• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab dan Karakteristik Kemiskinan Desa Berdasarkan Kepadatan Penduduk

DAFTAR LAMPIRAN

ANALISIS FAKTOR

VI. KEMISKINAN DI WILAYAH DESA

6.3 Faktor Penyebab dan Karakteristik Kemiskinan Desa Berdasarkan Kepadatan Penduduk

6.3.1 Jarang

Berdasarkan hasil pengolahan daya seperti terlihat pada Lampiran 9, diketahui bahwa nilai uji KMO sebesar 0.56 dengan nilai signifikansi 0.00. Nilai KMO yang dihasilkan di atas 0.50 dan nilai signifikansi di bawah 0.05 maka data yang digunakan sudah cukup untuk dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor.

Tabel Total Variance Explained, faktor yang terbentuk sebanyak lima faktor dengan kriteria nilai Cummulative Sums of Square Loadings ≥ 60 persen. Setelah dirotasi, faktor pertama mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 16.38 persen, faktor kedua mampu menerangkan sebesar 15.93 persen, faktor ketiga mampu menerangkan sebesar 14.14 persen, faktor keempat mampu menerangkan sebesar 12.69 persen dan faktor kelima mampu menerangkan sebesar 12.63 persen. Secara bersama-sama kelima faktor ini mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 71.78 persen.

Tabel 35 menunjukkan bahwa faktor pertama berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga rawan bencana dan rumahtangga bukan pengguna listrik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini berhubungan dengan bencana alam dan sumber penerangan. Faktor kedua berkorelasi tinggi dengan indikator lahan yang tidak diusahakan dan rumahtangga penerima kartu sehat, faktor ini berhubungan dengan pemanfaatan lahan. Faktor ketiga berkorelasi tinggi dengan indikator desa

yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan dan tenaga medis, faktor ini berhubungan dengan keterampilan dan kesehatan. Faktor keempat berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan dan fasilitas ekonomi, faktor ini berhubungan dengan pendidikan dan ekonomi. Faktor kelima berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga miskin BKKBN, faktor ini berhubungan dengan status kemiskinan.

Tabel 35. Nilai Beban Faktor yang Telah Dirotasi pada Desa Berpenduduk Jarang

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Secara ringkas, jumlah faktor yang terbentuk berdasarkan kesembilan indikator tersebut terdiri atas faktor bencana alam dan sumber penerangan, faktor keterampilan, faktor pemanfaatan lahan dan kesehatan, faktor pendidikan dan ekonomi serta faktor status kemiskinan. Selanjutnya, kelima faktor ini akan dilibatkan dalam analisis gerombol.

Analisis gerombol melalui teknik berhierarki dengan pendekatan metode ward digunakan untuk menentukan desa miskin dan tidak miskin di wilayah yang jarang penduduknya. Hasil pengolahan seperti terlihat pada Lampiran 10 menunjukan, dari 108 desa yang jarang penduduknya, 12 desa (11.11 persen)

Faktor Indikator

1 2 3 4 5

Zscore: Rawan Bencana 0.83 0.25 0.09 0.02 -0.06 Zscore: Pengguna Listrik 0.83 -0.11 -0.11 0.14 -0.03

Zscore: Lahan -0.06 0.86 0.04 0.07 -0.06

Zscore: Kartu Sehat 0.21 0.76 0.00 0.01 0.29

Zscore: P. Keterampilan 0.03 -0.01 0.81 -0.09 0.21 Zscore: Tenaga Medis -0.06 0.05 0.77 0.20 -0.15 Zscore: Fasilitas Pendidikan 0.08 0.01 0.04 0.89 -0.07 Zscore: Fasilitas Ekonomi 0.13 0.17 0.11 0.52 0.47 Zscore: Rumahtangga Miskin -0.13 0.08 0.01 -0.03 0.87

136

diantaranya dikategorikan miskin dan 96 desa (88.89 persen) dikategorikan tidak miskin. Penetapan ini didasarkan pada nilai rata-rata kelompok seperti yang tertera pada Tabel 36.

Tabel 36. Nilai Rata-Rata Skor Faktor pada Masing-Masing Kelompok di Desa Berpenduduk Jarang

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel 36 menunjukkan bahwa kelompok satu dikategorikan sebagai kelompok tidak miskin. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata faktor negatifnya yang lebih banyak dari kelompok dua. Nilai-nilai negatif pada kelompok satu adalah faktor bencana alam dan sumber penerangan, faktor pemanfaatan lahan, dan faktor pendidikan dan ekonomi sedangkan faktor keterampilan dan kesehatan dan faktor status kemiskinan bernilai positif. Sementara nilai-nilai pada kelompok dua merupakan kebalikan dari kelompok satu, dengan demikian kelompok dua dikategorikan sebagai kelompok miskin.

Secara umum karakteristik desa miskin dan tidak miskin di wilayah berpenduduk jarang dapat di lihat pada Tabel 37. Terdapat tiga indikator yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata total yaitu indikator ketiadaan fasilitas keterampilan pendidikan, ketiadaan tenaga media serta rumahtangga miskin BKKBN pada kelompok desa tidak miskin. Meskipun digolongkan sebagai

Faktor Kelompok 1

(Tidak Miskin)

Kelompok 2 (Miskin) Bencana alam dan sumber penerangan -0.01 0.07

Pemanfaatan lahan -0.24 1.91

Keterampilan dan kesehatan 0.15 -1.21

Pendidikan dan ekonomi -0.05 0.42

Status kemiskinan 0.07 -0.60

Jumlah (desa) 96.00 12.00

kelompok tidak miskin namun ketiga indikator ini masih rendah. Sedangkan pada kelompok desa miskin, terdapat enam indikator yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata total yaitu rumahtangga rawan bencana, rumahtangga bukan pengguna listrik, lahan yang tidak diusahakan, rumahtangga penerima kartu sehat, ketiadaan fasilitas pendidikan dan ketiadaan fasilitas ekonomi. Secara spesifik karakteristik desa miskin dan tidak miskin divisualisasikan melalui diagram batang (bar chart).

Tabel 37. Nilai Rata-Rata Indikator dan Total Menurut Status Desa di Desa Berpenduduk Jarang

(%)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Gambar 24 menunjukkan bahwa berdasarkan faktor satu, sebanyak 45 desa tidak miskin (46.88 persen) dan lima desa miskin (16.67 persen) memiliki nilai rata-rata rumahtangga bukan pengguna listrik di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sedangkan untuk indikator rumahtangga rawan bencana, sebanyak 23 desa tidak miskin (23.96 persen) dan lima desa miskin (41.67 persen) memiliki nilai rata-rata di atas nilai rata-rata seluruh desa. Hasil ini menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil baik desa miskin maupun tidak miskin yang memiliki nilai rata-rata kedua indikator di atas nilai rata-rata total.

Status Desa Indikator

Miskin Tidak Miskin Total

Bencana 41.67 22.99 25.07 Listrik 57.52 52.57 53.11 Lahan 15.94 0.95 2.61 Kartu Sehat 63.28 33.69 36.97 Fasilitas Pendidikan 52.92 46.82 47.50 Fasilitas Ekonomi 98.75 97.97 98.06 Pendidikan Keterampilan 93.75 99.84 99.17 Tenaga Medis 70.83 80.10 79.07 Miskin 43.44 51.97 51.02

138

Gambar 24. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Jarang Berdasarkan Indikator pada Faktor Satu

Gambar 25. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Jarang Berdasarkan Indikator pada Faktor Dua

Gambar 25 menunjukkan bahwa berdasarkan faktor dua, sebanyak sembilan desa tidak miskin (9.38 persen) dan delapan desa miskin (66.67 persen) memiliki nilai rata-rata indikator lahan yang tidak diusahakan di atas rata-rata

seluruh desa yang diteliti. Artinya, sebagian besar desa miskin memiliki memiliki lahan yang tdak diusahakan. Sedangkan untuk indikator rumahtangga penerima kartu sehat, sebanyak 32 desa tidak miskin (33.33 persen) dan 10 desa miskin (83.33 persen) yang nilai rata-ratanya berada di atas rata-rata seluruh desa. Artinya, sebagian besar desa miskin memiliki penduduk yang memiliki kartu sehat.

Gambar 26 menunjukkan bahwa berdasarkan faktor tiga, sebanyak 95 desa tidak miskin (98.96 persen) dan sembilan desa miskin (75.00 persen) memiliki nilai rata-rata indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Artinya sebagian besar desa miskin dan tidak miskin memiliki fasilitas keterampilan yang tidak memadai. Sedangkan untuk indikator desa yang tidak memiliki tenaga medis, sebanyak 53 desa tidak miskin (55.21 persen) dan lima desa miskin (41.67 persen) yang nilai rata-ratanya berada di atas rata-rata seluruh desa. Artinya sebagian besar desa tidak miskin memiliki tenaga medis yang kurang.

Gambar 27 menunjukkan bahwa berdasarkan faktor empat, sebanyak 62 desa tidak miskin (64.58 persen) dan tujuh desa miskin (58.33 persen) memiliki nilai rata-rata indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan di atas rata- rata seluruh desa yang diteliti. Artinya sebagain besar dsa miskin dan tidak miskin memiliki fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Sedangkan untuk indikator desa yang tidak memiliki fasilitas ekonomi, sebanyak 84 desa tidak miskin (87.50 persen) dan 11 desa miskin (91.67 persen) yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata total. Artinya, sebagian besar desa miskin dan tidak miskin memiliki memiliki fasilitas ekonomi yang tidak memadai.

140

Gambar 26. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Jarang Berdasarkan Indikator pada Faktor Tiga

Gambar 27. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Jarang Berdasarkan Indikator pada Faktor Empat

Gambar 28 menunjukkan bahwa berdasarkan faktor lima, sebanyak 62 desa tidak miskin (46.88 persen) dan tujuh desa miskin (16.67 persen) memiliki

nilai rata-rata indikator rumahtangga miskin BKKBN di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Artinya hanya sebagian kecil desa miskin dan tidak miskin yang memiliki proporsi penduduk miskin besar.

Gambar 28. Karakteristik kemiskinan Desa Berpenduduk Jarang Berdasarkan Indikator pada Faktor Lima

Secara keseluruhan, uraian karakteristik kemiskinan desa di wilayah berpenduduk jarang di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa permasalahan diantaranya, pada kelompok desa miskin yaitu: (1) minimnya fasilitas penddikan keterampilan, (2) minimnya fasilitas pendidikan, (3) minimnya fasilitas ekonomi, (4) kurangnya pengusahaan lahan, (5) tingginya proporsi penduduk yang menerima kartu sehat, dan (6) banyaknya penduduk yang sulit mengakses listrik. Sedangkan permasalahan yang dapat dijabarkan pada kelompok desa tidak miskin yaitu: (1) minimnya fasilitas pendidikan keterampilan, (2) minimnya fasilitas pendidikan, (3) minimnya tenaga medis, dan (4) minimnya fasilitas ekonomi.

142

6.3.2 Sedang

Berdasarkan hasil pengolahan seperti terlihat pada Lampiran 11, diketahui bahwa nilai uji KMO sebesar 0.57 dengan nilai signifikansi 0.00. Nilai KMO yang dihasilkan di atas 0.50 dan nilai signifikansinya di bawah 0.05 maka data yang digunakan sudah cukup untuk dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor.

Tabel Total Variance Explained, faktor yang terbentuk sebanyak lima faktor dengan kriteria nilai Cummulative Sums of Square Loadings ≥ 60 persen. Setelah dirotasi, faktor pertama mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 18.44 persen, faktor kedua mampu menerangkan sebesar 14.46 persen, faktor ketiga mampu menerangkan sebesar 12.97 persen, faktor keempat mampu menerangkan sebesar 12.39 persen dan faktor kelima mampu menerangkan sebesar 10.99 persen. Secara bersama-sama kelima faktor ini mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 69.24 persen.

Tabel 38 menunjukkan bahwa faktor pertama berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi dan tenaga medis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini berhubungan dengan kesehatan dan ekonomi. Faktor kedua berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga penerima kartu sehat dan rumahtangga miskin BKKBN. Faktor ini berhubungan dengan status kemiskinan. Faktor ketiga berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga bukan pengguna listrik serta desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial, faktor ini berhubungan dengan sumber penerangan. Faktor keempat berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan, faktor ini berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan faktor

kelima berkorelasi tinggi dengan indikator buruh tani serta desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan, faktor ini berhubungan dengan matapencaharian.

Tabel 38. Nilai Beban Faktor yang Telah Dirotasi pada Desa Berpenduduk Sedang

Faktor Indikator

1 2 3 4 5

Zscore: Fasilitas Kesehatan 0.77 -0.24 -0.09 0.29 0.12 Zscore: Fasilitas Ekonomi 0.72 0.18 0.10 -0.19 -0.20

Zscore: Tenaga Medis 0.70 -0.01 0.29 0.15 0.15

Zscore: Kartu Sehat -0.03 0.75 0.06 -0.17 0.23

Zscore: Rumahtangga Miskin -0.02 0.71 -0.24 0.45 -0.07 Zscore: Pengguna Listrik 0.20 0.10 0.81 -0.04 0.08 Zscore: Perlindungan Sosial -0.01 -0.25 0.64 0.35 -0.22 Zscore: Fasilitas Pendidikan 0.12 0.01 0.15 0.85 0.03

Zscore: Buruh Tani 0.13 0.26 0.03 0.01 0.78

Zscore: Pendidikan Keterampilan 0.41 0.40 0.20 -0.02 -0.54 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Secara ringkas, jumlah faktor yang terbentuk berdasarkan kesepuluh indikator tersebut terdiri atas faktor kesehatan dan ekonomi, faktor status kemiskinan, faktor sumber penerangan, faktor pendidikan serta faktor matapencaharian. Selanjutnya, kelima faktor ini akan dilibatkan dalam analisis gerombol.

Analisis gerombol melalui teknik berhierarki dengan pendekatan metode ward digunakan untuk menentukan desa miskin dan tidak miskin di wilayah berpenduduk sedang. Hasil pengolahan seperti dilihat pada Lampiran 12 menunjukan, dari 132 desa berpenduduk sedang, 78 desa (59.09 persen) diantaranya dikategorikan miskin dan 54 desa (40.91 persen) dikategorikan tidak miskin. Penetapan ini didasarkan pada nilai rata-rata kelompok seperti yang tertera pada Tabel 39.

144

Tabel 39. Nilai Rata-Rata Skor Faktor pada Masing-Masing Kelompok di Desa Berpenduduk Sedang

Faktor Kelompok 1

(Miskin)

Kelompok 2 (Tidak Miskin)

Kesehatan dan ekonomi -0.20 0.29

Status kemiskinan 0.48 -0.69 Sumber penerangan 0.30 -0.44 Pendidikan 0.19 -0.28 Matapencaharian -0.25 0.36 Jumlah (desa) 78.00 54.00 Persentase (%) 59.09 40.91

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Tabel 39 menunjukkan bahwa kelompok satu dikategorikan sebagai kelompok miskin. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata faktor positifnya yang lebih banyak dari kelompok dua. Nilai-nilai positif pada kelompok satu adalah faktor status kemiskinan, faktor sumber penerangan dan faktor pendidikan sedangkan faktor kesehatan dan ekonomi dan faktor matapencaharian bernilai negatif. Sementara nilai-nilai pada kelompok dua merupakan kebalikan dari kelompok satu, dengan demikian kelompok dua dikategorikan sebagai kelompok tidak miskin.

Secara umum karakteristik desa miskin dan tidak miskin di wilayah berpenduduk sedang dapat di lihat pada Tabel 40. Terdapat empat indikator pada kelompok desa tidak miskin yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata total yaitu indikator buruh tani, ketiadaan fasilitas kesehatan, ketiadaan tenaga medis dan ketiadaan fasilitas ekonomi. Meskipun digolongkan sebagai kelompok tidak miskin namun keempat indikator ini masih perlu diperhatikan. Sedangkan indikator yang yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata total pada kelompok desa miskin adalah rumahtangga miskin BKKBN, rumahtangga bukan pengguna

listrik, rumahtangga penerima kartu sehat, ketiadaan fasilitas pendidikan, ketiadaan fasilitas pendidikan keterampilan dan ketiadaan fasilitas perlindungan sosial. Secara spesifik karakteristik desa miskin dan tidak miskin yang memiliki indikator nilai rata-rata di bawah dan di atas rata-rata seluruh desa (total) dapat digambarkan melalui diagram batang (bar chart).

Tabel 40. Nilai Rata-Rata Indikator dan Total Menurut Status Desa di Desa Berpenduduk Sedang

(%) Status Desa

Indikator

Miskin Tidak Miskin Total

Rumahtangga Miskin 59.68 40.65 51.89 Listrik 56.66 40.13 49.90 Kartu Sehat 38.73 27.90 34.30 Fasilitas Pendidikan 45.00 36.94 41.70 Pendidikan Keterampilan 99.17 91.85 96.17 Perlindungan Sosial 81.73 78.06 80.23 Fasilitas Ekonomi 94.81 94.91 94.85 Buruh Tani 13.27 15.90 14.35 Fasilitas Kesehatan 80.58 93.15 85.72 Tenaga Medis 70.00 72.22 70.91

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Gambar 29 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, sebanyak 28 desa miskin (35.90 persen) dan 36 desa tidak miskin (66.67 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sebanyak 59 desa miskin (75.64 persen) dan 40 desa tidak miskin (74.07 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa untuk indikator desa yang tidak memiliki fasilitas ekonomi. Sedangkan indikator desa yang tidak memiliki tenaga medis, sebanyak 27 desa miskin (34.62 persen) dan 22 desa tidak miskin (40.74 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa. Hasil ini menunjukkan

146

bahwa sebagian besar desa miskin memiliki fasilitas ekonomi yang tidak memadai. Sedangkan untuk kelompok desa tidak miskin, sebagian besar desanya memiliki fasilitas kesehatan dan fasilitas ekonomi yang tidak memadai.

Gambar 29. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Sedang Berdasarkan Indikator pada Faktor Satu

Gambar 30. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Sedang Berdasarkan Indikator pada Faktor Dua

Gambar 30 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator rumahtangga penerima kartu sehat, sebanyak 41 desa miskin (52.56 persen) dan 14 desa tidak miskin (25.93 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Untuk indikator rumahtangga miskin BKKBN, sebanyak 53 desa miskin (67.95 persen) dan 13 desa tidak miskin (24.07 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar desa miskin memiliki proporsi penduduk miskin dan proporsi rumahtangga penerima kartu sehat yang tinggi.

Gambar 31 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator rumahtangga bukan pengguna listrik, sebanyak 48 desa miskin (61.54 persen) dan 13 desa tidak miskin (24.07 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sebanyak 59 desa miskin (75.64 persen) dan 29 desa tidak miskin (53.70 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa untuk indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar desa miskin akses listrik dan fasilitas perlindungan sosial yang tidak memadai. Sedangkan pada kelompok desa tidak miskin, sebagian besar desanya memiliki fasilitas perlindungan sosial yang tidak memadai.

Gambar 32 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan, terdapat 55 desa miskin (70.51 persen) dan 26 desa tidak miskin (48.15 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan yang terdapat di sebagian besar desa miskin tidak memadai. Upaya pembangunan dan perbaikan fasilitas pendidikan sangat penting untuk dilakukan pada desa miskin yang terdapat di Kabupaten Pandeglang.

148

Gambar 31. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Sedang Berdasarkan Indikator pada Faktor Tiga

Gambar 32. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Sedang Berdasarkan Indikator pada Faktor Empat

Gambar 33 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator buruh tani, terdapat 30 desa miskin (38.46 persen) dan 24 desa tidak miskin (44.44 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sedangkan pada

indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan, terdapat 76 desa miskin (97.44 persen) dan 38 desa tidak miskin (70.37 persen) yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Artinya, sebagian besar desa baik yang tergolong miskin maupun tidak miskin memiliki fasilitas pendidikan keterampilan yang tidak memadai.

Gambar 33. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Sedang Berdasarkan Indikator pada Faktor Lima

Secara keseluruhan, uraian karakteristik kemiskinan desa di wilayah berpenduduk sedang di atas dapat dijabarkan ke dalam beberapa permasalahan diantaranya, pada kelompok desa miskin yaitu: (1) minimnya fasilitas pendidikan keterampilan, (2) minimnya fasilitas pendidikan, (3) minimnya fasilitas ekonomi, (4) minimnya fasilitas perlindungan sosial, (5) tingginya proporsi penduduk yang menerima kartu sehat, (6) banyaknya penduduk yang sulit mengakses listrik, dan (7) tingginya proporsi penduduk miskin. Sedangkan permasalahan yang dapat

150

dijabarkan pada kelompok desa tidak miskin yaitu: (1) minimnya fasilitas penddikan keterampilan, (2) minimnya fasilitas kesehatan, (3) minimnya fasilitas perlindungan sosial, dan (4) minimnya fasilitas ekonomi.

6.3.3 Padat

Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Lampiran 13, diketahui bahwa nilai uji KMO sebesar 0.74 dengan nilai signifikansi 0.00. Nilai KMO yang dihasilkan di atas 0.50 dan nilai signifikansinya di bawah 0.05 maka data yang digunakan cukup untuk dianalisis lebih lanjut dengan analisis faktor.

Tabel Total Variance Explained, faktor yang terbentuk sebanyak lima faktor dengan kriteria nilai Cummulative Sums of Square Loadings ≥ 60 persen. Setelah dirotasi, faktor pertama mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 21.88 persen, faktor kedua mampu menerangkan sebesar 18.19 persen, faktor ketiga mampu menerangkan sebesar 11.75 persen, faktor keempat mampu menerangkan sebesar 11.11 persen dan faktor kelima mampu menerangkan sebesar 10.85 persen. Secara bersama-sama kelima faktor ini mampu menerangkan keragaman data awal sebesar 73.79 persen.

Tabel 41 menunjukkan bahwa faktor pertama berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan tenaga medis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ini berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan. Faktor kedua berkorelasi tinggi dengan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial, fasilitas pendidikan keterampilan dan fasilitas ekonomi serta rumahtangga rawan bencana. Faktor ini berhubungan dengan sosial ekonomi. Faktor ketiga berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga bukan pengguna listrik, faktor ini berhubungan dengan

sumber penerangan. Faktor keempat berkorelasi tinggi dengan indikator buruh tani, faktor ini berhubungan dengan matapencaharian. Sedangkan faktor kelima berkorelasi tinggi dengan indikator rumahtangga miskin BKKBN, faktor ini berhubungan dengan status kemiskinan.

Tabel 41. Nilai Beban Faktor yang Telah Dirotasi pada Desa Berpenduduk Padat

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Secara ringkas, jumlah faktor yang terbentuk berdasarkan kesepuluh indikator tersebut terdiri atas faktor kesehatan dan pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor sumber penerangan, faktor matapencaharian serta faktor status kemiskinan. Selanjutnya, kelima faktor ini akan dilibatkan dalam analisis gerombol berikut ini.

Analisis gerombol melalui teknik berhierarki dengan pendekatan metode ward digunakan untuk menentukan desa miskin dan tidak miskin di desa berpenduduk padat. Hasil pengolahan seperti terlihat pada Lampiran 14 menunjukan, dari 72 desa berpenduduk padat, 51 desa (70.83 persen) diantaranya dikategorikan miskin dan 21 desa (29.17 persen) dikategorikan tidak miskin. Penetapan ini didasarkan pada nilai rata-rata seperti yang tertera pada Tabel 42.

Faktor Indikator

1 2 3 4 5

Zscore: Fasilitas Kesehatan 0.87 0.01 0.04 -0.16 0.04 Zscore: Fasilitas Pendidikan 0.78 0.08 -0.03 0.24 -0.23

Zscore: Tenaga Medis 0.68 0.35 0.16 -0.01 0.15

Zscore: Perlindungan Sosial 0.07 0.80 -0.07 -0.02 -0.05 Zscore: Pendidikan Keterampilan 0.30 0.63 0.33 0.00 0.15 Zscore: Fasilitas Ekonomi 0.50 0.59 0.12 -0.00 -0.20 Zscore: Rawan Bencana 0.10 -0.55 0.39 0.33 -0.21 Zscore: Pengguna Listrik 0.06 0.04 0.92 0.06 -0.12

Zscore: Buruh Tani -0.01 -0.06 0.07 0.96 -0.01

152

Tabel 42 menunjukkan bahwa kelompok satu dikategorikan sebagai kelompok tidak miskin. Hal ini dapat dilihat dari jumlah rata-rata faktor negatifnya yang lebih banyak dari kelompok dua. Nilai-nilai positif pada kelompok satu adalah faktor kesehatan dan pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor sumber penerangan dan faktor status kemiskinan sedangkan faktor matapencaharian bernilai positif. Sementara nilai-nilai pada kelompok dua merupakan kebalikan dari kelompok satu, dengan demikian kelompok dua dikategorikan sebagai kelompok miskin.

Tabel 42. Nilai Rata-Rata Skor Faktor pada Masing-Masing Kelompok di Desa Berpenduduk Padat

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Secara umum karakterstik desa miskin dan tidak miskin di wilayah berpenduduk padat dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 menunjukkan terdapat tiga indikator yang memiliki nilai di atas nilai rata-rata totalnya yaitu indikator buruh tani, rumahtangga rawan bencana dan ketiadaan fasilitas pendidikan. Meskipun digolongkan sebagai kelompok tidak miskin namun ketiga indikator ini masih perlu diperhatikan pemerintah daerah setempat. Sedangkan indikator yang memiliki nilai di atas rata-rata total pada kelompok desa miskin adalah rumahtangga miskin BKKBN, rumahtangga bukan pengguna listrik, ketiadaan

Faktor Kelompok 1

(Tidak Miskin)

Kelompok 2 (Miskin)

Kesehatan dan pendidikan -0.13 0.05

Sosial ekonomi -0.72 0.30 Sumber penerangan -0.60 0.25 Matapencaharian 0.84 -0.35 Status kemiskinan -0.10 0.04 Jumlah 21.00 51.00 Persentase 29.17 70.83

fasilitas pendidikan keterampilan, ketiadaan fasilitas kesehatan, ketiadaan tenaga medis, ketiadaan fasilitas perlindungan sosial serta ketiadaan fasilitas ekonomi. Secara spesifik karakteristik desa miskin dan tidak miskin divisualisasikan melalui diagram batang (bar chart).

Tabel 43. Nilai Rata-Rata Indikator dan Total Menurut Status Desa di Desa Berpenduduk Padat

(%)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Gambar 34 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, terdapat 30 desa miskin (58.82 persen) dan 10 desa tidak miskin (47.62 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Terdapat 19 desa miskin (37.25 persen) dan delapan desa tidak miskin (38.10 persen) yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti pada indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan. Sedangkan pada indikator desa yang tidak memiliki tenaga medis, terdapat 31 desa miskin (60.78 persen) dan tujuh desa tidak miskin (33.33 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa (total). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar desa miskin memiliki fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang tidak memadai.

Status Desa Indikator

Miskin Tidak Miskin Total

Rumahtangga Miskin 45.32 44.02 44.94 Listrik 60.63 36.79 53.68 Pendidikan Keterampilan 98.04 83.81 93.89 Fasilitas Kesehatan 81.18 73.09 78.82 Tenaga Medis 62.74 45.71 57.78 Perlindungan Sosial 77.94 69.52 75.49 Fasilitas Ekonomi 92.25 81.67 89.17 Buruh Tani 7.55 16.02 10.02 Rawan Bencana 29.92 62.89 39.54 Fasilitas Pendidikan 29.71 30.71 30.00

154

Gambar 34. Karakteristik Kemiskinan Desa Berpenduduk Padat Berdasarkan Indikator pada Faktor Satu

Gambar 35 menunjukkan bahwa berdasarkan indikator desa yang tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial, terdapat 28 desa miskin (54.90 persen) dan lima desa tidak miskin (23.81 persen) memiliki nilai di atas rata-rata seluruh desa yang diteliti. Sedangkan pada indikator desa yang tidak memiliki fasilitas pendidikan keterampilan, terdapat 46 desa miskin (90.20 persen) dan 12 desa tidak miskin (57.14 persen) yang memiliki nilai rata-rata di atas rata-rata seluruh