• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

D. Faktor pendukung dan penghambat orang tua dalam membina religiusitas anak

a. Faktor pendukung

1) Keluarga

Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama

mempunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali

nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan anggotanya dalam mencari makna

kesetiaan, kasih sayang, dan sebagainya. Dari kehidupan seorang

ayah dan ibu terpupuk sifat keuletan, keberanian, tempat berlindung,

bertanya, dan mengarahkan bagi anggotanya (family of orientasion)

(Shihab, 1992:255).

Dalam Zakiyah Daradjat (1970:110), sikap orang tua

terhadap agama, akan mementul kepada anaknya. Jika orang tua

menghormati kaidah akan agamanya, maka akan tumbuhlah sikap

yang demikian juga dalam diri anaknya. Demikian pula sebaiknya,

orang tua yang bersikap negatif terhadap agamanya, maka anaknya

besar kemungkinan juga akan memiliki sifat yang hampir sama.

Sebagai orang tua yang baik haruslah menanamkan sifat

keAllahan kepada anak-anaknya, bahkan harus dimulai ketika anak

masih dalam kandungan. Tugas orang tua haruslah menanamkan

keyakinan pada anak tentang Keesaan Allah, sebagai zat yang

menciptakan alam raya beserta isinya, dan tugas manusia hanyalah

untuk mendarmabaktikan dirinya kepada Allah Swt semata.

Hasil wawancara penulis dengan ibu HA, ibu NH dan ibu BR

bahwa anggota keluarga mereka yang lain (suami, nenek, kakek,

kakak dan adik) sangat mendukung mereka dalam membentuk

religiusitas anak. Dukungan yang diberikan anggota keluarga lainnya

berupa membantu mengajari anak mengaji, menasehati maupun

2) Lingkungan masyarakat

Menurut Qardawi (2000:141), dalam lingkungan

masyarakat, perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh

kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau warga

masyarakat.

Masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah

keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam

masyarakat ini telah dimulai ketika anak-anak untuk beberapa

waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar dari

pendidikan sekolah. Dengan demikian berarti pengaruh

pendidikan tersebut tampak lebih luas. Tetangga, teman, dan

saudara mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan

anak, karena pengaruh dorongan, ajakan orang lain, seseorang

bisa menjadi baik/buruk. Sebagaimana hasil wawancara dengan

ibu NH, bahwa lingkungan/masyarakat tempat dimana ia tinggal

sangat sangat mendukung pananaman keagamaan pada anaknya.

b. Faktor penghambat

Menurut Yusuf (2000:141), dalam lingkungan

masyarakat, perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh

kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau warga

Realita yang terjadi di masyarakat, seorang anak akan

lebih suka meniru perilaku orang dewasa, atau seorang tokoh

yang dianggapnya idola. Mereka akan lebih suka meniru

kebiasaan-kebiasaan maupun gaya mereka dalam segala hal

yang mereka anggap baik. Tak jarang hal-hal yang dilarang

dalam agamapun mereka ikuti

Keluhan terbesar yang dikeluhkan para orang tua di Desa

Medayu adalah penggunaan HP pada anak-anak mereka. Hal ini

mengakibatkan anak menjadi susah dinasehati maupun

menunda-nunda ibadah. Sebagaimana yang dikeluhkan oleh ibu

HA, ibu BR, ibu HY dan ibu PL, yang mengatakan jika anaknya

sering main HP sampai lupa waktu ibadah, dan jika dinasehati

malah marah-marah maupun nanti-nanti.

Selain anak suka bermain HP, ibu HY dan ibu PL

mengaku jika lingkungan dimana ia tinggal tidak mendukung

dalam pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak, baik itu

dari pertemanannya maupun dari masyarakatnya sendiri. Lain

halnya dengan ibu NH, kendala yang ia rasakan dalam

mengembangkan nilai keagamaan pada anak yaitu anaknya jika

disuruh ngaji agak lama banyak alasannya baik itu capek

c. Cara mengatasi kendala-kendala yang ada

Cara mengatasi kendala-kendala yang muncul dalam

dalam pengembangan religiusitas pada anak di Desa Medayu,

ada beberapa langkah yang dilakukan oleh orang tua.

Sebagaimana yang dilakukan oleh ibu NH, ibu BR, ibu HY dan

ibu NK caranya dengan menasehati anak terlebih dahulu. Jika

dengan nasehat anak masih belum berubah, maka dengan

dimarahi. Lain halnya dengan ibu HA dalam mengatasi kendala

penanaman nilai-nilai agama pada anak yaitu dengan memaksa

anak untuk mengikuti TPA setiap sore, serta melarang anak

main HP tanpa seijinnya. Tidak jauh berbeda dengan ibu HA,

ibu PL dalam mengatasi kendala menanamkan religiusitas pada

anaknya yang sering main HP yaitu dengan membanting HP di

depan anaknya, dengan tujuan agar anak menjadi jera.

Berbagai nasehat maupun hukuman yang diberikan

orang tua pada anaknya, mempunyai tujuan yang baik yaitu agar

anak berubah kearah yang lebih baik. Sebagaimana dikatakan

oleh ibu HA, ibu NH, ibu BR, ibu HY, ibu PL dan ibu NK

bahwa anaknya mulai berubah setelah diberi nasehat maupun

hukuman. Hal ini dikarenakan adanya rasa takut pada diri anak,

sehingga berubah sesuai dengan apa yang dinasehatkan orang

105 BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Wanita karier di Desa Medayu berperan sebagai istri, ibu rumah tangga

dan sebagai pekerja yang membantu suami mencari nafkah. Sebelum

berangkat kerja, mengurus keluarga terlebih dahulu setelah selesai baru

berangkat kerja.

2. Kondisi religiusitas anak di Desa Medayu yaitu akidah anak sudah

tertanam dengan baik, terbukti dengan Tuhan yang disembah adalah

Allah, Nabi yang menjadi panutan adalah Nabi Muhammad SAW, kitab sucinya Al Qur’an, jumlah malaikat yang wajib diketahui ada 10, hafal nama dan tugas-tugasnya, percaya adanya hari kiamat serta percaya

adanya takdir Allah SWT. Akhlak anakpun juga sudah tertanam dengan

baik dalam diri mereka. Hal ini dibuktikan jika anak suka membantu

menyelesaikan pekerjaan rumah, mengerjakan tugas kelompok dengan

teman serta membela teman yang tidak bersalah. Namun dalam hal

kepatuhan menjalankan ibadah wajibnya masih belum maksimal, seperti

shalat lima waktu, puasa pada bulan ramadhan serta berdoa setelah

selesai shalat masih bolong-bolong dan belum maksimal.

3. Upaya wanita karier dalam membina religiusitas anak di Desa Medayu,

dalam membina akidah masih kurang, hal ini dikarenakan kurangnya

rumah. Dalam membina ibadah anak sudah mulai tertanam dengan baik,

hal ini dibuktikan dengan mengajari anak untuk beribadah dan mentaati syari’at Islam. Dalam hal akhlak juga sudah tertanam dengan baik, terbukti dengan sikap anak dirumah baik dan nurut kepada orang tua,

mudah diatur serta menyayangi adik dan saudaranya, serta dapat

menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Upaya yang dilakukan

wanita karier dalam membina religiusitas anak yaitu dengan

menyekolahkan anak di sekolah agama, pesatren maupun TPA, Banyak

orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan agama anaknya

pada lembaga-lembaga pendidikan, namun juga ada beberapa orang tua

yang tetap mengajarkan pendidikan agama pada anaknya disela-sela

kesibukannya bekerja.

4. Faktor pendukung wanita karier dalam pembinaan religiusitas anak

berasal dari dukungan keluarga dalam mengawasi anak saat ibu bekerja,

lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat yang baik. Selain itu

juga berasal dari diri anak sendiri yang mempunyai kemauan untuk terus

belajar dan mudah diatur. Ternyata tingkat pemahaman orang tua dalam

hal agama juga sangat memengaruhi perilaku keagamaan pada anak.

Semakin luasnya pemahaman orang tua, maka semakin luas juga

pemahaman anak dalam hal agama. Sedangkan faktor penghambatnya

yaitu yaitu keterbatasan pengetahuan orang tua dalam hal agama,

lingkungan pergaulan tempat tinggal yang kurang baik, serta penggunaan

Cara wanita karier dalam mengatasi kendala tersebut adalah dengan

menasehati, memberi motivasi, menegur dan memberi hukuman.

B. Saran

Dari kesimpulan yang sudah didapatkan dari penelitian ini, maka

penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Sebagai seorang ibu yang berkewajiban mengurus keluarga dan juga

sebagai wanita karier yang bekerja untuk membantu suami mencari

nafkah harus pandai-pandai dalam mengatur waktu antara keluarga dan

pekerjaan agar keduanya dapat berjalan bersamaan tanpa ada yang

terabaikan salah satunya.

2. Religiusitas anak yang baik tidak hanya didapat keluarga saja, namun

lingkungan dimana ia tinggal juga sangat memengaruhi pola pikir anak.

Oleh karena itu orang tua haruslah mengawasi dan mengarahkan

anak-anaknya untuk selalu memilah dan memilih yang terbaik untuk dirinya.

Meskipun ibunya tidak dapat mengawasinya setiap saat karena

kesibukannya bekerja, jika anak sudah tertanam kuat agama yang baik,

maka dalam lingkungan masyarakat ia akan mudah memilah dan memilih

baik dan buruk untuk dirinya.

3. Dalam upaya memberikan hasil yang terbaik pada anak, sebaiknya orang

tua tidak begitu saya mempercayakan sepenuhnya pada lembaga-lembaga

pendidikan terkait. Orang tua juga harus terlibat dalam mengajarkan

4. Memberikan hukuman dengan tujuan agar anak menjadi lebih terarah

memang baik, namun perlu diingat bahwa dalam memberikan hukuman