• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Temuan Penelitian

1. Peran Wanita Karier dalam Keluarga

Untuk mengawali wawancara, peneliti memulai pertanyaan yang

terkait dengan peran wanita karier dalam keluarga.

a. Wanita sebagai istri

Berikut ini adalah hasil wawancara beberapa responden tentang

peran mereka sebagai istri:

Ibu HA mengungkapkan:

“Caranya ya mengurus keluarga terlebih dahulu sebelum

berangkat bekerja”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017) Ibu NH juga menggungkapkan:

“Ngeh pripun njeh? (Ya gimana yaaa), memanfaatkan

waktu sebaik mungkin untuk mengurus keluarga, ketika waktunya bekerja ya sepenuhnya untuk sekolah, keluarga

baik, tapi kerja juga tetap profesional”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017)

Hal yang sama di ungkapkan ibu BR:

“Sesibuk apapun saya keluarga tetap no 1 mbak. Sebelum

berangkat kerja saya selalu mengurus keluarga dahulu seperti menyiapkan sarapan, mengurus keperluan anak dan

suami. Ketika pulang sekolah baru kemudian

menyelesaikan pekerjaan keluarga lainnya”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017)

Ibu HY menuturkan:

“Pagi bangun subuh, masak, mencuci baju, pokoke beres -beres rumah dulu mbak, ngurusi mbahe. Nak wis rampung kabeh lagi mangkat kerjo mbak jam delapan (merawat kakek. Jika sudah selesai semua baru berangkat kerja mbak

pukul delapan”. (Ibu HY/Minggu/16-07-2017) Ibu PL juga menuturkan:

“Carane piye yoooo? Nak aku kan kerjane esuk tekan

bengi ya?, dadi nak bengi kae masak, ngumbahi dadi esuke tinggal siap-siap lek mangkat kerjo. Kadangkan bocah-bocah do maem neng gone mbahne, dadi ea ura binggung mbak. Nak pas prei yo full kanggo keluarga lan kulakan

dagangan. (Caranya bagaimana ya? Kalau sayakan

kerjanya dari pagi sampai malam ya?, jadi jika malam masak dan mencuci jadi paginya tinggal siap-siap terus berangkat kerja. Kadang anak-anak sudah makan dirumah neneknya jadi saya tidak khawatir. Jika pas libur ya full

untuk keluarga dan membeli dagangan)”. (Ibu PL/Minggu/16-07-2017)

Sedangkan ibu NK mengatakan:

Lhaa ya waktune yo dibagi-bagi mbak, wayahe kerjo ya kerjo wayahe ng umah yo ngurusi omah. Hehee. (Lhaaa waktunya juga dibagi-bagi mbak, wayahe kerja ya kerja,

waktunya dirumah ya mengurus rumah)”. (Ibu NK/Rabu/19-07-2017)

b. Wanita sebagai ibu rumah tangga

Berikut ini adalah jawaban responden tentang peran mereka

“Yaaaa, saling mengingatkan aja mbk antar anggota keluarga, sehingga tumbuh rasa peduli terhadap sesama”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017)

“Ya setiap minggu bersih-bersih rumah bersama”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017)

“Rumah yang nyaman, bersih dan tentram itu ya harus

saling peduli antar sesama, sehingga akan muncul dengan sendirinya bagaimana cara menciptakan suasana yang tentram itu, dan tidak ada sekat pemisah antara satu dengan lainnya”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017)

“Pripun njehh?, njeh diresik-resiki mbak, ben resik dinggoni tur nyaman (Bagaimana ya?, ya dibersihkan

mbak, biar bersih ditempati dan nyaman)”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017)

“Njeh harus menanamkan rasa kekeluargaan niku mbak,

jika niku sudah ada pasti akan tercipta lingkungan yang nyaman dan tentram (ya harus menanamkan rasa kekeluargaan itu mbak, jika rasa itu sudah ada pasti akan tercipta lingkungan yang nyaman dan tentram)”. (Ibu NK/Rabu/19-07-2017)

Dalam kesibukannya mengurus keluarga, ada banyak faktor

yang melatar belakangi wanita di Desa Medayu yang telah

berkeluarga untuk bekerja, faktor-faktor tersebut antara lain:

“Untuk menambah pendapatan keluarga mbak”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017)

“Untuk mewujudkan cita-cita saya sebagai guru untuk mencerdaskan anak bangsa”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017 “Untuk biaya kebutuhan sehari-hari dan juga biaya sekolah anak-anak mbak, sedangkan gaji suami tidak menentu sebagai kuli bangunan, makannya saya bekerja”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017)

Ada berbagai rasa yang dialami wanita di Desa Medayu

dalam menjalankan dua perannya secara bersamaan yaitu mengurus

keluarga dan pekerjaan. Berbagai perasaan tersebut antara laian:

Ibu HA mengatakan:

“Kalau saya sangat menikmati pekerjaan saya mbak. Bisa

mendapatkan dua-duanya secara bersamaan. Soalnya’kan

jika ngajar hanya sampai siang saja, nanti pulangnya bisa ngurus keluarga, masak, mencuci dan lain-lain”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017)

Ibu BR juga mengatakan:

“Yaa senang sih bisa mengurus dua-duanya dalam waktu bersamaan. Keluarga dapat pekerjaan juga dapat. Selain itu saya juga bisa mendidik anak orang lain juga anak

saya sendiri”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017

Senada dengan keduanya, ibu NH juga mengungkapkan: “Ya biasa saja mbak, soalnya saya kerja sudah lama, dari

sebelum menikah jadi ya saya sudah nyaman dengan pekerjaan saya, sedangkan mengurus keluarga ketika sebelum berangkat kerja dan sesudahnya. Ketika tugas sekolah banyak, rumah berantakan, kadang anak-anak yang menjadi sasaran kemarahan lelah saya. Setelah itu saya berfikir, kasihan sekali anak saya mereka malah menjadi

korban keegoisan saya”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017) Lain halnya dengan ibu HY yaitu:

Jane (Sebenarnya) itu saya juga tidak pengen kerja mbak, cukup ngurus keluarga saja. Tapi mau gimana lagi mbk, pendapatan suami kadang ada kadang juga tidak, jadi ya terpaksa kerja berangkat pagi pulang sore. Jane ea mesake (sebenarnya juga kasihan) anak-anak waktu kecil sudah tak tinggal ke Malaysia dengan bapaknya, sekarang saya tinggal lagi. Tapi mau gimana lagi, terus juga ada mbahe

yang ikut dengan saya yang sedang sakit”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017)

Senada dengan ibu HY, ibu PL menungkapakan:

“Gimana ya mbak, ada senangnya tapi juga ada sedihnya. Senangnya ketika mendapat bayaran dan bisa berkumpul dengan teman-teman. Sedihnya tidak bisa mengurus anak dirumah mbak. Dari kecil anak-anak ikut mbaknya mbak, dari usia 2 bulan. Paling ketemunya malam hari, itupun saat anak sudah tidur mbk. Tidak bisa mengantar dan menemani anak belajar. Bahkan kemarin ya mbak, nilai harian anak saya itu jelek, sedih banget saya mbak, seolah-oleh saya itu seperti telah gagal dalam mendidik anak. Kasihan bapaknya juga mbak, setiap hari harus mengantar jemput saya setiap hari, tapi Alhamdulillah tidak mengeluh mbak. Mau berhenti kerja kok eman-eman banget jualan di pabrik sudah banyak pelangganya, tapi kasihan anak juga, saya binggungnya disitu mbak. Saya bilang sama bapaknya suruh tetap bekerja, ya udah saya bekerja dan anak diasuh oleh budhenya”. (Ibu PL/Minggu/16-07-2017)

c. Wanita sebagai pendidik

Setelah dilakukan wawancara tentang peran wanita dalam

mendidik anak-anak mereka, berikut adalah jawaban beberapa

responden:

Ibu HA menyampaikan:

“Ya mangajari anak tentang baik buruknya perilaku”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017)

Hal yang senada juga disampaikan ibu NH:

“Yaaa, piye ya? Heheee. Ya mengajarkan nilai-nilai agama sejak masih kecil, menginggatkan bila salah, mengajak

dalam kebaikan”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017) Ibu BR juga menyampaikan:

“Ya diajari mbak, sebagai orang tua saya juga harus

mengajari anak untuk berperilaku baik, maka dengan demikian anak akan mulai meniru apa yang saya lakukan”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017)

“Njeh disekolahke disekolah agama, biar anak tahu akan agama tidak seperti kedua orang tuanya mbak, diajari

sopan santun ngoten niku mbak”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017)

Sedangkan pendapat dari ibu PL adalah:

“Ya dikandani, ini itu yang baik, ini itu yang buruk. Anak harus begini tidak boleh begitu ngoten, sehingga anak tidak

salah dalam bergaul”. (Ibu PL/Minggu/16-07-2017) Hasil wawancara penulis dengan ibu NK yaitu:

“Njeh diajari mbak dulunya, diajari ngaji, diajari shalat,

nggeh diajari unggah-ungguh basa (tata krama)”. (Ibu NK/Rabu/19-07-2017)

Dalam pembinaan religiusitas yang dilakukan oleh wanita

karier di Desa Medayu ini antara lain:

a. Membina akidah anak

Berikut adalah jawaban dari para responden tentang

cara orang tua dalam membina akidah anak:

Ibu HA mengungkapkan:

“Iya mbak, tapi belum maksimal, saya hanya mengajarkan yang saya tahu saja”. (Ibu HA/Senin/17-07-2017)

Ibu NH juga mengungkapkan:

“Alhamdulillah iya mbak. Dulu saya sekolah di agama,

jadi sedikit-sedikit saya agak paham, sekarang tinggal mengajarkan pada anak”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017) Sedangkan ibu BR juga memaparkan:

“Iya mbak, saya mencoba menanamkan anak tentang

rukun iman yang harus kita imani, meskipun belum

secara maksimal”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017) Pendapat lain dari Ibu HY adalah:

“Mboten mbak (Tidak mbak), saya tidak mudeng

begituan, saya berusaha menyekolahkan anak

disekolah agama, agar anak paham agama, biar nanti menjadi orang yang pintar, tidak seperti orang tuanya

sekolahnya hanya sampai SD saja dulu”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017)

b. Membina ibadah anak

Dari wawancara yang telah dilakukan pada responden tentang

pembinaan ibadah anak diperoleh keterangan sebagai berikut: “Iya diajarkan bagaimana niat shalat, gerakannya,

bacaannya dari kecil sehingga anak jika sudah besar sudah bisa shalat dengan benar”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017)

“Tak ajak, Puasa itu wajib, setahun sekali dibulan

puasa saya bangunin untuk sahur, jika waktunya berbuka ya buka puasa bersama. Meskipun dulunya belum penuh puasanya, dan masih bolong-bolong, tapi

alhamdulillah sekarang sudah penuh puasanya”. (Ibu NK/Rabu/19-07-2017)

“Ya, anak saya ajari untuk membantu orang yang

membutuhkan, meskipun tidak banyak yang diberikan,

yang penting ikhlas”. (Ibu HY/ Minggu/16-07-2017) “Diajari mbak, tapi jika saya tidak bekerja. Tapi lebih

banyak diajari dari sekolah untuk masalah

pendidikannya”. (Ibu PL/Minggu/16-07-2017)

Selain saya pacu dengan hadiah permintaan dia, juga saya beri penjelasan puasa itu wajib, jika tidak melakukannya akan mendapat dosa, sehingga anak akan merasa takut dan melakukan puasa. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017)

c. Membina akhlak

Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan

responden tentang cara mereka dalam membina akhlak

Ibu NH mengungkapakan:

“Gimana ya mbak sikapnya, ya baik, sopan, tidak banyak menuntut anak saya itu, Alhamdulillah sekali

saya memiliki anak seperti anak saya”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017)

Ibu NK juga mengungkapkan:

“Patuh, nak disuruh-suruh ya mau, ramah mbak, menurut saya. Jika lewat didepan rumah yang ada orangnya ya bertanya”. (Ibu NK/Rabu/19-07-2017) Lain halnya dengan ibu BR:

“Lhahhh, jika diberi tahu atau arahan, malah tidak

mau, seringnya ngeyel dan dilaporkan ke bapaknya,

sedangkan bapaknya memanjakan dia”. (Ibu BR/Kamis/20-07-2017

Ibu NH mengatakan:

“Dia sayang adiknya, ketika dirumah tak tinggal masak atau nyuci dia ngajak adiknya bermain dengan teman-temannya”. (Ibu NH/Selasa/18-07-2017)