidden curriculum,
kegiatan rutin berbasis hidden curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan,
fasilitas sekolah, nilai-nilai karakter yang terbentuk melalui hidden
curriculum, Evaluasi dan tindak lanjut sikap peserta didik.