• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Retensi dan Stabilisasi pada Gigi Tiruan Penuh .1 Retensi

2.3.1.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Adhesi

Adhesi adalah kekuatan tarik-menarik antara molekul yang berbeda seperti air liur dan resin akrilik atau antara saliva dan mukosa, yang berperan dalam pembasahan atau lubrikasi pada gigi tiruan dan permukaan mukosa.15 Adhesi dari saliva ke membran mukosa dan basis gigi tiruan terjadi melalui kekuatan ionik antara glikoprotein saliva dan epitel permukaan atau resin akrilik. Dengan terjadinya kontak saliva ke jaringan dari rongga mulut dan basis gigi tiruan, adhesi berperan dalam meningkatkan kekuatan retensi lebih lanjut dari tegangan permukaan antarmuka.

Adhesi juga dapat diamati antara basis gigi tiruan dan membran mukosa pada pasien dengan xerostomia. Bahan basis gigi tiruan tampaknya melekat pada mukosa yang kering dari basal seat dan permukaan oral lainnya. Namun, adhesi seperti itu sangat tidak efektif untuk mempertahankan gigi tiruan dan merupakan faktor predisposisi untuk abrasi dan ulserasi mukosa karena kurangnya lubrikasi dari saliva.

Retensi yang diberikan oleh adhesi sebanding dengan area yang dicakup oleh gigi tiruan. Gigi tiruan rahang bawah menutupi area permukaan yang lebih sedikit daripada gigi tiruan rahang atas, sehingga gigi tiruan rahang bawah kurang retentif jika dibandingkan dengan rahang atas.20

2. Kohesi

Kohesi adalah kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul sejenis, yang mempertahankan integritas dari saliva. Gaya antar molekul-molekul dari adhesi dan kohesi dapat dianggap sebagai pembentukan rantai antara gigi tiruan dan mukosa.

Kohesi sebagai salah satu faktor yang memengaruhi kekuatan retensi terjadi di dalam lapisan cairan (biasanya saliva) yang ada di antara basis gigi tiruan dan mukosa, dan berfungsi untuk menjaga integritas cairan tersebut. Saliva normal tidak terlalu kohesif. Saliva yang tebal dan tinggi kandungan mucin lebih kental daripada air liur yang encer, namun sekresi yang kental biasanya tidak menghasilkan peningkatan

retensi karena saliva yang encer dan serosa dapat masuk ke sebagai film yang lebih tipis daripada sekresi mucin yang lebih kohesif.20

3. Tegangan permukaan interfasial

Tegangan permukaan interfasial adalah tegangan atau daya tahan terhadap pemisahan oleh selapis tipis atau film cairan antara dua permukaan yang merekat atau beradaptasi. Tegangan permukaan interfasial ini tergantung pada kemampuan suatu cairan untuk membasahi permukaan. Kemampuan dari suatu cairan ini berbanding terbalik dengan tegangan suatu permukaan. Tegangan permukaan interfasial ini dapat ditemukan pada selapis tipis cairan saliva yang ada diantara basis gigi tiruan dan jaringan dari rongga mulut. Saliva membasahi permukaan gigi tiruan sebagai upayanya dalam menciptakan retensi. Mukosa rongga mulut memiliki tegangan permukaan yang rendah, saliva nantinya akan membasahi mukosa dan tersebar dalam bentuk lapisan tipis. Bahan basis gigi tiruan memiliki wettability yang kurang baik atau lebih sukar untuk dibasahi oleh saliva dibanding mukosa pada rongga mulut, sedangkan resin akrilik polimerisasi panas memiliki wettability yang lebih baik daripada resin akrilik autopolimerisasi. Semua bahan basis gigi tiruan memiliki tegangan permukaan yang lebih besar jika dibandingkan dengan mukosa rongga mulut, tetapi setelah dilapisi oleh pelikel saliva, maka tegangan permukaan semakin menurun dan kontaknya bertambah, sehingga dapat memaksimalkan luas permukaan antara saliva dan basis gigi tiruan.

Tegangan permukaan interfasial juga tergantung pada adanya antarmuka cairan atau udara pada batas kontak dengan cairan atau bahan solid. Jika dua pelat atau bahan solid dengan cairan diantaranya direndam pada cairan yang sama, maka tidak ada tegangan permukaan interfasial dan kedua pelat atau bahan solid tersebut dapat dipisahkan dengan mudah. Batas luar dari gigi tiruan rahang bawah selalu digenangi cairan saliva, sehingga hal tersebut akan mengurangi efek dari tegangan permukaan. Oleh karena itu, tegangan permukaan interfasial memegang peran yang cukup penting dalam retensi gigi tiruan terutama pada rahang atas.

Tegangan permukaan interfasial dapat dijelaskan dengan Stephan’s formula:

Dimana F adalah tegangan permukaan, k adalah viskositas dari suatu cairan, r adalah radius dari permukaan yang berkontak, v adalah kecepatan dari tekanan, dan h adalah jarak antar permukaan. Semakin besar jarak antar permukaan, maka tegangan permukaan interfasial akan semakin rendah. Oleh karena itu, semakin dekat adaptasi gigi tiruan dengan mukosa rongga mulut, maka tegangan permukaan interfasial akan semakin besar dan retensi akan semakin baik. Semakin besar radius atau luas dari permukaan yang berkontak, maka tegangan permukaan interfasial akan semakin baik. Sehingga, semakin besar area yang dicakup oleh gigi tiruan, maka retensi akan semakin baik.16

4. Border seal

Untuk retensi yang optimal, batas gigi tiruan harus dibentuk sehingga ruangan antara pembatas dan jaringan sulkus sekecil mungkin. Namun, tidak mungkin mempertahankan kondisi tersebut setiap saat, karena kedalaman sulkus berubah-ubah, terutama selama gigi berfungsi. Gigi tiruan harus dibuat sehingga perbatasan sesuai dengan titik paling dangkal yang mencapai refleksi sulkus selama fungsi normal. Ini berarti untuk beberapa waktu ketika pasien dalam keadaan diam, gigi tiruan akan sedikit under-extended. Jika gigi tiruan diperpanjang lebih dengan maksud untuk menciptakan seal yang lebih konsisten, perpindahan mungkin akan terjadi ketika jaringan sulkus bergerak. Masalah untuk mencapai border seal yang konstan dapat diatasi dengan memperluas sayap gigi tiruan dari kedua sisi secara lateral, sehingga berkontak dan sedikit menggeser mukosa bukal dan labial untuk menghasilkan facial seal.

𝐹 =4,7 × 𝑘𝑟43 × 𝑣

Gambar 5. Perpanjangan lateral dari sayap bukal untuk menghasilkan facial seal15

Untuk rahang atas pada bagian posterior, untuk mencapai retensi dari gigi tiruan dan mukosa adalah dengan membuat postdam, yaitu celah di perbatasan posterior yang sedikit tertanam ke dalam mukosa palatal. Cara untuk menghasilkan ini adalah dengan memotong alur ke model kerja di mana batas posterior gigi tiruan harus terletak yang biasanya di vibrating line.15

5. Tekanan atmosfer

Tekanan atmosfer didefinisikan sebagai gaya per satuan unit luas yang diberikan pada permukaan dengan berat udara di atas permukaan. Dalam hal molekul udara, jika jumlah molekul udara di atas permukaan meningkat, akan ada lebih banyak molekul untuk mengerahkan kekuatan pada permukaan itu dan akibatnya tekanan meningkat.

Gigi tiruan melekat pada mukoperiosteum dengan cara yang sama seperti suction cup yang melekat pada kaca depan mobil. Permukaan yang bekerja dari suction cup memiliki permukaan yang melengkung. Ketika bagian tengah suction cup ditekan terhadap permukaan yang rata dan tidak berpori, volume ruang antara suction cup dan permukaan rata berkurang, yang menyebabkan udara antara cup dan permukaan dikeluarkan melewati tepi dari cup tersebut. Setelah udara dipaksa keluar,

ruang hampa udara terbentuk. Karena tekanan atmosfer akan selalu berusaha menyamakan dirinya, udara secara alami mencoba mengisi setiap celah yang hilang.

Tekanan ini mendorong udara di luar suction cup. Karena tidak bisa menembus permukaan, maka ia akan mendorong melawan permukaan yang rata. Jika udara bisa lewat di bawah tepi suction cup, atau melalui permukaan, seal akan pecah dan suction cup akan jatuh.

Gambar 6. Tekanan pada suction cup yang dihasilkan oleh adanya tabrakan molekul gas yang menyebabkan suction cup kontak dengan permukaan17

Gigi tiruan tidak bisa terdistorsi seperti suction cup, tetapi mukosa oral bisa.

Ketika suatu gaya diberikan secara tegak lurus terhadap gigi tiruan, tekanan antara protesa dan jaringan basal turun di bawah tekanan sekitar, menahan perpindahan.

Retensi karena tekanan atmosfer berbanding lurus dengan area yang dicakup oleh basis gigi tiruan. Agar tekanan atmosfer menjadi efektif, gigi tiruan harus memiliki seal yang sempurna di seluruh perbatasannya. Cetakan perbatasan yang tepat dapat dilakukan dengan teknik tekanan fisiologis.17