• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.2 Jenis, Variabel dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan mewawancarai rumahtangga petani dan informan kunci (tokoh masyarakat, aparat kabupaten dan aparat desa) dengan menggunakan daftar pertanyaan. Sementara itu data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari dari berbagai sumber data antara lain:

1. Badan Pusat Statistik Pusat, Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang. 2. Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian.

3. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Pandeglang. 4. Sumber-sumber terkait lainnya.

4.2.1 Analisis Kemisikinan Wilayah Desa

Analisis kemiskinan di wilayah desa dilakukan dengan menggunakan data PODES Kabupaten Pandeglang Tahun 2005 dari BPS Kabupaten Pandeglang.

Data PODES dikumpulkan dari satuan unit wilayah terkecil dari pemerintahan yaitu desa. Cakupan desa meliputi desa persiapan dan desa yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Departemen Dalam Negeri (Depdagri).

Berdasarkan tinjauan hasil-hasil penelitan terdahulu maka digunakan 63 variabel yang dipilih sebagai bahan penetapan desa miskin. Penentuan variabel didasari pertimbangan bahwa variabel-variabel tersebut diduga menjadi faktor penyebab kemiskinan di wilayah desa. 63 variabel yang telah ditentukan tersebut kemudian disusun menjadi 12 faktor penyebab yang diduga berpengaruh terhadap kemiskinan di suatu wilayah, yaitu:

1. Persentase Miskin BKKBN (PBKKBN)

Persentase kemiskinan diduga menjadi salah satu indikator kemiskinan di wilayah desa. Semakin besar persentase rumahtangga miskin di desa tersebut maka diduga desa tersebut tergolong miskin.

2. Persentase Buruh Tani (PBTANI)

Tingkat pendapatan yang diterima oleh rumahtangga akan berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk. Tingkat pendapatan yang diterima oleh buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri relatif minim. Rendahnya pendapatan tersebut menyebabkan rendahnya kesejahteraan rumahtangga. Semakin tinggi jumlah rumahtangga yang tidak sejahtera maka akan menyebabkan desa tersebut diindikasikan sebagai desa miskin.

3. Persentase Bukan Pengguna Listrik (PBLISTRIK)

Kemiskinan suatu wilayah diduga diindikasikan oleh keberadaan listrik masuk desa. Desa yang rumahtangganya sebagian besar tidak menggunakan listrik diduga desa tersebut adalah desa miskin.

59

4. Persentase Rumahtangga Rawan Bencana (PBCANA)

Kejadian bencana dapat menyebabkan masyarakat suatu wilayah kehilangan harta benda/aset yang mereka miliki. Hal ini akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat wilayah tersebut. Persentase rumahtangga rawan bencana yang tinggi diduga dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa.

5. Persentase Rumahtangga Penerima Kartu Sehat (PKSEHAT)

Rumahtangga pemegang kartu sehat adalah rumahtangga yang miskin. Sehingga persentase rumahtangga pemegang kartu sehat diduga dapat menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu wilayah desa.

6. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan (PNDIDIK)

Ada tiga jenis indikator pendidikan yang sering digunakan yaitu: tingkat pendidikan anggota rumahtangga, ketersediaan pelayanan pendidikan dan penggunaan pelayanan oleh anggota rumahtangga. Semakin rendah fasilitas pendidikan yang terdapat di suatu wilayah diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa. Persentase skor fasilitas pendidikan dihitung dengan menghitung persentase skor jumlah sekolah TK, SD dan yang sederajat, SLTP dan yang sederajat, SMU dan yang sederjat, SMK, sekolah luar biasa dan pondok pesantren/Madrasah Diniyah. Persentase skor tidak memiliki fasilitas pendidikan dihitung dengan mengurangi skor 100 – persentase skor dari fasilitas pendidikan yang dimiliki.

7. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Pendidikan Ketrampilan (PNLPK) Persentase tidak memiliki fasilitas pendidikan dihitung dengan melihat skor ketiadaan sarana pendidikan keterampilan yang terdiri dari jenis keterampilan

bahasa, tata buku/akuntansi, komputer, tata boga, menjahit, kecantikan, montir, elektronik dan lainnya. Semakin tinggi persentase skor tidak memiliki sarana pendidikan keterampilan maka diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa. Semakin rendah fasilitas pendidikan keterampilan yang terdapat di suatu wilayah diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa.

8. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Kesehatan (PNKES)

Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan salah satunya adalah terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana. Semakin rendah fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah tersebut diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu desa. Persentase skor fasilitas kesehatan dihitung dengan menghitung persentase skor jumlah rumah sakit, rumah sakit bersalin/rumah bersalin, poliklinik/balai pengobatan, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, tempat praktek dokter, tempat praktek bidan dan apotik. Persentase skor tidak memiliki fasilitas kesehatan dihitung dengan mengurangi persentase skor 100 – persentase skor dari fasilitas kesehatan yang dimiliki.

9. Persentase Skor Tidak Memiliki Tenaga Medis (PNMEDIS)

Tenaga medis diduga akan menjadi faktor penyebab kemiskinan di suatu wilayah karena apabila tenaga medis di suatu wilayah sedikit maka masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak dapat terpenuhi. Persentase skor tenaga medis dihitung dengan menghitung persentase skor jumlah dokter, mantri kesehatan, bidan dan dukun bayi. Persentase skor tidak

61

memiliki fasilitas tenaga medis dihitung dengan mengurangi skor 100 – persentase skor tenaga medis yang dimiliki.

10. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Perlindungan Sosial (PNFPS) Persentase skor tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial dihitung dengan melihat skor ketiaadaan jumlah panti asuhan, panti wreda, panti cacat, panti bina remaja, panti rehabilitas anak, majelis ta’lim/kelompok pengajina/kelompok kebaktian, yayasan/kelompok/ persatuan kematian dan lembaga swadaya masyarakat di desa bersangkutan. Semakin tinggi persentase tidak memiliki fasilitas perlindungan sosial maka diduga akan menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan di wilayah desa.

11. Persentase Lahan Tidak Diusahakan (PLAHAN)

Persentase lahan tidak diusahakan dihitung dengan menjumlahkan lahan sawah sementara tidak diusahakan dan ladang yang tidak diusahakan kemudian membaginya dengan luas desa kemudian dikalikan 100. Persentase lahan tidak diusahakan ini diduga akan berpengaruh terhadap kemiskinan di wilayah desa. Lahan tidak diusahakan tidak akan memberikan nilai tambah bagi desa tersebut.

12. Persentase Skor Tidak Memiliki Fasilitas Ekonomi (PNEK)

Aktivitas ekonomi di suatu wilayah salah satunya diindikasikan oleh kegiatan perdagangan. Kelompok pertokoan menandakan bahwa kegiatan perdagangan di wilayah tersebut telah maju sehingga dapat memberikan lapangan kerja bagi penduduk sekitar. Kelompok pertokoan yang berkembang menandakan bahwa masyarakat wilayah tersebut memiliki daya beli sehingga dapat melakukan transaksi.

Gambar 6. Skema Proses Penelitian