• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PTSP PENANAMAN MODAL

Berdasarkan hasil analisa ServQual sebagaimana hasil yang disampaikan oleh responden, maka didapatkan pengelompokan kinerja-kinerja mana yang menunjukan nilai rata-rata kesenjangan positif dan ini berarti merupakan kekuatan bagi PTSP penanaman modal. Kinerja –kinerja tersebut adalah (1) Lokasi kantor, (2) Penampilan petugas, (3) Kelengkapan peralatan kantor, (4) Kelengkapan administrasi, (5) Tepat waktu yang dijanjikan, (6) Tepat waktu penyelesaian, (7) Sistem pencatatan yang benar, (8) Kepastian waktu pelayanan, (9) Kecepatan pelayanan, (10) Kepedulian petugas membantu, (11) Kesanggupan melayani cepat, (12) Kesopanan petugas PTSP, (13) Sikap bersahabat, (14) Petugas dapat dipercaya, (15) Sikap jujur dalam melayani, (16) Kemudahan dalam pelayanan, (17) Sikap tegas dan konsisten (18) Waktu pelayanan yang cepat.

Kinerja-kinerja berdasarkan analisis SerQual yang menunjukan nilai rata-rata negatif artinya kurang memuaskan para responden/investor maka hal ini merupakan kelemahan bagi PTSP penanaman modal. Kinerja-kinerja adalah (1) Tempat Parkir (2) Kenyamanan kantor, (3) Kebersihan kantor, (4) Penyampaian kebijakan penanaman modal, (5) Keahlian yang dimiliki, (6) Pengetahuan yang dimiliki, (7) Rasa aman berinvestasi, (8) Yakin atas perbuatan petugas, (9) Siap menerima kritik dan saran, (10) Siap memberikan informasi, (11) Kemampuan memahami dan (12) Memberikan solusi.

Kinerja-kinerja atribut dimensi ServQual dapat membantu dalam penentuan identifikasi permasalahan dari faktor internal PTSP penanaman modal. Kinerja yang menunjukan nilai positif merupakan kekuatan dan kinerja yang mempunyai nilai negatif merupakan kelemahan.

Sebelum identifikasi dari permasalahan dapat dilakukan, langkah pertama adalah menentukan faktor-faktor keadaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta yang berasal dari dalam (Internal) maupun dari luar (Eksternal). Faktor-faktor tersebut akan dipertimbangkan dengan menggunakan analisis SWOT, (Strenght, Weakness, Opportunities, Threats), analisis ini membandingkan antara faktor internal kekuatan (Strenght) dan faktor internal kelemahan (Weakness) dengan faktor eksternal peluang (Opportunities) dan faktor eksternal ancaman

(Threaths). Faktor internal maupun eksternal tersebut disamping merupakan faktor

pendukung dapat juga berupa faktor penghambat yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan yang dicapai.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan maka diperlukan strategi. Dalam proses pengambilan keputusan, strategi yang akan diambil perlu dilihat beberapa hal sesuai dengan teknik analisis SWOT, dimulai dengan identifikasi faktor internal dan eksternal. Identifikasi faktor internal dan eksternal dilakukan dengan mencari faktor internal dan eksternal yang selama ini terjadi. Dalam identifikasi ini diinventarisir faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi kinerja penyelenggaraan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta.

6.1 Analisis Faktor Strategis

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam merancang alternatif kebijakan pengembangan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta adalah menginventarisasi kondisi faktor-faktor (internal dan eksternal) danstatusnya yang terkait dengan dengan kegiatan PTSP penanaman modal. Untuk mengetahui faktor-faktor stategis yang mempengaruhi dan menentukan keberhasilan pengembangan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta digunakan analisis IFE dan EFE. Dalam analisis IFE dan EFE faktor lingkungan dibagi dalam dua analisis, yaitu analisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan analisis faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.

6.1.1 Faktor Strategis Internal

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kegiatan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta secara umum dibedakan atas faktor yang mendukung ( faktor Kekuatan) dan faktor yang tidak mendukung (faktor Kelemahan). Faktor positif atau kekuatan yang berkaitan erat dengan pengembangan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta adalah (1) lokasi kantor PTSP, (2) kepastian dan kecepatan pelayanan, (3) komitmen pimpinan DKI Jakarta.

Sedangkan faktor-faktor yang membatasi proses strategi pengembangan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta atau faktor internal negatif atau kelemahan yang dinilai berpengaruh diantaranya adalah (4) kemampuan SDM yang masih kurang, (5) kurangnya informasi penyampaian kebijakan penanaman modal, dan (6) sarana dan prasarana yang masih kurang.

Mengacu pada dimensi Tangible analisis ServQual dimana salah satu variabel yang termasuk didalamnya adalah lokasi kantor PTSP penanaman modal mempunyai nilai rata-rata positif. Hal ini menunjukan bahwa lokasi kantor PTSP dianggap oleh investor sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Lokasi kantor memegang perananan untuk kota seperti Jakarta, dimana mobilitas yang cukup tinggi dituntut adanya waktu yang serba cepat. Kemacetan merupakan masalah yang sulit dihindari untuk DKI Jakarta. Untuk itu dengan lokasi kantor PTSP penanaman modal yang berada pada daerah/wilayah yang tidak begitu macet sangat menguntungkan bagi para investor.

Lokasi kantor PTSP penanaman modal yang strategis menguntungkan bagi penyelenggaraan PTSP penanaman modal. Investor sangat mudah untuk menjangkau dan mudah untuk dicapai. Dengan papan petunjuk nama sangat membantu bagi para investor meskipun baru pertama akan mengurus perijinan. Lokasi kantor PTSP juga tidak terkena jalur Three In One, sehingga tidak merepotkan bagi investor karena kapan saja mau datang ke kantor PTSP tidak terikat jam Three In One yang terkadang merepotkan. Karena letaknya yang strategis sehingga menguntungkan bagi investor serta memudahkan bagi investor yang akan meneruskan tujuan ke tempat lain.

2. Kecepatan, Ketepatan dan Kepastian Proses Perizinan

Mengacu hasil analisa ServQual berdasarkan dimensi Reliability pada variabel tepat waktu yang dijanjikan, tepat waktu penyelesaian, dan variabel sistem pencatatan yang benar menunjukan nilai rata-rata yang positif. Disamping itu juga pada dimensi Responsiveness pada variabel kepastian waktu pelayanan dan kecepatan pelayanan masing-masing menunjukan nilai rata-rata positif. Hal ini berarti investor merasa apa yang sudah diberikan PTSP penanaman modal sudah sesuai dengan yang diharapkan. Kecepatan waktu penyelesaian perizinan, dengan adanya PTSP penanaman modal maka perizinan yang diproses adalah tepat waktu.

Sebagaimana yang sudah diamanahkan dalam Peraturan Gubernur nomor 112 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal dan juga Peraturan Gubernur nomor 53 tahun 2008 tentang Petunjuk Tehknis Penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal. Sebelum adanya PTSP Penanaman Modal investor kurang dapat memastikan kapan penyelesaian perizinan dapat diselesaikan. Hal tersebut juga sebagaimana yang terlihat dalam tabel 10 dan tabel 11.

Mengacu pada beberapa dimensi yang menunjukan nilai rata-rata positif pada hasil analisis ServQual yaitu dimensi Tangible, Reliability, serta Responsiveness secara keseluruhan dimensi-dimensi tersebut menunjukan rata-rata positif. Dimensi Tangible

berupa bukti fisik, artinya dengan kondisi fisik penyelenggaraan PTSP penanaman modal yang ada sekarang sudah dapat memuaskan investor. Hal ini menunjukan adanya kebijakan dari pemerintah daerah atas dapatnya terselenggara kegiatan PTSP penanaman modal. Begitu juga dengan dimensi Reliability atas bagusnya konsistensi kerja (kehandalan) hal ini juga tidak terlepas dari adanya kebijakan serta dukungan pemerintah DKI Jakarta. Yang ketiga dimensi Responsiveness yaitu daya tanggap terhadap pelayanan yang cepat serta adanya transparansi dan hal ini juga tidak terlepas dari dukungan atau kebijakan pimpinan DKI Jakarta.

Adanya dukungan serta kebijakan Pemerintah DKI Jakarta dalam upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif, salah satunya dengan mengeluarkan produk-produk hukum yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di DKI Jakarta. Dukungan penuh dari pimpinan tertinggi pemerintah propinsi DKI Jakarta salah satunya dengan menempatkan PTSP Penanaman Modal merupakan program unggulan pada tahun anggaran 2008 artinya Gubernur menginginkan agar PTSP Penanaman Modal harus dapat dilaksanakan secara serius dan sungguh-sungguh sehingga para investor berminat dan tetap menanamkan modalnya di DKI Jakarta.

Kebijakan pemerintah DKI Jakarta sangat menentukan keberhasilan maupun kegagalan PTSP penanaman modal, karena tanpa dukungan terutama dari pimpinan tertinggi Pemerintah DKI Jakarta PTSP penanaman modal tidak akan mungkin dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sementara kehadiran investasi masih sangat dibutuhkan oleh DKI Jakarta dalam menunjang roda perekonomian.

4. Kemampuan SDM yang Masih Kurang

Berdasarkan hasil analisis ServQual pada dimensi Competence (ketrampilan) yang terdiri dari dua variabel yaitu keahlian yang dimliki dan pengetahuan yang dimliki. Kedua variabel pada dimensi Competence menunjukan rata-rata yang negatif. Investor menilai bahwa kinerja yang diberikan kurang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menjadi salah satu kelemahan bagi penyelenggaraan PTSP penanaman modal. Keterbatasan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki petugas-petugas PTSP menyebabkan penyelenggaraan PTSP penanaman modal merupakan salah satu kelemahan

penyelenggaraan PTSP penanaman modal. Dewasa ini tuntutan investor sudah tidak dapat dielakan lagi, mereka membutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang dapat dihandalkan. SDM PTSP penanaman modal kurang mengikuti perkembangan dan kebijakan yang berkaitan dengan penanaman modal.

Pengetahuan dan keahlian sangat diperlukan terutama dalam hal untuk menentukan kelayakan usaha, kapitas mesin, daerah peruntukan investasi, jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek kedepan menguntungkan, modal yang dibutuhkan. Perkembangan dan kebijakan penanaman modal terutama yang berkaitan langsung dengan kebijakan pelayanan sangat cepat perubahannya, untuk itu apabila tidak didukung denga SDM yang memadai sangat menyulitkan PTSP penanaman modal dalam melaksanakan tugasnya.

5. Kurangnya Sarana dan Prasarana

Mengacu pada dimensi Tangible meskipun secara keseluruhan nilai rata-rata menunjukan hasil positif, yang artinya investor sudah cukup puas dengan kinerja pada dimensi Tangible. Dari tujuh variabel yang ada pada dimensi Tangible terdapat tiga variabel yang menunjukan nilai rata-rata negatif yaitu (1) Tempar parkir, (2) Kenyamanan kantor dan (3) Kebersihan kantor. Dari ketiga variabel yang ada pada dimensi Tangible

dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana kantor PTSP penanaman modal dianggap kurang dapat dapat memuaskan investor.

Sarana dan prasarana kantor PTSP penanaman modal sangat diperlukan untuk dapat mendukung dari lokasi kantor PTSP penanaman modal yang sudah dianggap oleh investor sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk itu kedepan perlunya peningkatan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh investor dalam menunjang kelengkapan penyelenggaraan kantor PTSP penanaman modal.

6. Kurangnya Penyampaian Kebijakan Penanaman Modal

Mengacu pada hasil analisis ServQual pada dimensi Reliability pada variabel penyampaian kebijakan penanaman modal menunjukan nilai rata-rata negatif. Hal ini merupakan kelemahan bagi penyelenggaraan PTSP penanaman modal. Meskipun secara keseluruhan nilai rata-rata kinerja dari dimensi Reliability menunjukan nilai rata-rata positif. Kebijakan penanaman modal sangat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Begitu cepat dan banyak ragamnya. Untuk itu diperlukan adanya penyampaian informasi

kebijakan berkenaan dengan pelaksanaan penanaman modal khususnya yang berkaitan dengan perizinan secara cepat kepada para investor.

Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penanaman modal diawali dengan kebijakan yang dilakukan di tingkat pusat (pemerintah pusat). Kebijakan yang sudah dituangkan oleh pemerintah pusat tersebut kemudiaan ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah untuk dapat dilaksanakan. Kebijakan yang dimaksudkan baik berupa yang berkaitan dengan penyelenggaraan penanaman modal maupun dengan aturan-aturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban para investor.Begitu juga kebijakan pemprosesan perizinan penanaman modal yang dari tahun ke tahun pemerintah baik pusat maupun daerah berusaha untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan penanaman modal kepada para investor.

6.1.2 Faktor Strategis Eksternal

Dari hasil wawancara dengan para responden baik dengan menggunakan daftar pertanyaan maupun masukan langsung para responden diperoleh beberapa faktor strategis eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan PTSP penanaman modal di Propinsi DKI Jakarta. Faktor eksternal strategis tersebut terdiri atas faktor peluang dan ancaman, yang masing-masing terdiri atas :

1. Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

Kedudukan DKI Jakarta sendiri sebagai ibukota negara, pusat kegiatan bisnis, pintu gerbang bagi masuknya orang asing , pusat perwakilan negara sahabat. Dengan kedudukan DKI Jakarta yang strategis dan tersedianya infrastruktur yang relatif lengkap sangat menguntungkan bagi DKI Jakarta dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di DKI Jakarta baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Lebih dari 2/3 uang yang beredar di Indonesia berada di DKI Jakarta. Untuk itu dengan peluang tersebut diharapkan DKI Jakarta dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat menarik investor maupun untuk melindungi para investor agar tidak memindahkan investasinya ke daerah/negara lain. Persaingan sekarang baik antar daerah maupun antar negara sangat ketat. Pemerintah DKI Jakarta sangat menyadari hal ini, untuk itu pemerintah DKI Jakarta melakukan terobosan-terobosan dalam menarik investor.

2. Infrastuktur yang Relatif Lengkap

Dukungan infrastuktur DKI Jakarta yang relatif lengkap memberikan nilai tambah bagi Pemerintah DKI Jakarta untuk dapat menarik para investor. Tersedianya Bandara bertaraf internasional, tersedianya jalan tol, tersedianya pelabuhan dan juga pasokan jaringan listrik yang cukup, merupakan daya tarik tersendiri bagi Propinsi DKI Jakarta. Pasokan listrik yang cukup merupakan salah satu penilaian tersendiri bagi para investor. Dengan adanya pasokan listrik yang memadai dapat menjamin kelangsungan usaha.

Jalan-jalan di DKI Jakarta relatif lebar dan besar-besar sehingga sangat memudahkan bagi mobilisasi para investor dalam menjalankan usahanya di DKI Jakarta. Demikian juga dengan adanya pelabuhan bertaraf internasional sangat memudahkan bagi berlabuhnya kapal-kapal besar yang mengangkut barang baik ekspors maupun impor. Bandara Internasional juga tersedia di DKI Jakarta yang memungkinkan untuk pendaratan pesawat berbadan lebar. DKI Jakarta juga didukung dengan terbangunnya jalan tol yang sangat memudahkan akses untuk menuju suatu tempat.

3. Otonomi Daerah

Sejak diberlakukannya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 yang disempurnakan kemudian dengan terbitnya Undang-undang nomor 32 tahun 2004, hal ini memberikan dampak yang sangat signifikan bagi daerah terhadap hak dan kewenangannya dalam mengatur rumahtangganya sendiri. Hal ini juga memberikan kebebasan bagi daerah untuk menentukan prioritas pembangunan yang akan mereka pilih sendiri. Melalui pelaksanaan otonomi daerah maka masing-masing daerah berupaya dan berlomba dalam memajukan daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah daerah DKI Jakarta mempunyai kebijakan sendiri dalam hal pelaksanaan penanaman modal, khususnya kebijakan dibidang perizinan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan diharapkan para investor mau menanamkan modalnya di DKI Jakarta. Dan hal ini tentu akan dapat memberikan lapangan kerja yang kemudian dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Melalui investasi maka roda perekonomianpun dapat berjalan dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.

Faktor keamanan sangat menentukan kelancaran dunia usaha. Kondisi ini secara tidak langsung mempengaruhi para investor yang berinvestasi di DKI Jakarta. Dampak dari keamanan tersebut adalah dapat mengancam aset-aset yang dimiliki perusahaan. Bukan rahasia umum lagi bahwa alasan yang sering dikemukakan oleh para investor dalam menanamkan investasinya di Indonesia adalah terkait dengan gangguan keamanan. Bentuk gangguan keamanan yang terjadi selama ini adalah unjuk rasa, pencurian, konflik tanah dan adanya pungutan liar di lokasi perusahaan.

Upaya untuk meminimisasi gangguan keamanan bukan hanya sekedar tanggung jawab pemerintah saja, pihak investor juga dituntut untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan buruh/pekerja ataupun dengan masyarakat lingkungan lokasi perusahaan. Kepedulian pengusaha/investor terhadap lingkungan tempat usaha akan membantu terjadinya hubungan yang baik antara investor dan masyarakat. Bagitu juga dengan tingkat kepedulian investor terhadap buruh akan terjadinya harminisasi antara pengusaha dan buruh.

5. Tidak adanya Kepastian Hukum

Kepastian hukum yang dimaksudkan berkaitan dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan izin investasi. Investor masih meragukan jaminan hukum untuk mendapatkan hak seperti Hak Guna Usaha. Penegakan hukum yang adil, jujur dan terpercaya menjadi faktor penentu dalam kepastian berinvestasi disuatu wilayah hukum. Hukum yang dijalankan tidak seperti yang diharapkan cukup menjadi alasan bahwa kepastian hukum jauh dari yang diharapkan. Bagi investor hal ini menjadi faktor yang signifikan dalam memutuskan apakah akan tetap berinvestasi atau menunda sampai ada kepastian hukum yang menguntungkan bagi para investor.

Dari beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, terutama investor asing selalu mengeluhkan lemahnya aspek penegakan dan kepastian hukum di Indonesia. Banyak diantara investor yang membatalkan atau mengundurkan diri untuk melakukan atau menanamkan modalnya. Investor menilai bahwa isu politik dan kepastian sangat mempengaruhi terhadap pasar modal terutama perusahaan-perusahaan besar yang ingin mengembangkan usahanya. Tidak adanya kepastian hukum merupakan ancaman bagi tumbuh kembangnya iklim investasi di Indonesia khususnya di DKI Jakarta.

Hal lain yang dinilai dapat mengancam atau menghambat dalam upaya menarik para investor agar mau menanamkan modalnya atau tetap melakukan investasi di DKI Jakarta adalah kesempatan berinvestasi yang lebih baik. Kesempatan berinvestasi di daerah/ negara lain lebih menguntungkan dan memudahkan para investor. Diantaranya adalah pelayanan perizinan penanaman modal yang lebih baik dan lebih mudah serta lebih cepat dalam pemprosesannya. DKI Jakarta yang kompleks dengan permasalahan sangat menyulitkan bagi adanya percepatan pelayanan investasi. Dengan waktu penyelesaian investasi sebagai yang tertuang dalam Peraturan Gubernur nomor 112 tahun 2007, dirasa masih cukup lama apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga Indonesia maupun daerah seperti Solo, Sragen dan juga Jembrana.

Jika hal ini terjadi maka perlu dicari strategi atau solusi yang tepat dengan mengedepankan kompetisi yang sehat. Setiap daerah pasti akan melakukan upaya untuk mengoptimalkan segala daya dan upaya untuk dapat menarik minat investor melakukan investasi di daerahnnya. Dengan masuknya para investor baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) salah satunya juga sebagai upaya dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)

6.2 Tahap Pencocokan dan Pemanduan

Tahap pencocokan dan pemanduan dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta eksternal yaitu peluang dan ancaman. Pada tahapan berikut adalah menentukan nilai bobot kepada 6 (enam) responden yang merupakan petugas PTSP Penanaman Modal.

6.2.1. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal dan Eksternal

Penentuan bobot faktor internal dan eksternal diperoleh dari 6 (enan) responden dengan memberikan pilihan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ini menunjukan seberapa penting keberhasilan faktor tersebut dalam pemetaan kebutuhan yang bersangkutan. Jumlah seluruh bobot untuk setiap faktor harus sama dengan 1,0. Penentuan nilai bobot faktor internal dan eksternal terlihat dalam tabel 23 dan 24.

Tabel 23 Matriks Gabungan Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal

Faktor Strategis Internal Resp1 Resp2 Resp3 Resp4 Resp5 Resp6 Rata-rata

Kekuatan 0,64

Kecepatan,Ketepatan dan Kepastian proses pelayanan

0,30 0,28 0,25 0,24 0,20 0,22 0,25 Kebijakan dan Dukungan

pimpinan. 0,20 0,22 0,19 0,18 0,20 0,16 0,20 Kelemahan 0,36 Kemampuan SDM yang masih kurang 0,11 0,12 0,14 0,13 0,09 0,10 0,12 Kurangnya Sarana dan

Prasarana

0,10 0,11 0,13 0,14 0,09 0,08 0,11 Kurangnya Penyampaian

Kebijakan Penanaman Modal

0,10 0,09 0,12 0,12 0,13 0,14 0,13 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Untuk mengetahui nilai terbobot dari masing-masing faktor, maka digunakan perhitungan dengan total nilai terbobot adalah satu untuk kedua faktor strategis baik internal maupun eksternal. Jumlah perhitungan rata-rata faktor strategis internal kekuatan adalah 0,64 sedangkan jumlah rata-rata faktor strategis internal kelemahan adalah 0,36, total nilai terbobot adalah satu. Berikut Tabel 15 merupakan tahap masukan kolom 2 matriks Eksternal Faktor Evaluation Matriks (EFE Matriks).

Untuk mengetahui nilai terbobot masing-masing faktor, maka digunakan perhitungan dengan nilai total terbobot adalah satu untuk kedua faktor strategis baik internal maupun eksternal. Rata-rata faktor strategis peluang adalah 0,58 sedangkan rata-rata faktor strategis ancaman adalah 0,42, total nilai terbobot adalah satu

Tabel 24 Matriks Gabungan Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal

Faktor Strategis Internal Resp1 Resp2 Resp3 Resp4 Resp5 Resp6 Rata-rata

Peluang 0,67

0,24 0,23 0,25 0,23 0,19 0,21 0,20 Kedudukan DKI Jakarta

sebagai Ibukota Negara

0,20 0,19 0,18 0,17 0,17 0,19 0,18 Infrastruktur yang Relatif

Lengkap

0,15 0,17 0,18 0,16 0,19 0,15 0,14

Otonomi Daerah 0,16 0,15 0,17 0,15 0,18 0,10 0,15

Ancaman 0,33

Kurangnya Rasa Aman 0,11 0,12 0,14 0,13 0,12 0,10 0,12 Tidak adanya Kepastian

Hukum

0,10 0,09 0,10 0,14 0,15 0,13 0,12 Kesempatan yang lebih baik

di daerah/negara lain

0,10 0,09 0,08 0,08 0,09 0,11 0,09 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

Penentuan rating faktor internal dan eksternal diperoleh dengan mengajukan pilihan pertanyaan untuk menyatakan intensitas pendapat terhadap suatu faktor. Intensitas pendapat responden ditentukan berdasarkan pilihan skala 1,2,3 dan 4 yakni dimulai dari skala tidak penting hingga skala penting. Masing-masing rata-rata rating faktor strategis internal kekuatan dan kelemahan adalah 11,5 dan 7,80 dengan nilai total 19,3. Sedangkan masing-masing rata-rata rating faktor strategis eksternal peluang dan ancaman adalah 11,3 dan 7,40 dengan total 18,70.

6.2.3. Penentuan Skor atau Nilai Terbobot Faktor Internal

Penentuan skor nilai terbobot pada matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) dilakukan dengan melakukan perkalian bobot dan rating. Berikut Tabel 25, nilai terbobot Tabel 25 Internal Factor Evaluation Matriks (IFE-Matriks)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai Terbobot

Kekuatan 0,64 11,5 2,45

Lokasi Kantor PTSP 0,25 3,80 0,95

Kecepatan,Ketepatan dan Kepastian proses pelayanan

0,19 3,90 0,74

Kebijakan dan Dukungan pimpinan.

0,20 3,80 0,76

Kelemahan 0,36 7,80 0,93

Kemampuan SDM yang masih kurang

0,12 2,50 0,30

Kurangnya Sarana dan Prasarana 0,11 2,65 0,29 Kurangnya Penyampaian

Kebijakan Penanaman Modal

0,13 2,65 0,34

Total 1,00 19,3 3,38

Matrik evaluasi faktor internal (IFE) merupakan hasil dari identifikasi faktor-faktor stategis internal berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta. Dari hasil IFE Matriks Tabel 16 diperoleh total skor (nilai terbobot) untuk faktor strategis internal sebesar 3,38. Jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal elemen kekuatan yakni 2,45 sedangkan jumlah total nilai terbobot internal kelemahan yakni 0,93 dan apabila jumlah total nilai terbobot faktor strategis internal lebih besar dari rata-rata yakni 2,50 maka menunjukan bahwa upaya perbaikan penyelenggaraan PTSP Penanaman Modal di Propinsi DKI Jakarta secara internal telah mampu memanfaatkan kekuatan yang dimilki untuk mengatasi kelemahan.

Penentuan skor nilai terbobot pada matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) dilakukan dengan melakukan perkalian bobot dan rating. Berikut Tabel 17, nilai terbobot

Tabel 26 Ekternal Factor Evaluation Matriks (EFE-Matriks)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai Terbobot

Peluang 0,58 11,3 2,17

Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara

0,23 3,75 0,86

Infrastruktur yang Relatif Lengkap

0,18 3,80 0,68

Otonomi Daerah 0,17 3,75 0,63