• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN ……...…….………………..……..… 53-75

3.4 Uji Validitas dan CFA

3.6.4 Tahap pengolahan data

a. Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban sampel penelitian.

b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel data.

c. Menganalisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.

d. Membuat kesimpulan dan laporan akhir.

76 BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan gambaran subyek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan hasil pengujian hipotesis penelitian.

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa SMA di Jakarta Timur terdiri dari 217 siswa, terdiri dari 94 perempuan dan 123 laki-laki dengan rentangan usia 15 sampai 18 tahun.

Jenis smartphone Android 164 (75.75)

IOS (iPhone Operating System) 33 (15.21)

Blackberry 15 (6.91)

Windows 5 (2.31)

Jenis kegiatan Chatting (BBM, Whatsapp, Line) 121 (55.76) Social media (Twitter, Facebook) 99 (45.62)

Internet browsing 98 (45.16)

Bermain game 61 (28.11)

SMS (Short Message Service) 76 (35.02)

Lama kepemilikan Diatas 1 tahun 192 (88.47)

Dibawah 1 tahun 25 (11.52)

Berdasarkan tabel 4.1, didapat informasi berdasarkan jenis kelamin, subyek dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki sebanyak 56,69 % dari 217 subyek. Sedangkan jenis smartphone yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah Android sebesar 75.75%, kemudian IOS (iPhone Operating System) sebesar 15.21%, Blackberry sebesar 6.91%, dan terakhir Windows sebesar 2.31%.

Berdasarkan jenis kegiatan yang paling banyak dilakukan dengan smartphone

adalah chatting sebesar 55.76%, social media sebesar 45.62%, internet browsing sebesar 45.16%, SMS sebesar 35.02%, dan terakhir bermain game sebesar 28.11%. Sebanyak 88.47% subjek telah menggunakan smartphone lebih dari satu tahun.

4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

Deskripsi variabel penelitian memberikan gambaran data penelitian yang disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi, nilai maximum, dan nilai minimum dari setiap variabel penelitian.

Tabel 4.2

Deskripsi Statistik Variabel

Variabel Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Kecenderungan adiksi smartphone 22.41 78.51 50.00 9.66 Kepribadian Trait kepribadian

extraversion 18.46 68.54 50.00 9.18

Keterampilan social

Emotional expressivity 32.83 69.90 50.00 9.33 Emotional sensitivity 22.41 66.68 50.00 8.53 Emotional control 24.07 65.60 50.00 9.99 Social expressivity 18.73 69.07 50.00 9.25 Social sensitivity 32.49 66.51 50.00 6.26 Social control 32.04 72.12 50.00 8.92 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan mean setiap variabel adalah 50.00. Kecenderungan adiksi smartphone memiliki nilai minimum sebesar 22.41 dan nilai maximum sebesar 78.51. Trait kepribadian extraversion memiliki nilai minimum sebesar 18.46 dan nilai maximum sebesar 68.54.

Emotional expressivity memiliki nilai minimum sebesar 32.83 dan nilai maximum sebesar 69.90. Emotional sensitivity memiliki nilai minimum sebesar 22.41 dan nilai maximum sebesar 66.68. Emotional control memiliki nilai minimum sebesar 24.07 dan nilai maximum sebesar 65.60. Social expressivity memiliki nilai

78

minimum sebesar 18.73 dan nilai maximum sebesar 69.07. Social sensitivity memiliki nilai minimum sebesar 32.49 dan nilai maximum sebesar 66.51. Terakhir social control memiliki nilai minimum sebesar 32.04 dan nilai maximum sebesar 72.12.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Subyek penelitian ini berjumlah 217 siswa, terdiri dari 94 perempuan dan 123 laki-laki. Kategorisasi skor variabel diperoleh dengan metode cut off 50%

sehingga diperoleh skor rendah dan skor tinggi.

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Variabel

Variabel Rendah Tinggi

n (%) n (%) Kecenderungan adiksi smartphone 118 (54.37) 99 (45.62) Kepribadian Trait kepribadian extraversion 105 (48.38) 112 (51.61) Keterampilan sosial Emotional expressivity 83 (38.24) 134 (61.75) Emotional sensitivity 84 (38.70) 133 (61.29) Emotional control 102 (47.00) 115 (52.99) Social expressivity 117 (53.91) 100 (46.08) Social sensitivity 126 (58.06) 91 (41.93) Sosial control 106 (48.84) 111 (51.15) Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa skor subjek penelitian untuk kecenderungan adiksi smartphone pada remaja berada ditingkat rendah yaitu sebanyak 54.37%. Sedangkan pada trait kepribadian extraversion ditingkat tinggi sebesar 51.61%. Namun pada variabel keterampilan sosial, skor subjek cenderung tinggi pada dimensi emotional expressivity sebesar 61.75%, dan emotional sensitivity sebesar 61.29%. Hal Ini menunjukkan bahwa remaja cenderung berinteraksi sosial menggunakan keterampilan nonverbal (emosi).

4.4 Hasil Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi linear dengan menggunakan software SPSS 16. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians kecenderungan adiksi smartphone yang dijelaskan oleh IV (trait kepribadian extraversion, emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control), kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.

Langkah pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV.

Tabel 4.4 Tabel R Square

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate F Change Sig.

F Change

0.280a 0.078 0.048 9.43317 2.543 0.016

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.078, hal ini berarti proporsi varians dari kecenderungan adiksi smartphone yang dijelaskan oleh semua independent variable (trait kepribadian extraversion, emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control) adalah 7.8% sedangkan 92.2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.

80

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable (trait kepribadian extraversion, emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control) terhadap kecenderungan adiksi smartphone.

Tabel 4.5 Tabel Anova

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1584.245 7 226.321 2.543 0.016a

Residual 18597.795 209 88.985

Total 20182.040 216

Pada Tabel 4.5, jika melihat kolom sig diketahui bahwa sig<0.05, maka hipotesis nihil ditolak. Maka dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian extraversion dan keterampilan sosial (emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control) terhadap kecenderungan adiksi smartphone.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable (IV) terhadap kecenderungan adiksi smartphone.

Tabel 4.6

Emotional Expressivity 0.083 0.070 0.080 1.184 0.238 Emotional Sensitivity 0.035 0.078 0.031 0.450 0.653 Emotional Control -0.163 0.066 -0.169 -2.477 0.014 Social Expressivity 0.106 0.087 0.101 1.216 0.225 Social Sensitivity 0.228 0.108 0.148 2.109 0.036

Social Control -0.040 0.085 -0.037 -0.470 0.639

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6 dapat disampaikan persamaan regresi sebagai berikut:

Kecenderungan Adiksi Smartphone = 42.289 + 0.094 Extraversion + 0.083 Emotional Expressivity + 0.035 Emotional Sensitivity - 0.163 Emotional Control + 0.106 Social Expressivity + 0.228 Social Sensitivity - 0.040 Social Control

Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikansi koefisien regresi yang dihasilkan, dilihat melalui nilai pada kolom Sig. (kolom paling kanan). Jika Sig.<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap kecenderungan adiksi smartphone dan sebaliknya. Dari hasil diatas terdapat koefisien regresi yang signifikan yaitu emotional control dan social sensitivity. Sedangkan variabel lainnya, yaitu extraversion, emotional expressivity, emotional sensitivity, social expressivity, dan social control tidak menghasilkan koefisien regresi yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Pada variabel extraversion, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.094 dengan signifikansi 0.251 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel extraversion tidak sigifikan memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone.

2. Pada variabel emotional expressivity, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.083 dengan signifikansi 0.238 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel emotional expressivity tidak sigifikan memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone.

82

3. Pada variabel emotional sensitivity, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.035 dengan signifikansi 0.653 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel emotional sensitivity tidak sigifikan memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone.

4. Pada variabel emotional control, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.163 dengan signifikansi 0.014 (sig < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel emotional control secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Artinya semakin tinggi emotional control maka akan semakin rendah kecenderungan adiksi smartphone.

5. Pada variabel social expressivity, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.106 dengan signifikansi 0.225 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel social expressivity tidak sigifikan memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone.

6. Pada variabel social sensitivity, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.228 dengan signifikansi 0.036 (sig < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel social sensitivity secara signifikan berpengaruh positif terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Artinya semakin tinggi social sensitivity maka semakin tinggi pula kecenderungan adiksi smartphone.

7. Pada variabel social control, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.040 dengan signifikansi 0.639 (sig > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel social control tidak signifikan memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone.

Kemudian langkah selanjutnya penulis menguji penambahan proporsi varians dari tiap independen variabel jika IV tersebut dimasukkan satu per satu kedalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.

4.4.2 Pengujian proporsi varians masing-masing independen variabel Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masing-masing independent variable terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Pada tabel 4.6 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu tersebut. Kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan. Kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan nilai F hitung.

Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi akan dituliskan signifikan, begitu pula sebaliknya.

Penulis selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian kecenderungan adiksi smartphone yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian DV yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV (trait kepribadian extraversion, emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control), hal ini

84

dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV dimasukkan dalam persamaan.

Tabel 4.7

Proporsi Varians untuk Masing-masing Independent Variable

Model R

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. > 0.05) dengan F = 0.255 dan df = 1. 215

2. Variabel emotional expressivity memberikan sumbangan sebesar 0.9%

dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. > 0.05) dengan F = 1.909 dan df = 1.214

3. Variabel emotional sensitivity memberikan sumbangan sebesar 0.3%

dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. > 0.05) dengan F = 0.630 dan df = 1.213

4. Variabel emotional control memberikan sumbangan sebesar 3.7% dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut signifikan (Sig. < 0.05) dengan F = 8.167 dan df = 1.212

5. Variabel social expressivity memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. > 0.05) dengan F = 0.954 dan df = 1.211

6. Variabel social sensitivity memberikan sumbangan sebesar 2.4% dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut signifikan (Sig. < 0.05) dengan F = 5.395 dan df = 1.210

7. Variabel social control memberikan sumbangan sebesar 0.1% dalam varians kecenderungan adiksi smartphone. Sumbangan tersebut tidak signifikan (Sig. > 0.05) dengan F = 0.221 dan df = 1.209

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua IV, yaitu emotional control dan social sensitivity yang signifikan sumbangannya (sig.<0.05) terhadap kecenderungan adiksi smartphone jika dilihat dari kolom sig.

yang terletak pada paling kanan tabel. Dari ke dua IV tersebut dapat dilihat variabel yang paling besar memberikan sumbangan terhadap kecenderungan adiksi smartphone, hal tersebut dapat dilketahui dengan melihat R2 change semakin besar maka semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV.

Dari tabel 4.7 diatas diketahui urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar hingga terkecil ialah emotional control sebesar 3.7%, kemudian social sensitivity sebesar 2.4%. Sedangkan total dari proporsi varian seluruh dimensi keterampilan sosial terhadap kecenderungan adiksi smartphone adalah 7.8%.

86 BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dipaparkan kesimpulan dan diskusi berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh. Selain itu juga akan diberikan saran dari segi teoritis dan juga praktis untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara trait kepribadian extraversion dan keterampilan sosial (yang mencakup: emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control) terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Secara khusus, variabel yang memiliki pengaruh signifikan adalah emotional control dan social sensitivity. Emotional control berpengaruh secara negatif terhadap kecenderungan adiksi smartphone pada remaja, sedangkan social sensitivity berpengaruh positif terhadap kecenderungan adiksi smartphone pada remaja.

5.2 Diskusi

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa trait kepribadian extraversion dan keterampilan sosial (emotional expressivity, emotional sensitivity, emotional control, social expressivity, social sensitivity, dan sosial control) berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bianchi dan Philips (2005), bahwa extraversion berpengaruh positif terhadap durasi penggunaan smartphone dan penyalahgunaan smartphone. Individu yang extraversion akan

senang bersosialisasi dan memperluas jaringan sosialnya (Bianchi & Phillips, 2005). Hal ini sesuai dengan karakteristik remaja, dimana remaja memiliki minat sosial yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak (Sullivan dalam Santrock, 2012).

Remaja dapat membangun hubungan sosialnya melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan smartphone sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Hasil ini juga didukung oleh Lee, Tam dan Chie (2013) extraversion memiliki efek signifikan terhadap penggunaan smartphone. Hasil ini pun serupa dengan penelitian Smetaniuk (2014), yang menyatakan bahwa trait kepribadian extraversion memiliki berpengaruh positif terhadap adiksi smartphone. Variabel lain yang memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone adalah keterampilan sosial. Hasil ini serupa dengan Caplan (2003) yang menunjukkan bahwa keterampilan sosial yang rendah berpengaruh pada kecenderungan online pada individu. Sedangkan Dehghani dan Dehghani (2014) menyatakan bahwa keterampilan sosial yang tinggi dapat mengurangi kecenderungan adiksi pada siswa.

Hasil penelitian pada remaja menunjukkan bahwa chatting, social media, dan internet browsing merupakan tiga kegiatan yang paling banyak dilakukan dengan smartphone. Hal ini sejalan dengan survey Nielsen dimana jumlah waktu terbesar yang dihabiskan individu dengan menggunakan smartphonenya dilakukan untuk chatting diikuti dengan browsing dan gaming (Nielsen, 2014).

Fitur chatting dan social media menawarkan cara komunikasi tidak langsung, dimana hal ini dapat menutupi keterbatasan keterampilan sosial yang dimiliki individu.

88

Pada awalnya penggunaan teknologi komunikasi ditujukan untuk hiburan dan kontak sosial dengan dunia maya. Namun seiring perkembangannya, individu dengan keterbatasan keterampilan sosial terutama komunikasi langsung akan menggunakan smartphone sebagai sarana komunikasi yang dapat mengatasi keterbatasan mereka. Tetapi penggunaan secara berlebihan dapat menyebabkan perilaku adiksi. individu umumnya menggunakan teknologi komunikasi untuk mendapatkan informasi, menghibur diri, menjalin komunikasi oranglain, dan membangun hubungan sosial dengan oranglain (Ceyhan, 2011). Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilan sosial, dimana keterampilan sosial menjadi salah satu faktor penyebab kecenderungan adiksi smartphone.

Keterampilan sosial merupakan hal penting yang perlu dimiliki remaja.

Karena pada masa ini, remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya daripada dengan keluarga (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Kebutuhan akan intimasi meningkat dimasa remaja dan memotivasi remaja untuk mencari sahabat. Persahabatan adalah bagian penting dari kehidupan. persahabatan akan memberikan rasa memiliki, penerimaan dan dukungan pada individu. Selain itu juga membantu remaja membangun konsep diri yang positif dan berkomunikasi dengan orang lain (Couch, Felstehausen, & Patsy, 1997). Jika remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab, mereka akan mengalami kesepian dan self worth yang rendah. Oleh karena itu keterampilan sosial perlu dioptimalkan pada masa ini. Keterampilan sosial penting dimiliki individu agar memiliki kemampuan komunikasi yang efektif dan efisien sehingga membantu individu untuk membangun hubungan dengan teman sebayanya.

Secara khusus, terdapat dua dimensi dari keterampilan sosial yang berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan adiksi smartphone, yaitu emotional control dan social sensitivity. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa emotional control berpengaruh negatif terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Hasil ini didukung oleh Dehghani dan Dehghani (2014), yang menyatakan bahwa keterampilan sosial yang tinggi dapat mengurangi kecenderungan adiksi pada siswa. Disisi lain, Snyder (1974) menyebut emotional control sebagai self monitoring (Riggio & Friedman, 1982). Individu yang memiliki emotional control/self monitoring yang tinggi sensitif pada isyarat sosial dan cenderung beradaptasi agar memenuhi tuntutan dan harapan lingkungan (Takao, Takahashi, & Kitamura, 2009). Individu tersebut mampu menampilkan emosi dengan baik, mampu menimbulkan isyarat emosi, dan mampu menggunakan isyarat emosi bertentangan, seperti topeng (Riggio, 1986).

Sehingga individu akan nyaman berada di depan oranglain, mampu bertatap muka, memulai, dan mempertahankan interaksi dengan oranglain. Maka kecenderungan individu untuk berinteraksi dengan smartphone pun akan lebih sedikit. Sedangkan, jika individu memiliki emotional control rendah maka sulit mempertahankan interaksi maupun bertatap muka dengan orang lain, sehingga akan mengarah pada penggunaan smartphone sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Smartphone memberikan solusi bagi individu yang keterbatasan emotional control. Salah satunya melalui panggilan suara atau pesan teks (misalnya, chatting dan social media). Fenomena ini pun seiring dengan hasil penelitian, dimana chatting merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan

90

oleh remaja dengan smartphonenya. Dalam chatting dan social media terdapat emoticon atau stiker yang dapat menjadi sarana menunjukkan pesan nonverbal agar sesuai dengan lingkungan sehingga pada akhirnya penggunaan ini membuat individu merasa nyaman didunia maya. Misalnya saat individu dengan keterbatasan emotional control sedang sedih namun teman-temannya membuat lelucon, maka ia cenderung akan tetap menampilkan wajah sedih dan sulit untuk memunculkan wajah tersenyum. Hal ini menjadi berbeda ketika individu menggunakan smartphone, melalui emoticon/stiker individu akan dengan mudah menampilkan wajah tersenyum di layar smartphonenya, walaupun sebenarnya ia sedang sedih. Dengan demikian individu akan lebih mudah mengontrol tampilan emosinya melalui komunikasi tidak langsung tersebut.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa social sensitivity berpengaruh positif terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Dehghani dan Dehghani (2014), bahwa keterampilan sosial yang tinggi dapat mengurangi kecenderungan adiksi siswa. Individu yang sensitif akan memperhatikan orang lain atau lingkungannya (misalnya, menjadi pengamat dan pendengar yang baik), karena mereka peka terhadap aturan dan norma-norma sosial. Sehingga individu akan mampu tampil dengan baik di lingkungan sesuai norma dan mengatur kesesuaian perilaku mereka dengan oranglain. Namun jika individu memiliki social sensitivity tinggi, maka dapat menjadi overconcerned terhadap kesesuaian perilaku mereka dan perilaku oranglain (Riggio, 1986). Individu tersebut biasanya peka terhadap kritik, mampu memahami lingkungan dan tuntutan lingkungan

sosialnya. Pada tingkat ekstrem, social sensitivity yang tinggi akan memunculkan self consciousness dan kecemasan sosial, yang dapat menghambat partisipasi individu dalam interaksi social secara langsung (Riggio, 1986). Perilaku yang ditunjukkan berupa selalu berkomentar dalam status orang lain, segera membuat akun jika muncul jenis media sosial baru, selalu membuat update relevan terbaru, dan berusaha memperbanyak jumlah follower di akunnya. Perilaku inilah yang membuat individu selalu mempertahankan kontak dengan smartphonenya.

Mereka melakukan hal demikian karena ingin menyesuaikan tampilannya dengan orang disekitar. Selain itu mereka mungkin merasa perlu memiliki berbagai akun media sosial (seperti: facebook, twitter, instagram dll). Dengan demikian individu akan memanfaatkan fitur smartphone sebagai sarana komunikasi tidak langsung, dan untuk menyesuaikan diri dengan standar di lingkungan.

Disisi lain, menurut Skinner (1974), individu yang memiliki public self consciousness tidak hanya menyadari lingkungan mereka, tapi juga menyadari bahwa mereka adalah bagian dari lingkungan. Sehingga mereka akan mengobservasi stimulus external/lingkungan dan mencoba untuk bertingkah laku sesuai standar lingkungan (Skinner dalam Feist & Feist, 2010). Public self consciousness disebut juga sebagai social sensitivity (Riggio & Carney, 2003).

Oleh karena itu individu yang memiliki social sensitivity tinggi cenderung menyesuaikan tingkah laku dengan standar masyarakat, terlepas dari apakah standar tersebut merupakan hal yang benar atau salah. Dalam hal ini remaja memperluas penggunaan smartphone karena mereka berusaha mengikuti tren dan ingin diterima oleh lingkungannya. Terlebih di era modern, dimana penggunaan

92

smartphone telah menjadi hal yang umum di masyarakat. Trend penggunaan smartphone ditunjukkn melalui survey US Cencus Bureau pada Januari 2014, yang menyatakan sekitar 6,5 miliar dari 7 miliar penduduk dunia memiliki smartphone (Afrisia & Haryanto, 2014). Terlebih dikalangan remaja yang cenderung proaktif dengan perkembangan media baru seperti smartphone (Kim et al., 2013). Hal ini mungkin dilakukan sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap standar kawan sebayanya (Sullivan dalam Santrock, 2012). Sehingga remaja tidak ingin berbeda dengan teman sebayanya agar ia diterima oleh lingkungannya, mengembangkan minat sosial, dan terlibat berinteraksi dilingkungan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa extraversion tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan adiksi smartphone. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Engelberg dan Sjoberg (2004), yang menguji pengaruh kepribadian terhadap adiksi internet. Hasilnya adalah trait kepribadian tidak berpengaruh terhadap penggunaan internet. Hal tersebut mungkin dikarenakan karakteristik responden dalam penelitian ini adalah remaja. Dimana trait kepribadian pada remaja masih belum matang (Papalia et al., 2008). Hal ini dikarenakan remaja masih dalam masa pencarian identitas (Papalia et al., 2008).

Selain itu penggunaan smartphone juga merupakan bagian dari trend dan gaya hidup. Sehingga faktor yang memengaruhi pengguanaan smartphone tidak hanya berasal dari faktor internal namun juga dipengaruhi oleh lingkungan.

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan peneltian ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran untuk

bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan peneliti selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran teoritis

A. Pada penelitian selanjutnya dapat meneliti kecenderungan adiksi smartphone pada tingkatan usia yang berbeda, misalnya pada anak-anak maupun dewasa.

B. Pada penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain sebagai faktor-faktor yang memengaruhi kecenderungn adiksi smartphone. Seperti:

jumlah waktu luang, gaya hidup, dan status sosial.

C. Penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam mengenai kegiatan tertentu yang dilakukan individu dengan smartphonenya sehingga dapat menyebabkan adiksi, seperti internet, social media, dan bermain game.

5.3.2 Saran praktis

Keterampilan sosial merupakan salah satu keterampilan yang penting dimiliki individu di lingkungan sosialnya. Dalam penelitian ini emotional control dan sosial sensitivity merupakan dimensi keterampilan sosial yang memengaruhi kecenderungan adiksi smartphone. Oleh karena itu perlu usaha untuk mengoptimalkan emotional control dan social sensitivity pada siswa terkait penggunaan smartphone.

94

A. Bagi pihak sekolah dapat membuat psikoedukasi tentang pengembangan diri. Dimana remaja dilatih untuk memahami kepribadiannya, mengenal potensi baik dan buruk pada dirinya. Hingga usaha mengembangkan

A. Bagi pihak sekolah dapat membuat psikoedukasi tentang pengembangan diri. Dimana remaja dilatih untuk memahami kepribadiannya, mengenal potensi baik dan buruk pada dirinya. Hingga usaha mengembangkan