• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Kondisi Umum

Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan bisnis, pusat negara perwakilan. Jakarta juga merupakan pusat distribusi barang dan orang di Indonesia melalui pelabuhan dan bandara terbesar yang dimilikinya.

Jakarta sebagai ibukota negara dengan segala infrastruktur yang dimilikinya masih merupakan daya tarik yang kuat bagi masuknya investasi dalam negeri maupun asing. Dengan pertumbuhan ekonomi disekitar rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, kegiatan investasi sudah mulai kembali berperan setelah mengalami penurunan sejak krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1998. maupun Secara umum Pemerintah Propinsi DKI Jakarta terdiri dari :

4.1.1 Kondisi Geografis dan Demografis

Provinsi DKI Jakarta secara geografis terletak pada posisi 6o12’ Lintang Selatan dan 106o48’ Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2 terdiri dari daratan seluas 661,52 km2, termasuk 110 Pulau di Kepulauan Seribu, dan Lautan seluas 6.997,50 km2, terbagi menjadi lima Wilayah Kotamadya dan satu Kabupaten Administratif yaitu :

• Jakarta Pusat Luas Wilayahnya 47,90 km2

• Jakarta Utara dengan Luas Wilayah 142,20 km2

• Jakarta Barat dengan Luas Wilayah 126,15 km2

• Jakarta Selatan dengan luas Wilayah 145,37 km2

• Jakarta Timur dengan Luas Wilayah 187,732 km2 serta

• Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan Luas Wilayah 11,81 km2.

Disebelah Utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan dua buah kanal. Disebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah Barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta disebelah Utara dengan Laut Jawa.

Jumlah penduduk DKI Jakarta pada periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penururnan. Tahun 2002 Jumlah Penduduk sekitar 8,50 juta jiwa, dan dalam lima tahun kedepan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan Penduduk pada tahun 2002 mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km2 dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per km2.

4.1.2 Perekonomian

Dalam lima tahun terakhir PDRB atas dasar harga berlaku secara nominal mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari Rp 299,97 trilyun pada tahun 2002 menjadi Rp 500,76 trilyun pada tahun 2006. Dominasi sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa lainnya dalam perekonomian Jakarta belum tergoyahkan disamping sektor bangunan dan sektor jasa-jasa.

Sebagai tulang punggung perekonomian kota, peran sektor perdagangan dan jasa dalam pembentukan PDRB mencapai lebih dari 70%. Sektor perdagangan dan jasa meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sekitar 20%, sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sekitar 31% dan sisanya dari sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun rata-rata mencapai 6% per tahun. Jika pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi hanya 4,89% maka pada tahun 2005 mencapai 6,01% dan pada tahun 2006 mencapai 5,90%.

4.1.3 Penanaman Modal

Penanaman modal itu sendiri adalah kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri (PMDN) maupun penanam modal asing (PMA) untuk melakukan usaha di wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yang dilakukan oleh penanam modal asing seluruhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.

Perkembangan penanaman modal dalam kurun waktu 2002-2006 dapat dilihat dari jumlah proyek dan nilai investasi yang telah disetujui. Pada tahun 2002 jumlah proyek PMA yang disetujui sebanyak 561 proyek dengan nilai investasi sebesar 1,22

milyar USD sedangkan PMDN yang disetujui 44 proyek dengan nilai investasi Rp 2,32 trilyun. Sementara itu pada tahun 2006 proyek PMA yang disetujui sebanyak 801 proyek dengan nilai investasi Rp 981,71 milyar.

4.2 BPM dan PKUD

BPM dan PKUD selaku penyelenggara PTSP penanaman modal mempunyai tugas menerima permohonan berkas pelayanan, memproses permohonan pelayanan sesuai dengan kewenangannya, mengurus penyelesaian perizinan yang menjadi kewenangan unit/instansi terkait, mengkoordinasikan pelaksanakan pelayanan perizinan unit/instansi terkait dan menyerahkan dokumen perizinan yang telah selesai kepada penanam modal/investor. PTSP Penanaman Modal merupakan bentuk penyederhanaan, baik penyederhanaan persyaratan, penyederhanaan waktu proses pelayanan, kepastian biaya pelayanan, dan pemberian hak kepada investor untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan khususnya pelayanan yang berkaitan dengan penanaman modal.

Dalam rangka untuk memberikan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada investor/calon investor sebagai upaya untuk dapat meningkatkan investasi di Propinsi DKI Jakarta, maka BPM dan PKUD sebagai instansi yang menangani penanaman modal menetapkan visi dan misi yang merupakan arah dan panduan dalam melaksanakan tugas. BPM dan PKUD dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 52 Tahun 2002 sebagai implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah (UU No. 22 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah) dimana sebelumnya bernama Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi DKI Jakarta. Dengan perubahan nama tersebut BPM dan PKUD mendapat penambahan tugas tidak hanya mengurus investasi tetapi juga melakukan pendayagunaan aset-aset daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau pengembang serta melakukan pembinaan terhadap 30 BUMD yang ada di DKI Jakarta. Struktur Organisasi BPM dan PKUD dapat dilihat pada lampiran.

4.2.1 Visi dan Misi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta. 1) Visi

Visi BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta adalah ”menjadi lembaga yang mampu berperan sebagai lembaga lembaga Incorporate yang terintegrasi dan menghasilkan bagi Propinsi DKI Jakarta serta dapat memberikan kontribusi yang optimal.”

2) Misi

Untuk menjabarkan visi yang telah ditetapkan, maka BPM dan PKUD Propinsi DKI Jakarta mempunyai misi yaitu :

a Mengelola Investasi secara maksimal dan mengoptimalkan nilai dan jenis asset Pemerintah DKI Jakarta

b Mengembangkan BUMD secara sinergi untuk peningkatan pendapatan Propinsi DKI Jakarta.

4.2.2 Pembentukan PTSP Penanaman Modal

Upaya perbaikan pelayanan perijinan investasi terus diupayakan oleh Pemerintah dengan mengeluarkan berbagai produk hukum, diantaranya adalah terbitnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket kebijakan perbaikan iklim investasi yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan sebagaimana yang dituangkan dalam Permendagri tersebut adalah berupa :

1. Pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh PTSP;

2. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah;

3. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah;

4. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;

5. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan perizinan;

6. Pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku;

7. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.

Sebagai tindak lanjut atas keluarnya kebijakan dari pemerintah pusat maka pemerintah daerah DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu penanaman modal. Satu tahun kemudian terbit Peraturan Gubernur Nomor 53 tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PTSP penanaman modal.

Tujuan Pembentukan PTSP Penanaman Modal DKI Jakarta adalah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekoinomi melalui peningkatan investasi di Provinsi DKI Jakarta dengan meningkatkan kualitas layanan publik dan pemberian akses yang lebih mudah kepada masyarakat dan investor. Pada prinsipnya dalam penyelenggaraan pelayanan PTSP dilakukan penyederhanaan pelayanan berupa : 1) Penyederhanaan persyaratan, 2) percepatan waktu proses pelayanan paling lama 38 hari, 3) kejelasan prosedur pelayanan, 4) kepastian biaya pelayanan, 5) pemberian hak kepada investor untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.

VI. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI