• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Caranya ya mengurus keluarga terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?

Responden : Yaaaa, saling mengingatkan aja mbk antar anggota keluarga, sehingga tumbuh rasa peduli terhadap sesama. Ya mbak, kadang-kadang anak juga membantu membersihkan rumah.

Peneliti : Apakah yang ibu rasakan ketika ibu harus mengurus keluarga dan pekerjaan secara bersamaan?

Responden : Kalau saya sangat menikmati pekerjaan saya mbak. Bisa mendapatkan dua-duanya secara bersamaan. Soalnya’kan jika ngajar hanya sampai siang saja, nanti pulangnya bisa ngurus keluarga, masak, mencuci dan lain-lain.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mendidik anak agar mempunyai perilaku baik? Dan apakah ibu juga menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini?

Responden : Ya mangajari anak tentang baik buruknya perilaku. Iya mbak, diajarin shalat dan ngaji juga.

Peneliti : Dalam pembinaan akidah, apakah ibu menanamkan rukun iman kepada anak?

Responden : Iya mbak, tapi belum maksimal, saya ajari sebisa saya.

Peneliti : Dalam pembinaan ibadah, apakah ibu menanamkan pada anak tentang rukun Islam, yaitu tentang shalat, puasa, zakat dan haji?

Responden : Iya, tapi juga belum maksimal

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan pada anak tentang shalat, baik gerakan maupun bacaannya?

Responden : Iya, meskipun belum sempurna, ya saya ajarkan anak untuk shalat semampu saya.

Peneliti : Jika bulan puasa apakah ibu juga mengajak anak untuk berpuaasa?

Responden : Ya, meskipun puasanya masih setengah hari. Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan anak untuk membantu orang yang membutuhkan?

Responden : Iya, Misalnya jika ada pengemis itu, saya suruh anak yang memberikan, biar ada rasa peduli pada sesama.

Peneliti : Bagaimana sikap anak dengan orang tua dan saudaranya dirumah?

Responden : Biasa, seperti anak-anak lain dengan orang tuanya. Senangnya mbantah jika diberi tahu. Dia agak manaja mbak, soalnya anak tunggal.

Peneliti : Apa kendala atau kesulitan anda dalam menanamkan sifat keagamaan pada anak?

Responden : Kesulitannya sekarang Hp itu, setiap hari jika saya suruh ngaji adanya hanya bentar-bentar sambil main Hp

Penulis : Dari anggota keluarga, lingkungan maupun sekolah apa juga mendukung usaha anda dalam menanamkan keagamaan pada anak? Jika iya apa dukungan yang mereka berikan?

Responden : Dari keluarga mendukung. Kadang neneknya juga ikut menyuruh anak shalat

Penulis : Bagaimana langkah-langkah anda dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah dengan tindakan tersebut, anak menjadi lebih baik dari semula?

Responden : Saya paksa untuk mengikuti TPA setiap sore, saya antar nanti saya jemput lagi. Saya larang main HP tanpa seijin saya. Setidaknya sekarang lebih baik dari semula mbak.

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

Nama : Ibu NH

Hari, Tanggal : Selasa, 18-07-2017 Tempat wawancara : Rumah Ibu NH

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Ngeh pripun njeh? (Ya gimana yaaa), memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengurus keluarga, ketika waktunya bekerja ya sepenuhnya untuk sekolah, keluarga baik, tapi kerja juga tetap profesional

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?

Responden : Ya setiap minggu bersih-bersih rumah bersama. Iya, suami yang sering membantu, saat saya tinggal berangkat ke sekolah, jika ada pekerjaan yang belum selesai, biasanya suami saya yang menyelesaikan

Peneliti : Apakah yang ibu rasakan ketika ibu harus mengurus keluarga dan pekerjaan secara bersamaan?

Responden : Ya biasa saja mbak, soalnya saya kerja sudah lama, dari sebelum menikah jadi ya saya sudah nyaman dengan pekerjaan saya, sedangkan mengurus keluarga ketika sebelum berangkat kerja dan sesudahnya. Ketika tugas sekolah banyak, rumah berantakan, kadang anak-anak yang menjadi sasaran kemarahan lelah saya. Setelah itu saya berfikir, kasihan sekali anak saya mereka malah menjadi korban keegoisan saya.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mendidik anak agar mempunyai perilaku baik? Dan apakah ibu juga menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini?

Responden : Yaaa, piye ya? Heheee. Ya mengajarkan nilai-nilai agama sejak masih kecil, menginggatkan bila salah, mengajak dalam kebaikan. Alhamdulillah iya mbak saya kenalkan agama dan saya sekolahkan pula anak dilembaga islam

Peneliti : Dalam pembinaan akidah, apakah ibu menanamkan rukun iman kepada anak?

Responden : Alhamdulillah iya mbak. Dulu saya sekolah di agama, jadi sedikit-sedikit saya agak paham, sekarang tinggal mengajarkan pada anak

Peneliti : Dalam pembinaan ibadah, apakah ibu menanamkan pada anak tentang rukun Islam, yaitu tentang shalat, puasa, zakat dan haji?

Responden : Iya mbak, wajib itu. Karena rukun iman itu adalah dasar yang harus diimani oleh orang Islam

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan pada anak tentang shalat, baik gerakan maupun bacaannya?

Responden : Iya diajarkan bagaimana niat shalat, gerakannya, bacaannya dari kecil sehingga anak jika sudah besar sudah bisa shalat dengan benar

Peneliti : Jika bulan puasa apakah ibu juga mengajak anak untuk berpuasa?

Responden : Saya ajak puasa, alhamdulillah sudah mulai full tahun kemarin

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan anak untuk membantu orang yang membutuhkan?

Responden : Iya, sejak dulu saya menanamkan pada anak bahwa dengan membatu orang lain yang kesusahan, kita akan mendapat pahala banyak dari Allah.

Peneliti : Bagaimana sikap anak dengan orang tua dan saudaranya dirumah?

Responden : Gimana ya mbak sikapnya, ya baik, sopan, tidak banyak menuntut anak saya itu, Alhamdulillah sekali saya memiliki anak seperti anak saya. Kadang-kadang, jika disuruh kewarung dekat aja tidak mau. Tapi wajar mbak, namanya juga anak-anak. Dia sayang adiknya, ketika dirumah tak tinggal masak atau nyuci dia ngajak adiknya bermain dengan teman-temannya.

Peneliti : Apa kendala atau kesulitan anda dalam menanamkan sifat keagamaan pada anak?

Responden : Kendalanya paling ya anaknya jika disuruh ngaji agak lama, mesti alasannya capeklah, ngantuklah

Penulis : Dari anggota keluarga, lingkungan maupun sekolah apa juga mendukung usaha anda dalam menanamkan keagamaan pada anak? Jika iya apa dukungan yang mereka berikan?

Responden : Suami yang mendukung. Mengajari anak tentang Islam lebih dalam soalnya dulu ia pondokan, jadi lebih faham agama dibanding saya. Kalau lingkungan alhamdulillah disini keagamaannya

baik, sekolahannyapun juga saya sekolahkan di sekolah Islam, anaknyapun juga medah diatur dan berkemauan keras untuk belajar ilmu agama, insyaallah semuanya baik

Penulis : Bagaimana langkah-langkah anda dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah dengan tindakan tersebut, anak menjadi lebih baik dari semula?

Responden : Saya nasehati, jika nasehat tidak mempan saya marahi , bapaknyapun juga ikut menasehatinya jika perlu akan saya akan saya pondokkan lagi setelah lulus ini, biar ilmu agamanya lebih matang lagi. Alhamdulillah lebih baik dari kemarin.

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

Nama : Ibu BR

Hari, Tanggal : Kamis, 20-07-2017 Tempat wawancara : Rumah Ibu BR

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Sesibuk apapun saya keluarga tetap no 1 mbak. Sebelum berangkat kerja saya selalu mengurus keluarga dahulu seperti menyiapkan sarapan, mengurus keperluan anak dan suami. Ketika pulang sekolah baru kemudian menyelesaikan pekerjaan keluarga lainnya

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?

Responden : Rumah yang nyaman, bersih dan tentram itu ya harus saling peduli antar sesama, sehingga akan muncul dengan sendirinya bagaimana cara menciptakan suasana yang tentram itu, dan tidak ada sekat pemisah antara satu dengan lainnya. Iya mbak pasti. Suami ya sering membantu, menyelesaikan pekerjaan bersama

Peneliti : Apakah yang ibu rasakan ketika ibu harus mengurus keluarga dan pekerjaan secara bersamaan?

Responden : Yaa senang sih bisa mengurus dua-duanya dalam waktu bersamaan. Keluarga dapat pekerjaan juga dapat. Selain itu saya juga bisa mendidik anak orang lain juga anak saya sendiri

Peneliti : Bagaimana cara ibu mendidik anak agar mempunyai perilaku baik? Dan apakah ibu juga menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini?

Responden : Ya diajari mbak, sebagai orang tua saya juga harus mengajari anak untuk berperilaku baik, maka dengan demikian anak akan mulai meniru apa yang saya lakukan. Nggeh mbak, anak saya saya sekolahan disekolah agama supaya pintar dalam hal agama mbak, biar tidak seperti kedua orang tuanya yang kurang pengetahuan agamanya. Peneliti : Dalam pembinaan akidah, apakah ibu menanamkan rukun iman kepada anak?

Responden : Iya mbak, saya mencoba menanamkan anak tentang rukun iman yang harus kita imani, meskipun belum secara maksimal.

Peneliti : Dalam pembinaan ibadah, apakah ibu menanamkan pada anak tentang rukun Islam, yaitu tentang shalat, puasa, zakat dan haji?

Responden : Iya pasti mbak, ya saya ajarkan semaksimal mungkin sebagai bekal agama untuk anak.

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan pada anak tentang shalat, baik gerakan maupun bacaannya?

Responden : Diajarkan shalat, niatnya itu begini, caranya begini, bacaannya apa saja ya saya ajarkan.

Peneliti : Jika bulan puasa apakah ibu juga mengajak anak untuk berpuasa?

Responden : Iya wajib itu mbak, Saya ajak anak untuk berpuasa apalagi jika anaknya sudah baligh, harus berpuasa

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan anak untuk membantu orang yang membutuhkan?

Responden : Iya, setiap saat saya mengajak anak-anak saya untuk membantu orang yang kesusahan, meskipun hanya dengan tanaga kita, fikiran kita, tidak harus dengan uang, sehingga sampai saat ini anak saya yang paling kecil sering mentraktir teman-temannya disekolah

Peneliti : Bagaimana sikap anak dengan orang tua dan saudaranya dirumah?

Responden : Ya, baik, tapi kadang jika dibilangin ngeyel terus sukannya. Kalau dia dengan kakak-kakaknya malah dia dimanja banget, soalnya dia anak terakhir, sedangkan kakak-kakaknya sudah menikah dan bekerja semua. Kalau dia dengan kakak-kakaknya manja banget, minta ini minta itu, ya diturutin semua. Saya kadang sampe jengkel mbak, takut kebiasaan

Peneliti : Apa kendala atau kesulitan anda dalam menanamkan sifat keagamaan pada anak?

Responden : Kebanyakan main Hp dan Laptop mbak, jika diberitahu mesti membantah ibu itu lhow ini itu, cerewetlah, pelitlah padahal itu juga untuk kebaikan dia.

Penulis : Dari anggota keluarga, lingkungan maupun sekolah apa juga mendukung usaha anda dalam menanamkan keagamaan pada anak? Jika iya apa dukungan yang mereka berikan?

Responden : Keluarga mendukung, apalagi keluarga besar saya dan suami juga membantu menasehati anak saya ketika saya tidak dirumah. Soalnya ketika saya tidak dirumah, saya menitipkan anak pada keluarga jika pas tidak sekolah, biar ada yang mengawasi

Penulis : Bagaimana langkah-langkah anda dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah dengan tindakan tersebut, anak menjadi lebih baik dari semula?

Responden : Saya kasih pilihan jika tetap mainan Hp dan tidak mau shalat atau mengaji, Hpnya saya minta, jika perlu nanti saya pondokkan saja. Ya lebih baik, meskipun sedikit-sedikit, mungkin dia takut jika dipondokkan

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

Nama : Ibu HY

Hari, Tanggal : Minggu, 16-07-2017 Tempat wawancara : Rumah Ibu HY

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Pagi bangun subuh, masak, mencuci baju, pokoke beres-beres rumah dulu mbak, ngurusi mbahe. Nak wis rampung kabeh lagi mangkat kerjo mbak jam delapan (merawat kakek. Jika sudah selesai semua baru berangkat kerja mbak pukul delapan

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?

Responden : Pripun njehh?, njeh diresik-resiki mbak, ben resik dinggoni tur nyaman (Bagaimana ya?, ya dibersihkan mbak, biar bersih ditempati dan nyaman). Nggeh mbak (iya mbak), Mbahe yang sering membantu memberesi urusan rumah saat saya bekerja

Peneliti : Apakah yang ibu rasakan ketika ibu harus mengurus keluarga dan pekerjaan secara bersamaan?

Responden : Jane (sebenarnya) itu saya juga tidak pengen kerja mbak, cukup ngurus keluarga saja. Tapi mau gimana lagi mbk, pendapatan suami kadang ada kadang juga tidak, jadi ya terpaksa kerja berangkat pagi pulang sore. Jane ea mesake (sebenarnya juga kasihan) anak-anak waktu kecil sudah tak tinggal ke Malaysia dengan bapaknya, sekarang saya tinggal lagi. Tapi mau gimana lagi, terus juga ada mbahe yang ikut dengan saya yang sedang sakit.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mendidik anak agar mempunyai perilaku baik? Dan apakah ibu juga menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini?

Responden : Njeh disekolahke mbak, diajari sopan santun ngoten niku mbak. anak saya saya sekolahan disekolah agama supaya pintar dalam hal agama mbak, biar tidak seperti kedua orang tuanya yang kurang pengetahuan agamanya.

Peneliti : Dalam pembinaan akidah, apakah ibu menanamkan rukun iman kepada anak?

Responden : Mboten mbak (Tidak mbak), saya tidak mudeng begituan, saya berusaha menyekolahkan anak disekolah agama, agar anak paham agama, biar nanti menjadi orang yang pintar, tidak seperti orang tuanya sekolahnya hanya sampai SD saja dulu.

Peneliti : Dalam pembinaan ibadah, apakah ibu menanamkan pada anak tentang rukun Islam, yaitu tentang shalat, puasa, zakat dan haji?

Responden : Iya mbak, tapi ya lebih banyak diajarkan dari sekolah, soalnya saya tidak begitu paham mbak.

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan pada anak tentang shalat, baik gerakan maupun bacaannya?

Responden : Saya ajarkan mbak dulu ketika anak masih kecil, sekarang sudah bisa, saya ajarkan sebisa saya

Peneliti : Jika bulan puasa apakah ibu juga mengajak anak untuk berpuasa?

Responden : Mengajak mbak, diajak sahur, diajak berbuka bersama juga

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan anak untuk membantu orang yang membutuhkan?

Responden : Ya, anak saya ajari untuk membantu orang yang membutuhkan, meskipun tidak banyak yang diberikan, yang penting ikhlas.

Peneliti : Bagaimana sikap anak dengan orang tua dan saudaranya dirumah?

Responden : Sikapnya ya baik, ya ramah. Kadang-kadang tidak mau menuruti nasehat orang tua, soalnya anak laki-laki senangnya bermain. Dengan kakak dia juga sayang, mereka bermain apapun selalu bersama

Peneliti : Apa kendala atau kesulitan anda dalam menanamkan sifat keagamaan pada anak?

Responden : Setiap habis pulang sekolah mesti langsung nyekel Hp, sampai-sampai lupa makan, lupa shalat harus di oprak-oprak (paksa) baru berangkat shalat.

Penulis : Dari anggota keluarga, lingkungan maupun sekolah apa juga mendukung usaha anda dalam menanamkan keagamaan pada anak? Jika iya apa dukungan yang mereka berikan?

Responden : Kalau lingkungan kurang mendukung, soalnya anak-anak disini terlalu bebas pergaulannya, sedangkan bekal agamanya kurang

Penulis : Bagaimana langkah-langkah anda dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah dengan tindakan tersebut, anak menjadi lebih baik dari semula?

Responden : Saya nasehatin dan saya marahi, setidaknya ya berubah sedikit.

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

Nama : Ibu PL

Hari, Tanggal : Minggu, 16-07-2017 Tempat wawancara : Rumah Ibu PL

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Carane piye yoooo? Nak aku kan kerjane esuk tekan bengi ya?, dadi nak bengi kae masak, ngumbahi dadi esuke tinggal siap-siap lek mangkat kerjo. Kadangkan bocah-bocah do maem neng gone mbahne, dadi ea ura binggung mbak. Nak pas prei yo full kanggo keluarga lan kulakan dagangan. (Caranya bagaimana ya? Kalau sayakan kerjanya dari pagi sampai malam ya?, jadi jika malam masak dan mencuci jadi paginya tinggal siap-siap terus berangkat kerja. Kadang anak-anak sudah makan dirumah neneknya jadi saya tidak khawatir. Jika pas libur ya full untuk keluarga dan membeli dagangan).

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?

Responden : Dibersihkan tow mbak, sehingga nyaman ditempati. Sendiri ae mbak, tapi kadang juga dibantu anak saya yang paling kecil

Peneliti : Apakah yang ibu rasakan ketika ibu harus mengurus keluarga dan pekerjaan secara bersamaan?

Responden : Gimana ya mbak, capek sudah pasti. Ada senangnya tapi juga ada sedihnya. Senangnya ketika mendapat bayaran dan bisa berkumpul dengan teman-teman. Sedihnya tidak bisa mengurus anak dirumah mbak. Dari kecil anak-anak ikut mbaknya mbak, dari usia 2 bulan. Paling ketemunya malam hari, itupun saat anak sudah tidur mbk. Tidak bisa mengantar dan menemani anak belajar. Bahkan kemarin ya mbak, nilai harian anak saya itu jelek, sedih banget saya mbak, seolah-oleh saya itu seperti telah gagal dalam mendidik anak. Kasihan bapaknya juga mbak, setiap hari harus mengantar jemput saya setiap hari, tapi Alhamdulillah tidak mengeluh mbak. Mau berhenti kerja kok eman-eman banget jualan di pabrik sudah banyak pelangganya, tapi kasihan anak juga, saya binggungnya disitu mbak. Saya bilang sama bapaknya suruh tetap bekerja, ya udah saya bekerja dan anak diasuh oleh budhenya.

Peneliti : Bagaimana cara ibu mendidik anak agar mempunyai perilaku baik? dan apakah ibu juga menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini?

Responden : Ya dikandani, ini itu yang baik, ini itu yang buruk. Anak harus begini tidak boleh begitu ngoten mbak.

Peneliti : Dalam pembinaan akidah, apakah ibu menanamkan rukun iman kepada anak?

Responden : Saya orang awam mbak, tidak mudheng begituan. Dulu dipelajari waktu sekolah, tapi sekarang sudah lupa.

Peneliti : Dalam pembinaan ibadah, apakah ibu menanamkan pada anak tentang rukun Islam, yaitu tentang shalat, puasa, zakat dan haji?

Responden : Iya, kadang-kadang, wong saya juga tidak mudeng mbak

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan pada anak tentang shalat, baik gerakan maupun bacaannya?

Responden : Diajari mbak, tapi jika saya tidak bekerja. Tapi lebih banyak diajari dari sekolah untuk masalah agama.

Peneliti : Jika bulan puasa apakah ibu juga mengajak anak untuk berpuasa?

Responden : Iya, saya ajak, meskipun puasanya kadang masih setengah hari, belum full.

Peneliti : Apakah anda juga mengajarkan anak untuk membantu orang yang membutuhkan?

Responden : Iya, saya ajarkan untuk membantu teman maupun orang yang membutuhkan

Peneliti : Bagaimana sikap anak dengan orang tua dan saudaranya dirumah?

Responden : Ya biasa aja mbak, kaya anak dengan orang tua umumnya. Dia selalu ribut dengan adiknya, di jaili, sedangkan adiknya jika diganggu juga membalas, ribut terus adanya jika bertemu.

Peneliti : Apa kendala atau kesulitan anda dalam menanamkan sifat keagamaan pada anak?

Responden : Waktunya itu, saya full dirumah hanya setiap hari sabtu dan minggu saja, sabtupun terkadang harus berangkat kerja, jadi kendala terbesar saya itu. Selain itu juga sering main Hp bersama teman-temannya sampai lupa waktu pulang.

Penulis : Dari anggota keluarga, lingkungan maupun sekolah apa juga mendukung usaha anda dalam menanamkan keagamaan pada anak? Jika iya apa dukungan yang mereka berikan?

Responden : Lingkungan tidak mendukung, soalnya teman-temannya pergaulannya tidak baik, saya takut jika anak saya tertular mbak. Kalau keluarga suami mendukung, dia selalu menasehati anak untuk shalat maupun ngaji dibanding dengan saya malah suami yang banyak berperan. Penulis : Bagaimana langkah-langkah anda dalam mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah dengan tindakan tersebut, anak menjadi lebih baik dari semula?

Responden : Sama bapaknya Hpnya diminta terus dibanting didepannya. Berubah sekali, soalnya takut dan merasa bersalah anaknya

HASIL WAWANCARA 1. Identitas Responden

Nama : Ibu NK

Hari, Tanggal : Rabu, 19-07-2017 Tempat wawancara : Rumah Ibu NK

2. Transkrip Wawancara

Peneliti : Sebagai seorang ibu yang bekerja, bagaimana ibu membagi waktu untuk keluarga (suami dan anak)?

Responden : Lhaa ya waktune yo dibagi-bagi mbak, wayahe kerjo ya kerjo wayahe ng umah yo ngurusi omah. Hehee. (Lhaaa waktunya juga dibagi-bagi mbak, wayahe kerja ya kerja, waktunya dirumah ya mengurus rumah).

Peneliti : Sebagai ibu yang bekerja, bagaimana cara anda dalam menciptakan suasana rumah yang bersih, nyaman, tentram, dan damai? Apakah cara yang ibu lakukan membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain?