• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR RISIKO

Dalam dokumen PROSPEKTUS AWAL. PT Metropolitan Land Tbk. (Halaman 56-69)

Investasi dalam saham Perseroan mengandung sejumlah risiko. Sebelum membuat keputusan investasi, para calon investor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan seluruh informasi yang terdapat dalam Prospektus ini. Selanjutnya bagian risiko usaha ini akan menjelaskan beberapa risiko yang dapat mempengaruhi Perseroan dan nilai Penawaran Umum Saham. Risiko-risiko di atas dapat mempengaruhi bisnis, reputasi, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek masa depan. Harga pasar dari Penawaran Umum Saham bisa menurun akibat satu atau lebih dari risiko tersebut dan calon investor mungkin dapat kehilangan semua atau sebagian dari investasi yang di miliki dalam Perseroan.

A. RISIKO TERKAIT DENGAN KEGIATAN USAHA

1. Perseroan menghadapi risiko tidak likuidnya investasi dalam properti hunian dan risiko pengelolaan dalam properti komersial.

Investasi Properti pada umumnya tidak likuid, membatasi kemampuan pemilik atau pengembang untuk mengkonversi aset properti menjadi uang tunai dalam waktu singkat. Akibatnya, aset properti harus dijual dengan harga diskon untuk menjamin penjualan yang cepat. Kondisi tersebut di atas membatasi kemampuan Perseroan untuk mengelola portofolio dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi atau lainnya. Selain itu Perseroan juga menghadapi kendala untuk memastikan skema pembiayaan yang menguntungkan secara komersial pada waktu yang tepat terhadap properti yang akan di biayai secara kredit, baik karena masalah ilikuiditas ataupun pembatasan yang berlaku sehubungan dengan kewajiban Perseroan.

Investasi dalam sektor properti memiliki risiko usaha terkait dengan pengembangan properti, kepemilikan dan pengelolaan pusat perbelanjaan, termasuk diantaranya, persaingan untuk memperoleh penyewa, perubahan harga pasar dari harga sewa, ketidakmampuan untuk memperbaharui kontrak sewa atau menyewakan kembali ruangan setelah masa sewa berakhir, ketidakmampuan untuk menagih atau memperoleh uang sewa akibat penyewa mengalami kebangkrutan atau penyewa mengalami kondisi gagal bayar, peningkatan biaya operasional, keperluan biaya renovasi dan perbaikan serta membayar biaya terkait lainnya yang timbul disebabkan oleh peperangan, gangguan keamanan, kerusuhan, demonstrasi, bencana alam dan peristiwa lainnya yang berada di luar kendali Perseroan.

Seluruh risiko usaha tersebut dapat memberikan dampak material yang merugikan terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek usaha Perseroan. Beberapa aspek yang penting dalam bidang properti juga dapat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan tertentu dari Pemerintah, adanya perubahan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan standar bangunan atau perencanaan tata kota, atau berlakunya ketentuan dan peraturan perUndang-Undangan baru yang berkaitan dengan pengambilan aset oleh pemerintah, perpajakan, atau pembangunan kembali. Risiko tersebut dapat memiliki dampak secara material yang negatif terhadap industri, reputasi, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan.

2. Perseroan dapat terkena imbas dari dampak fluktuasi pada industri properti di Indonesia. Pasar properti di Indonesia merupakan sebuah siklus dan secara signifikan dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi secara umum maupun lokal yang pada dasarnya tidak dapat diprediksi, termasuk tingkat pengangguran, ketersediaan pendanaan, tingkat suku bunga, tingkat kepercayaan konsumen dan permintaan untuk properti yang telah selesai dibangun, baik komersial atau perumahan. Saat suatu proyek dimulai, keuangan dan sumber daya lainnya sudah dikucurkan jauh sebelum proyek disampaikan kepada pasar, dimana komitmen ini dapat terjadi pada saat industri properti dalam kondisi yang menurun. Penurunan kondisi pasar pada industri properti di Indonesia dapat memberikan dampak material yang merugikan terhadap kegiatan usaha, pendapatan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

3. Sebagian atau seluruh rencana proyek Perseroan tidak dapat diselesaikan pada waktunya. Keberhasilan dan kinerja keuangan Perseroan bergantung pada kemampuan Perseroan dalam mengidentifikasi, mengembangkan, memasarkan, menjual dan menyewakan proyeknya secara tepat waktu serta dengan biaya yang efektif. Kegiatan pengembangan Perseroan tersebut dipengaruhi oleh risiko penundaan dalam mendapatkan perijinan pemerintah yang diperlukan, ketersediaan bahan bangunan, kenaikan biaya konstruksi, bencana alam dan ketergantungan pada kontraktor pihak ketiga, serta risiko menurunnya permintaan pasar selama pengembangan sebuah proyek tersebut. Akibatnya tidak ada jaminan bahwa proyek-proyek yang ada pada saat ini dan yang masih direncanakan dapat diselesaikan secara tepat waktu. Walaupun pada saat ini Perseroan menerapkan strategi pembangunan dan pemasaran yang sama seperti yang telah diterapkan pada masa lalu, terdapat kemungkinan proyek-proyek baru dapat menghadapi tantangan dan tuntutan yang tidak terduga berupa perubahan kebutuhan sumber daya operasional dan keuangan Perseroan yang berubah signifikan. Kegagalan Perseroan dalam menyelesaikan proyek yang sedang berjalan atau akan berjalan secara tepat waktu memiliki dampak yang signifikan terhadap kegiatan usaha, reputasi, pendapatan, hasil usaha dan prospek Perseroan. 4. Keterbatasan Perseroan untuk meningkatkan modal atau mendapatkan pinjaman guna

memenuhi kebutuhan modal yang besar dan dana tambahan untuk operasional Perseroan. Proyek-proyek pembangunan properti memerlukan modal yang besar dan biasanya porsi pinjaman lebih besar dari pada modal. Sumber pembiayaan yang tersedia untuk Perseroan menjalankan proyek-proyek ini mungkin tidak memadai diakibatkan dari keterbatasan dari sumber pembiayaan yang ada untuk memenuhi kebutuhan penyediaan dana bagi perusahaan-perusahaan property yang ada dan Perseroan mungkin menghadapi kekurangan biaya dalam pengembangan proyek-proyek yang sedang dan akan dijalankan. Jumlah aktual kebutuhan modal mendatang mungkin berbeda dari perkiraan Perseroan. Jika Perseroan memilih untuk memenuhi kekurangan dana tersebut melalui pembiayaan utang, maka kewajiban bunga Perseroan akan meningkat dan Perseroan dapat dikenakan pembatasan-pembatasan (covenant) sebagaimana yang lazim dalam sebuah perjanjian kredit dan tidak merugikan kepentingan pemegang saham publik. Jika Perseroan memilih untuk mengumpulkan dana tambahan melalui penerbitan saham atau instrumen ekuitas lainnya, maka akan terjadi dilusi kepemilikan saham pemegang saham Perseroan yang tidak melaksanakan haknya. Selain itu, kemampuan Perseroan untuk mengumpulkan dana, baik melalui ekuitas atau hutang, dibatasi oleh batasan-batasan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Perseroan tidak bisa meyakinkan calon investor bahwa di masa depan, Perseroan akan mampu mendapatkan pembiayaan secara tepat waktu dan tanpa kesulitan yang berarti, terutama saat pasar mengalami penurunan. Jika Perseroan gagal untuk memperoleh pembiayaan yang memadai dapat menyebabkan Perseroan harus menunda atau meninggalkan pengembangan proyek saat ini dan di masa depan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi bisnis Perseroan, prospek, kondisi keuangan dan hasil operasi.

5. Meningkatnya kompetisi dalam industri properti di Indonesia dapat berpengaruh negatif terhadap profitabilitas Perseroan.

Perseroan menghadapi persaingan dari pemilik dan pengembang properti lainnya untuk akuisisi lahan baru dan penjualan properti residensial serta akuisisi dan penyewaan properti komersial. Perseroan percaya bahwa faktor-faktor kompetitif utama dalam menarik calon pembeli dan penyewa adalah lokasi, demografi, harga, kehadiran anchor tenant dan properti Perseroan dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Tingginya tingkat persaingan yang ada antara pemilik dan para pengembang properti dapat mengakibatkan peningkatan biaya untuk akuisisi properti, kelebihan pasokan properti dan perlambatan dalam proses perijinan untuk pengembangan properti yang telah ada dan baru oleh instansi pemerintah terkait, hal ini tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap kegiatan usaha Perseroan. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan dapat bersaing dengan baik di masa mendatang dengan pesaing saat ini atau pesaing potensial lainnya pada masa mendatang. Tidak ada jaminan bahwa peningkatan persaingan tidak akan memberikan dampak material yang merugikan terhadap kegiatan usaha, pendapatan usaha, hasil usaha, laba bersih dan prospek usaha Perseroan.

6. Perseroan menghadapi risiko tertentu karena tergantung pada kontribusi dari Anak Perusahaan.

Perseroan memiliki ketergantungan terhadap kegiatan serta pendapatan usaha dari Anak Perusahaan. Dalam hal terjadi penurunan dalam kegiatan atau pendapatan dari Anak Perusahaan, maka akan memberikan dampak yang secara langsung merugikan pada pendapatan Perseroan. Meskipun Perseroan dapat mengantisipasi bahwa akan ada penurunan yang signifikan dalam kegiatan dan/atau pendapatan dari Anak Perusahaan dalam waktu dekat, Perseroan tidak dapat memastikan bahwa tidak akan terjadi penurunan atau Perseroan akan mampu mengurangi dampak dari penurunan kinerja dari Anak Perusahaan.

7. Perseroan menghadapi risiko yang berkaitan dengan pra-penjualan properti, termasuk risiko seperti properti tidak dapat diserahterimakan sesuai jadwal.

Perseroan menghadapi risiko yang berkaitan dengan pra-penjualan properti Perseroan. Sebagai contoh, Perseroan mungkin gagal menyelesaikan properti yang telah terjual penuh kepada pembeli pra-penjualan. Dalam situasi ini Perseroan bertanggung jawab kepada pembeli pra-penjualan yang terjual atas kerugian mereka. Selain itu, jika sebuah properti pra-penjualan tidak selesai tepat waktu, pembeli unit terjual berhak atas kompensasi untuk keterlambatan pengiriman unit mereka. Jika penundaan melampaui jangka waktu kontrak yang ditentukan, pembeli bahkan berhak untuk menerima pembayaran dari Perseroan sampai dengan 5% dari harga beli yang disepakati. Perseroan tidak dapat memastikan calon investor bahwa di masa mendatang Perseroan tidak akan mengalami keterlambatan yang signifikan dalam penyelesaian, pengiriman atau bahwa Perseroan tidak akan tunduk pada kewajiban untuk setiap penundaan tersebut. Hasil dari penjualan melalui tahap pra-penjualan merupakan sumber penting pembiayaan untuk proyek pembangunan. Akibatnya, ada pembatasan pada kemampuan Perseroan untuk melakukan penjualan melalui proses pra-penjualan. Hal-hal tersebut di atas akan berdampak pada perpanjangan masa waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan modal yang telah di keluarkan dan akan mengakibatkan perlunya Perseroan untuk mencari alternatif pendanaan untuk membiayai proyek pengembangan properti. Hal ini, jika terjadi, dapat memiliki efek buruk pada bisnis , kondisi keuangan dan hasil usaha Perseroan. 8. Risiko konstruksi tertentu mungkin timbul selama pembangunan properti.

Proyek pembangunan properti memiliki risiko yang tinggi, termasuk kekurangan bahan baku atau tenaga kerja terampil, perubahan teknologi, masalah lingkungan dan geologi, penghentian pekerjaan, litigasi, gangguan cuaca, bencana alam dan kenaikan biaya tak terduga, dimana dapat menimbulkan keterlambatan atau pembengkakan biaya. Setiap peningkatan yang signifikan dalam harga bahan bangunan misalnya, akan meningkatkan biaya pembangunan. Kesulitan dalam memperoleh lisensi, alokasi, atau izin dari instansi pemerintah atau perubahan tak terduga dalam kebijakan pemerintah, juga dapat meningkatkan biaya atau kehilangan momentum untuk memperoleh pendapatan.

9. Perseroan bergantung pada kontraktor dalam menyediakan berbagai macam jasa.

Dalam melakukan pembangunan sebuah properti, Perseroan menugaskan kontraktor pihak ketiga untuk menyediakan berbagai macam jasa, termasuk konstruksi, tiang pancang dan pondasi, pekerjaan fitting out bangunan dan properti, dekorasi interior, pemasangan pendingin ruangan, lift dan pekerjaan lansekap dan pertamanan. Perseroan dapat menghadapi risiko dimana kontraktor membutuhkan tambahan dana dari yang semula ditenderkan untuk penyelesaian sebuah proyek. Perseroan mungkin harus menanggung jumlah tambahan dana untuk menyelesaikan proyek. Lebih lanjut, Perseroan juga mungkin menghadapi risiko bahwa kontraktor mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan konstruksi atau meningkatkan biaya yang akan ditanggung oleh Perseroan. Tidak ada jaminan bahwa jasa yang diberikan oleh kontraktor pihak ketiga akan memuaskan atau sesuai dengan tingkat kualitas yang ditargetkan oleh Perseroan. Seluruh faktor ini dapat memberikan dampak yang merugikan terhadap kegiatan usaha, reputasi, pendapatan usaha, laba bersih, hasil usaha dan prospek usaha Perseroan.

10. Sengketa atau perselisihan atas tanah yang dimiliki dan/atau dikuasai Perseroan serta hambatan dalam proses pembelian properti.

Perseroan berusaha untuk memperoleh sertipikat HGB bersamaan dengan izin pembangunan atas tanah yang diperoleh Perseroan untuk kegiatan pengembangan properti. Tidak tertutup kemungkinan atas kepemilikan tanah oleh Perseroan berdasarkan Sertifikat HGB dan/atau penguasaan tanah terdapat adanya perselisihan atau sengketa hukum.

Hambatan dalam proses pembelian properti untuk melakukan pembangunan akan dapat menunda penyelesaian atau pemberhentian pembangunan maupun pengembangan dari proyek Perseroan, hal ini akan dapat memberikan dampak yang merugikan terhadap kegiatan usaha, pendapatan usaha, laba bersih, hasil usaha dan prospek usaha Perseroan.

11. Prospek pertumbuhan di masa mendatang dapat terpengaruh jika Perseroan tidak dapat mengidentifikasi dan mengakuisisi properti pada harga yang sesuai.

Perseroan percaya bahwa mengidentifikasi dan memperoleh tambahan properti yang cocok sangat penting untuk masa depan pembangunan dan untuk mempertahankan pertumbuhan Perseroan. Perseroan berencana untuk memperluas operasi dengan mengakuisisi tambahan aset pada daerah-daerah dengan pertumbuhan tinggi, namun resiko yang dihadapi adalah terbatasnya ketersediaan properti. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan mampu memperoleh properti sebagaimana di maksud untuk saat ini atau yang sesuai untuk proyek pembangunan properti baru di masa depan dengan harga yang sesuai. Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu sejak tahap identifikasi proyek, akusisi hingga proyek selesai dibangun dan akhirnya dijual, terdapat risiko bahwa nilai proyek menjadi kurang menguntungkan pada saat waktu penyelesaian.

Ketidakmampuan Perseroan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan properti baru yang menarik dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk bersaing dengan pengembang properti lain, yang pada gilirannya akan memberikan dampak yang material terhadap kemampuan Perseroan untuk menghasilkan pendapatan dan mempertahankan tingkat profitabilitas.

Kemampuan Perseroan untuk mengakuisisi properti dan nilai perolehan sebuah properti sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang terkait dengan penyediaan properti, area peruntukan, status kepemilikan, dan biaya pembangunan. Jika Perseroan tidak dapat memperoleh properti dengan harga yang sesuai, memperoleh izin dan persetujuan pemerintah atas penguasaan lahan, akan mempengaruhi kondisi keuangan Perseroan yang berakibat merugikan pada kegiatan operasi dan prospek Perseroan. 12. Kesulitan untuk memprediksi kinerja masa depan dan mengelola arus kas dikarenakan sebagian besar pendapatan Perseroan adalah yang bersifat tidak berulang (non recurring) dan dapat berfluktuasi secara signifikan dari periode ke periode dikarenakan sebagian kebijakan pendapatan dan faktor-faktor di luar kendali Perseroan.

Sebagian besar pendapatan Perseroan didapatkan dari penjualan properti perumahan yang dikembangkan dan bersifat tidak berulang (non recurring). Karena hal tersebut di atas, biaya penjualan, laba bersih, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan dapat bervariasi atau dapat berfluktuasi secara signifikan dari periode ke periode bergantung pada jumlah properti yang dikembangkan, properti yang dimiliki untuk dijual dan jumlah aset proyek-proyek pembangunan yang tersedia untuk diluncurkan dan pra-penjualan. Sejumlah besar arus kas Perseroan dialokasikan untuk biaya pengembangan properti dan Perseroan memiliki kemampuan terbatas untuk mengontrol setelah pembangunan properti dimulai. Jika Perseroan mengalami penurunan pendapatan karena faktor-faktor seperti ekonomi dan kondisi pasar properti yang memburuk, Perseroan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk pembiayaan pengembangan properti. Oleh karena sebagian besar pendapatan Perseroan dari pengembangan properti adalah pendapatan tidak berulang (non recurring), maka laporan keuangan Perseroan tidak dapat dibandingkan dengan laporan keuangan Perseroan dari periode-periode sebelumnya. Di samping itu, hasil usaha dan arus kas Perseroan cenderung berfluktuasi secara signifikan dari satu periode ke periode lain.

13. Hilangnya anchor tenants dapat mempengaruhi arus kas Perseroan di masa depan.

Anchor tenant sangat penting bagi keberhasilan pusat perbelanjaan yang dimiliki Perseroan. Selain pendapatan sewa yang diterima Perseroan dari anchor tenant, kemampuan daya beli yang dimiliki oleh para pelanggan dari anchor tenant tersebut dapat meningkatkan permintaan penyewaan terhadap unit ritel dan toko yang berada di sekitar anchor tenant. Kemampuan Perseroan untuk menyewakan unit ritel dan harga sewanya dapat terpengaruh oleh hilangnya anchor tenant, dikarenakan ruang yang telah ditinggalkan oleh anchor tenant dapat mengurangi permintaan dan nilai dari retail unit di sekitar anchor tenant. Setiap kehilangan anchor tenant bisa memberikan pengaruh material terhadap kondisi keuangan dan hasil usaha Perseroan.

14. Kemerosotan dalam industri ritel dapat berdampak langsung terhadap pendapatan dan arus kas Perseroan.

Properti ritel Perseroan dikembangkan dengan sistem sewa dimana hak kepemilikan tetap dipegang oleh Perseroan namun ruang sewa digunakan oleh penyewanya. Dengan demikian, kinerja keuangan Perseroan akan terkait dengan kondisi ekonomi di pasar ritel Indonesia pada umumnya. Industri penyewaan ruang ritel di Indonesia secara historis dan mungkin di masa depan akan selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

• Kenaikan tingkat suku bunga dan inflasi; • Pelemahan ekonomi Indonesia; • Melemahnya kondisi keuangan dari beberapa perusahaan ritel besar; • Konsolidasi dalam sektor ritel di Indonesia; • Kelebihan pasokan jumlah ruang ritel di sejumlah wilayah Indonesia; • Kenaikan pengeluaran konsumen untuk berbelanja melalui katalog atau internet dan penurunan

permintaan penyewa untuk menempati ruang ritel Perseroan sebagai akibat dari meningkatnya popularitas internet dan e-commerce;

• Perubahan peraturan perpajakan dan peraturan tata ruang;

Apabila kondisi yang telah disebutkan di atas dialami oleh industri ritel sewa, maka hal ini akan berdampak pada pasar penyewaan ruangan, kegiatan usaha, pendapatan usaha, hasil usaha dan prospek usaha Perseroan.

15. Penjualan ataupun pra-penjualan Perseroan akan terpengaruh jika suku bunga meningkat atau pembiayaan properti menjadi mahal atau kurang menarik.

Mayoritas pembeli dari properti perumahan yang dikembangkan Perseroan mengandalkan kredit perumahan untuk membiayai pembelian properti mereka. Meskipun BI mempertahankan SBI sepanjang tahun 2010 pada level 6,5% dan kemudian meningkat menjadi 6,75% pada bulan Februari 2011, dalam rangka menjaga tingkat inflasi, serta mengurangi tekanan terhadap perekonomian Indonesia, namun tidak tertutup kemungkinan pemerintah meningkatkan kembali SBI di masa yang akan datang, dan hal tersebut dapat menyebabkan kenaikan secara signifikan pada kredit perumahan, mengurangi daya tarik kredit perumahan sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembelian properti dan berdampak negatif pada keterjangkauan properti perumahan. Lebih lanjut, Pemerintah dan bank-bank komersial juga bisa meningkatkan jumlah uang muka pembelian properti dan mengubah peraturan yang akan membuat kredit perumahan menjadi tidak terjangkau atau tidak menarik untuk pembeli properti yang potensial. Jika ketersediaan dan daya tarik pembiayaan perumahan berkurang atau terbatas, banyak calon pelanggan potensial Perseroan mengalami kesulitan atau keterbatasan mendapatkan pembiayaan perumahan untuk membeli properti atau untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian pra-penjualan. Jika salah satu peristiwa ini terjadi, bisnis, kondisi keuangan, prospek, dan hasil usaha dapat secara material akan terpengaruh secara negatif.

16. Bisnis hotel yang dijalankan oleh Perseroan dapat terkena dampak dari risiko umum yang berlaku dalam industri perhotelan.

Terdapat sejumlah faktor risiko, yang merupakan risiko umum dari industri perhotelan dan di luar kontrol Perseroan, dapat berdampak merugikan dan material terhadap bisnis perhotelan Perseroan, termasuk namun tidak terbatas pada faktor-faktor sebagai berikut:

• Meningkatnya persaingan akibat adanya hotel baru dan hotel-hotel lainnya yang berada dalam segmen pasar yang sama dengan Perseroan untuk tamu hotel, pertemuan dan acara khusus seperti pernikahan dan konferensi;

• Ketergantungan pada perjalanan bisnis dan komersial, pariwisata dan turis yang semuanya bersifat musiman dan dapat berfluktuasi;

• Meningkatnya biaya operasi dikarenakan inflasi, biaya tenaga kerja, kompensasi dan tunjangan kesehatan, biaya utilitas, asuransi dan biaya tidak terduga seperti biaya perbaikan pasca bencana alam serta faktor-faktor lainnya yang tidak sepenuhnya dapat ditutupi dengan peningkatan tarif sewa kamar;

• Meningkatnya kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan;

• Meningkatnya gangguan keamanan, biaya pengadaan, tarif maskapai penerbangan dan biaya lainnya yang terkait perjalanan atau faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pola perjalanan dan mengurangi jumlah wisatawan bisnis dan komersil serta turis, dan faktor lainnya yang tidak dapat dikompensasikandengan meningkatkan tarif sewa kamar;

• Efek samping dari kondisi pasar internasional yang dapat mengurangi keinginan untuk berlibur atau kebutuhan untuk perjalanan bisnis, bergantung pada kondisi ekonomi dan kondisi pasar nasional, regional dan lokal dimana hotel beroperasi dan dimana pelanggan tinggal;

• Perselisihan terhadap kontrak dengan operator hotel atau pihak-pihak penting lainnya;

• Adanya perubahan peraturan ataupun penerapan peraturan-peraturan di Indonesia yang berdampak terhadap izin usaha dari Pemerintah yang dibutuhkan untuk mengoperasikan hotel-hotel milik Perseroan; dan

• Siklus penurunan dalam industri perhotelan.

Seluruh faktor-faktor tersebut di atas dapat berdampak merugikan dan material terhadap kegiatan usaha, pendapatan usaha dan hasil usaha Perseroan.

17. Sebagian besar properti Perseroan terletak di wilayah Jabodetabek, oleh karenanya Perseroan terkena pengaruh yang signifikan dari perkembangan real estat dan sektor properti di wilayah Jabodetabek pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Sebagian besar properti Perseroan terletak di wilayah Jabodetabek. Keberhasilan bisnis Perseroan bergantung pada pertumbuhan dan perkembangan pasar properti dan infrastruktur di Indonesia khususnya wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kondisi keuangan, kinerja operasi, dan profitabilitas Perseroan sangat terpengaruh oleh laju pertumbuhan dalam penyediaan atau permintaan terhadap properti, harga properti, infrastruktur atau kebijakan pemerintah di Jakarta dan wilayah lain di Indonesia. Kebijakan yang diberlakukan dan yang akan diberlakukan oleh Pemerintah dapat menyebabkan perubahan dalam kondisi pasar, termasuk ketidakstabilan harga dan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan properti di Indonesia pada masa mendatang. Tidak ada jaminan bahwa di masa depan penurunan secara signifikan tidak akan terjadi di pasar properti Indonesia. Serta tidak ada jaminan bagi calon investor bahwa

Dalam dokumen PROSPEKTUS AWAL. PT Metropolitan Land Tbk. (Halaman 56-69)