• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS IIB TANJUNG PURA

2. Faktor Eksternal a. Dana

Dana merupakan faktor utama yang menunjang untuk pelaksanaan pembinaan narapidana. Karena dalam pelaksanaannya dibutuhkan sarana dan prasarana untuk menjalanan pembinaan. Namun, realitasnya RUTAN Kelas II B Tanjung Pura memiliki dana yang tidak memadai untuk memberikan pembinaan yang sempurna terhadap narapidana.86

Hal ini dikarenakan karena pada dasarnya Rumah Tahanan Negara adalah bukan sebagai tempat pembinaan narapidana, namun hanya sebagai rumah tahanan sementara bagi tahanan dan terdakwa. Hal ini yang menjadi dasar kuat kurangnya pemerintah memperhatikan atau memberikan dana pembinaan bagi RUTAN ini. Ini merupakan masalah yang besar, karena perlu diingat jumlah narapidana yang di tempatkan di RUTAN ini berjumlah 204 orang. Hal ini menjadi sangat tidak adil bagi narapidana tersebut tidak mendapatkan pembinaan yang sempurna. Padahal, pada hakikatnya narapidana memiliki beberapa hak yang diatur dalam UU Pemasyarakatan, yang salah satunya

85 Ibid

86 Hasil wawancara dengan Bapak Ronny Steven Hutapea, KPR RUTAN Kelas II B Tanjung Pura, pada Selasa, 24 Maret 2020, Pukul 16:00

mereka memiliki hak untuk menerima pembinaan. Tetapi, karena kurangnya perhatian terhadap RUTAN yang dijadikan tempat sebagai menahan narapidana membuat proses pembinaan tidak dapat dijalankan secara sempurna oleh petugas RUTAN tersebut.

b. Sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas RUTAN merupakan hal yang sangat penting juga untuk berjalannya proses pembinaan dengan sempurna. Bangun RUTAN Kelas II B Tanjung Pura ini dapat dikatakan cukup sempit untuk daya tampung tahanan serta narapidana yang sebanyak 707 orang dengan kapasitas seharusnya hanya sanggup menahan 167 orang. Bagaimana mungkin para tahanan dan narapidana dapat menerima dengan baik pembinaan yang dilakukan jika sarana dan fasilitas yang ada tidak dapat memberikan rasa nyaman bagi si terpidana. Pembinaan yang diberikan terasa percuma jika mereka di tempatkan di tempat yang sebenarnya dapat memberikan perasaan tertekan dan stress.87

Luas kamar tahanan yang panjang hanya 8 meter dan lebar 5 meter pastinya akan membuat narapidana berdesakan sehingga membuat mereka merasa tidak nyaman dan stress. Pembinaan yang dilakukanpun akan terhambat karena pikiran dan perasaan mereka terhambat. Dengan perbandingan kapasitas dan jumlah tahanan yang

87 Ibid

ada di RUTAN tersebut dapat dikatakan sudah melebihi kapasitas (Overcapacity).

c. Kurangnya tenaga pembina

Kurangnya tenaga pembina membuat tidak semua tahapan pembinaan dan program pembinaan dapat dilakukan di RUTAN ini.

Karena pada dasarnya yang perlu diingat lagi bahwa RUTAN bukan sebagai tempat pembinaan bagi narapidana membuat kurang diperhatikannya petugas pembina di RUTAN ini. Sehingga, RUTAN Kelas II B Tanjung Pura ini hanya dapat memberikan pembinaan sebisa yang mereka mampu saja. Pembinaan yang tidak sesuai tahap dan tidak berdasar pada program pembinaan yang sudah diatur.88

4.3 Keefektifan Upaya Pembinaan yang Dilakukan Terhadap Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kelas II B Tanjung Pura.

Menurut Barda Nawawi Arief, efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh atau efek keberhasilan, atau kemanjuran/kemujaraban.89 Dengan kata lain, efektivitas berarti tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai, atau dengan kata lain sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.90

Efektivitas hukum merupakan kesesuaian antara apa yang diatur dalam hukum pelaksanaannya. Hukum dibuat oleh otoritas berwenang ada kalanya bukan abstraksi nilai dalam masyarakat. Jika demikian, maka terjadilah hukum

88 Ibid

89 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 85

90 Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung, Angkasa, 1997, hlm. 89

tidak efektif, tidak bisa dijalankan, atau bahkan atas hal tertentu terbit pembangkangan sipil. Dalam realitas kehidupan masyarakat, seringkali penerapan hukum tidak efektif, sehingga wacana ini menjadi perbincangan menarik untuk dibahas dalam perspektif efektivitas hukum.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa efektivitas hukum berkaitan erat dengan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Usaha menanamkan hukum di dalam masyarakat, yaitu penggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi, mengakui, dan menaati hukum.

2. Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai yang berlaku.

3. Jangka waktu penanaman hukum, yaitu panjang atau pendek jangka waktu dimana usaha-usaha menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberikan hasil.91

Soerjono Soekanto juga menjelaskan bagaimana tolak ukur efektivitas dalam penegakan hukum, sebagai berikut:

1. Faktor Hukum

Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak.

2. Faktor Penegakan Hukum

91 Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosial Yuridis Masyarakat, Bandung, Alumni, 1985, hlm. 45

Berfungsinya hukum, mentalitas, atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting. Jika peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, maka terdapat suatu masalah didalamnya.

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung

Faktor sarana dan fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras. Menurut Soerjono Soekanto bahwa penegak hukum tidak dapat bekerja dengan baik, apabila tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-alat profesional. Maka, sarana atau fasilitas pendukung mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum.

4. Faktor Masyarakat

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok, sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum. Persoalan yang timbul adalah taraf kepatuhan terhadap hukum. Adanya derajat kepatuhan hukum masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga diikuti dan apa yang dianggap buruk maka dihindari.92

92 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindi Persada, 2007, hlm. 5

Menurut Mustafa Abdullah, agar suatu peraturan hukum benar-benar berfungsi harus memenuhi beberapa faktor, yaitu:

1. Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri

2. Petugas yang menegakan atau yang menerapkan

3. Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaidah hukum atau peraturan tersebut

4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup tersebut.93

Jika dilihat dari pengertian mengenai efektivitas hukum, maka dapat ditarik beberapa penilaian mengenai keefektivan upaya pembinaan yang dilakukan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II B Tanjung Pura, yang dilihat menurut faktor tolak ukur efektivitas dalam penegakan hukum, sebagai berikut: