• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan menjelaskan bahwa:

“Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani, dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan”15

Dalam melaksanakan pembinaan pemasyarakatan, perlu di dasarkan pada suatu asas yang merupakan pegangan atau pedoman bagi para pembina agar tujuan pembinaan yang dilakukan dapat sampai dengan baik. Untuk itu, berdasarkan Pasal 2 UU Pemasyarakatan, asas-asas pembinaan pemasyarakatan melingkupi:

a. Asas Pengayoman

Yang dimaksud dengan asas pengayoman adalah perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup

14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 14 ayat (1).

15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Bimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Pasal 1 angka 1

kepada Warga Binaan Pemasyarakatan agar mereka menjadi warga yang berguna di dalam masyarakat nantinya.

b. Asas Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Asas ini dimaksudkan agar terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) mendapat persamaan perlakuan dan pelayanan di dalam LAPAS/RUTAN, tanpa membeda-bedakan orang.

c. Asas Pendidikan

Asas ini memenuhi kebutuhan WBP untuk mendapatkan haknya, yaitu hak mendapat pendidikan. Di dalam LAPAS/RUTAN, WBP mendapat pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila.

Pendidikan yang didapatkan antara lain pendidikan jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan kesempatan menunaikan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.

d. Asas Pembimbingan

Di dalam LAPAS/RUTAN, WBP mendapat pembimbingan yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila. Dengan dilakukan pendidikan dan pembimbingan keterampilan, diharapkan untuk menghilangkan rasa jenuh hidup dalam LAPAS/RUTAN, yang tujuan pokoknya adalah memberikan bekal pengetahuan kepada Narapidana supaya mereka terampil dalam melakukan pekerjaan. Sehingga, setelah

selesai menjalani pidananya, mereka tidak akan menemui kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan kembali.

e. Asas Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Asas ini dimaksudkan agar dalam melaksanakan pembimbingan tetap harus memperlakukan WBP sebagaimana layaknya seorang manusia. meskipun seorang Narapidana adalah orang yang telah melakukan kesalahan sebesar dan seberat apapun, mereka tetap manusia yang harus dihormati harkat dan martabatnya.

f. Asas Kehilangan Kemerdekaan Merupakan Satu-satunya Penderitaan

WBP harus berada di dalam LAPAS/RUTAN untuk jangka waktu yang telah ditentukan melalui putusan hakim. Maksud penempatan itu adalah untuk memberikan kesempatan pada negara untuk memperbaiki mereka melalui pendidikan dan pembinaan.

Seseorang yang dihukum pidana penjara atau kurungan harus menjalani pidananya di LAPAS/RUTAN. Selama menjalani pidananya inilah mereka menjadi hilang kemerdekaan. Artinya, ia tidak bebas untuk berpergian kemanapun atau melakukan aktivitas diluar. Hilangnya kebebasan untuk melakukan kegiatan diluar tersebut sebagai satu-satunya penderitaan yang dialami selama menjadi penghuni di dalam LAPAS/RUTAN, walaupun selama dalam LAPAS/RUTAN Narapidana tetap mempunyai hak-hak lainnya sebagai layaknya manusia.

g. Asas Terjaminnya Hak Untuk Tetap Berhubungan dengan Keluarga dan Orang-Orang Tertentu

Selama Narapidana mendapat pembinaan di LAPAS/RUTAN mereka tetap dijamin haknya untuk berhubungan dengan keluarga atau orang-orang tertentu. Karena, pada prinsipnya untuk melakukan pembinaan, Narapidana tidak boleh diasingkan sama sekali dengan masyarakat. Mereka tetap dapat berhubungan dengan keluarganya, mereka diperbolehkan menemui keluarganya yang berkunjung ke LAPAS/RUTAN.16

Pembinaan Narapidana yang saat ini dilakukan, pada awalnya berangkat dari kenyataan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakekat hidup yang tumbuh dimasyarakat.

Membiarkan seseorang dipidana, menjalani pidana tanpa memberikan pembinaan tidak akan merubah Narapidana tersebut. Bagaimana juga Narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan ke arah perkembangan yang positif, yang mampu merubah seseorang untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menjadi lebih baik dari sebelum menjalani pidananya.17 Disamping itu tujuan pembinaan Narapidana dibagi menjadi 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Setelah keluar dari LAPAS/RUTAN tidak lagi melakukan tindak pidana.

16 Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2014, hlm.155

17 C.I.Harsono Hs, Op.cit, hlm.43

b. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam membangun bangsa dan negaranya.

c. Mampu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akherat.18

Kesadaran sebagai tujuan dari pembinaan Narapidana dapat dicapai dengan melakukan berbagai tahap sebagai berikut:

a. Mengenal diri sendiri

b. Memiliki kesadaran beragama c. Mengenal potensi diri

d. Mengenal cara memotivasi e. Mampu memotivasi orang lain

f. Mampu memiliki kesadaran yang tinggi g. Mampu berpikir dan bertindak

h. Memiliki kepercayaan diri yang kuat i. Memiliki tanggung jawab

j. Menjadi pribadi yang utuh.19

Dalam melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap Narapidana, haruslah dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya. Saharjo mengemukakan 10 (sepuluh) prinsipnya, yaitu:

a. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat.

b. Penjatuhan pidana bukan tindakan pembalasan dendam dari negara.

c. Rasa tobat tidak dapat dicapai dengan menyiksa, melainkan dengan bimbingan.

d. Negara tidak berhak membuat seseorang Narapidana lebih buruk atau lebih jahat daripada sebelum ia masuk lembaga.

e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, Narapidana harus dikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat.

18 Ibid, hlm.47

19 Diah Gustiani.dkk, Hukum Penitensia dan Sistem Pemasyarakatan di Indonesia, Bandar Lampung, 2013, hlm.67

f. Pekerjaan yang diberikan kepada Narapidana tidak boleh bersifat mengisi waktu semata hanya diperuntukkan bagi kepentingan lembaga atau negara saja. Pekerjaan yang diberikan harus ditujukan untuk pembangunan negara.

g. Bimbingan dan didikan harus berdasarkan asas Pancasila.

h. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia meskipun ia telah tersesat. Tidak boleh ditunjukkan kepada Narapidana bahwa ia itu penjahat.

i. Narapidana itu hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan

j. Sarana fisik lembaga ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan.20

Disamping itu, C.I. Harsono juga mengemukakan bahwa ada 4 (empat) komponen penting yang harus diperhatikan dalam pembinaan Narapidana, yaitu:

a. Diri sendiri, yaitu Narapidana itu sendiri.

b. Keluarga c. Masyarakat d. Petugas.21