• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Retensi dan Stabilisasi pada Gigi Tiruan Penuh .1 Retensi

2.3.2 Stabilisasi .1 Pengertian

Stabilisasi dapat diartikan sebagai daya tahan dari gigi tiruan terhadap perpindahan (umumnya dalam pergerakan lateral) oleh kekuatan fungsional.

Stabilisasi pada gigi tiruan penuh didefinisikan sebagai resistensi gigi tiruan untuk bergerak pada fondasi jaringannya, terutama terhadap gaya lateral (horizontal) yang berlawanan dengan perpindahan vertikal.

Ketidakstabilan gigi tiruan berdampak buruk pada jaringan pendukung, yang nantinya akan menghasilkan kekuatan merusak pada linggir alveolar pasien

edentulus selama fungsinya. Gigi tiruan akan bergeser dengan mudah sebagai respons terhadap gaya yang didapatkan secara lateral. Hal ini akan menyebabkan gangguan pada border seal dan mencegah basis gigi tiruan berkaitan baik dengan jaringan pendukung.19

2.3.2.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Permukaan Oklusal

Keselarasan antara permukaan oklusal yang berlawanan berkontribusi terhadap stabilisasi. Gigi tiruan harus bebas dari gangguan dalam rentang fungsional pergerakan pasien. Selama gerakan fungsional, permukaan oklusal tidak boleh bertabrakan atau bersentuhan satu sama lain sebelum waktunya. Kekuatan yang tidak diinginkan ini akan menghasilkan pergerakan lateral dan kekuatan torsi yang nantinya memengaruhi stabilisasi. Hubungannya dapat dijelaskan melalui oklusi, posisi gigi dan dataran oklusal, dan hubungan antar linggir.

a. Oklusi

Untuk meminimalkan kekuatan yang dapat melepaskan gigi tiruan, oklusi harus seimbang di seluruh area rentang pergerakan fungsional pasien. Bilateral balanced occlusion penting selama pergerakan yang terjadi pada rongga mulut, seperti menelan air liur dan gerakan menutup mulut untuk memasang kembali gigi tiruan. Oklusi seimbang tidak akan mengganggu posisi gigi tiruan saat diam atau statis, stabil, dan retensi pada gigi tiruan.

b. Posisi gigi dan dataran oklusal

Gigi-gigi anterior harus diposisikan sedekat mungkin dalam hubungannya dengan posisi linggir sebagaimana posisi alaminya. Neutral zone di lengkung rahang atas perlu diperhatikan agar tidak terlalu sempit sehingga ada ruang untuk memposisikan gigi anterior atas. Selain itu, zona netral pada rahang atas tidak begitu berpengaruh dalam menjaga stabilisasi gigi tiruan, seperti zona netral pada rahang bawah. Dataran oklusal tidak boleh ditempatkan terlalu tinggi dan dataran tersebut harus ditempatkan lebih bawah dari posisi lidah, sehingga lidah mempertahankan posisi gigi tiruan rahang bawah.

c. Hubungan linggir

Hubungan linggir antara rahang atas dan rahang bawah akan memengaruhi stabilisasi gigi tiruan. Untuk itu, perlu untuk memposisikan gigi dalam keadaan crossbite ketika linggir berada dalam hubungan crossbite yang parah. Pada kasus klas III, lengkung rahang bawah lebih ke anterior dibanding lengkung rahang atas. Oklusi mandibula yang baik harus menjadi perhatian sehingga kontak ke rahang atas dibuat lebih dari setengah jarak antara papilla insisif dan hamular notch. Ini akan mencegah ujung gigi tiruan pada rahang atas miring ke arah antero-posterior.19

2. Permukaan Intaglio a. Adaptasi basis gigi tiruan

Hubungan sayap gigi tiruan dengan lereng dari linggir merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap stabilisasi. Kontak antara jaringan dan batas gigi tiruan dibatasi oleh jaringan yang bergerak. Stabilisasi gigi tiruan yang optimal membutuhkan jaringan-jaringan tersebut untuk memberikan resistensi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkondisikan permukaan-permukaan linggir, agar berada pada sudut yang benar terhadap bidang oklusal.

b. Sayap lingual gigi tiruan rahang bawah

Kondisi yang paling baik untuk sayap lingual rahang bawah adalah bahwa sayap tersebut tegak lurus terhadap dataran oklusal dan dapat menahan gaya horizontal dengan baik. Perpanjangan sayap lingual ditentukan oleh perlekatan otot mylohyoid ke internal oblique ridge. Pada daerah posterior, otot ini memungkinkan perpanjangan sayap yang lebih dalam dibandingkan dengan daerah anterior. Otot-otot pada dasar mulut juga memengaruhi tingkat kedalaman kontak yang dapat terjadi. Mukosa harus cukup resilien dan cukup tebal untuk mentolerir tekanan.

Shanahan (1962) menyatakan bahwa sayap lingual gigi tiruan dapat diperpanjang di tiga area yaitu sublingual crescent space, area fossa sublingual dan fossa retromylohyoid.

3. Cameo surface (permukaan poles) dan struktur yang berhubungan

Otot dapat memengaruhi stabilisasi gigi tiruan penuh dengan dua cara, baik dengan memungkinkan adanya aksi otot-otot tertentu tanpa gangguan oleh basis gigi

tiruan atau dengan memanfaatkan aksi normal dari otot-otot tertentu yang dapat membantu tempat bertahannya basis gigi tiruan dan meningkatkan stabilisasi.

Geometri dasar gigi tiruan harus berbentuk segitiga.

Gambar 8. Geometri pada gigi tiruan penuh19

Geometri ini digunakan untuk mengarahkan dudukan pada gigi tiruan. Ada kontraksi otot seperti orbicularis oris (bibir) dan buccinator (pipi) selama gerakan fungsional (bicara, deglutisi, pengunyahan). Sayap bukal dan labialis pada gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah harus cekung untuk memungkinkan dudukan yang tepat bagi pipi dan bibir. Kontur yang tepat dari sayap gigi tiruan memungkinkan gaya horizontal yang terjadi selama kontraksi otot-otot ini untuk ditransmisikan sebagai kekuatan dudukan vertikal. Lidah juga merupakan faktor yang harus diperhatikan, dimana untuk mencapai stabilisasi, posisi lidah harus dipertimbangkan selama pencetakan pada sayap lingual.

Selain itu, permukaan poles dan otot-otot disekitar juga berhubungan dengan neutral zone. Tujuan umum dari zona netral ini adalah untuk menyisakan suatu daerah dalam rongga mulut yang edentulus di mana gigi harus diposisikan sedemikian rupa sehingga kekuatan yang diberikan oleh otot akan cenderung menstabilkan gigi tiruan, bukan menggesernya. Teori yang digunakan untuk mengembangkan kontur dasar gigi tiruan didasarkan pada keyakinan bahwa otot-otot

harus tercetak tidak hanya batas-batas gigi tiruan tetapi juga seluruh permukaan yang dipoles. Kontur permukaan yang dipoles dan posisi gigi harus ditentukan dengan mewujudkan ruang di mana pergerakan lidah dan otot mukosa bukal dapat seimbang.19

Gambar 9. Neutral zone pada regio molar 2.3.2.3 Pengukuran Stabilisasi

Pengukuran stabilisasi gigi tiruan dilakukan dengan metode CU-modified Kapur. Metode ini adalah modifikasi kriteria Kapur yang dimodifikasi oleh Chulalongkorn University pada bulan Juli tahun 2018. Kriteria CU-modified Kapur direkomendasikan untuk menilai retensi dan stabilisasi baik pada pelayanan kesehatan masyarakat maupun klinis untuk menentukan apakah gigi tiruan perlu diganti atau tidak. Penilaian terhadap stabilisasi dilakukan dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Gigi tiruan diletakkan diatas linggir lalu digerakkan dengan ibu jari dan jari telunjuk pada permukaan bukal gigi premolar. Pergerakan dilakukan secara horizontal, anterior-posterior, dan medio-lateral.43