• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi

Revitalization model of traditional market management Dessy Febrianty

A. Gambaran Umum Lokasi

Terdapat 4 pasar di Kota Surakarta yang dijadikan lokasi penelitian, yaitu : Pasar Triwindu, Gading, Nusukan dan Kembang. Secara singkat kondisi fisik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi dideskripsikan dalam tabel 1.

Lokasi penelitian di Kota Binjai adalah di Pasar Tapiv dengan gambaran fisik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi tabel 2.

Tabel 1. Profil Lokasi PasarTerpilih di Kota Surakarta

Kondisi Kembang Triwindu Nusukan Gading

Fisik lingkungan

•Dibangun th 2007, kondisi baik

•Parkir mobil tidak ada, parkir motor luas 205 m. •Ada 12 KM/WC, 2 rusak •Ada kipas angin 20 bh •Penampungan sampah rusak

•Status milik pemkot, berasal dari hibah Mangkunegaran •LT/LB 1530 m2/1105 m2 dua

lantai

•Kondisi bangunan baik •Ada akses jalan dua arah dan

dilewati angkutan perkotaan •Ada akses bongkar muat •Parkir menggunakan badan

jalan

•LT/LB 6531 m2 / 4850 m2 (dua lantai), renovasi tahun 2006 •Kondisi bangunan baik, ada tempat parkir kondisi baik, sampah kategori sedang •Lokasi strategis di pinggir jalan,

ada jalur pejalan kaki, dilewati angkutan perkotaan

•Pasar kelas II LT/LB 2283 m2/2283 m2 dua lantai •Kondisi bangunan baik,

berada di pinggir jalan dua arah lebar, dilewati angkutan umum •Punya tempat parkir •Direnovasi tahun 2008,

fasilitas sanitasi dan persampahan baik Sosial budaya •Paguyuban “Sekar

Manunggal” beranggota 100 orang, yg aktif 25 orang •Tujuan menampung aspirasi

pedagang, dan memecahkan masalah

•Kegiatan bersama dengan pemkot dan Papasuta

•Paguyuban pasar Triwindu beranggota 70% pedagang, hanya sedikit anggota yg aktif (30%)

•Tujuannya untuk mengatasi masalah di pasar

•Melakukan kemitraan dengan bank mandiri

•Ada koperasi pasar PERTADAN yang bermitra dengan mandiri, BTN, Bukopin

•Ada kegiatan arisan

•Ada paguyuban dengan anggota aktif 60%

•Kegiatan mengorganisir pekan seni, promo/social, membuat event seperti pasar murah •Bermitra dengan dinas

koperasi, kegiatan utama simpan pinjam •Ada kegiatan arisan •Ada kegiatan pengajian

•Paguyuban pasar beranggota 300 orang, berfungsi meningkatkan kesejahteraan pedagang dan menambah modal •Ada arisan bulanan dan

pengajian

Ekonomi •Jml pedagang: los 80, kios 30klemprakan 20, plataran luar 66

•Asal pedagang : mayoritas berasal dari Boyolali dan sukoharjo

•Pembeli eceran dari wonogiri, sragen, Surakarta, sukoharjo

•Pendapatan retribusi, los 20 jt/th, kios 33jt, plataran 29 jt/th

•Pasar khusus seni dan barang antiq dengan pasar lokal, nasional, dan internasional •Jml pedagang kios 255 SHP

(30% kios tdk terisi) •Mayoritas pedagang

menengah/besar •Pasokan barang dari batur,

mojokerto, wonogiri, bandung, sukoharjo, bali, dll

•Retribusi 25 jt/

•Jumlah pedagang 563 los, 108 kios, 160 klemprakan, dan 70 plataran luar

•Asal pedagang dari Surakarta dan boyolali

•Komoditi utama: sayur, grabadan, buah, jajan pasar/snack dll

•Pasokan dari boyolali, pacitan, kebumen,

•Retribusi los 126jt/ ?, kios 98 jt/? Plataran 29jt/

•Jumlah pedagang mengisi penuh 204 los, 72 kios, 110 plataran dalam

•Komoditi utama : sembako •Retribusi los 1,9 jt/bl, kios

2,9 jt/bl, 1,8 jt/bl •Biaya listrik 5 jt/bln

Sumber : Balai Sosekling Bidang Permukiman, 2012

Tabel 2. Profil Lokasi Pasar Terpilihdi Kota Binjai

Fisik lingkungan Sosial budaya Ekonomi

Merupakan pasar sentral terpadu satu-satunya di Kota Binjai dan merupakan simpul perdagangan antarkota Binjai, Deli Serdang, dan Langkat. Bangunan terdiri dari kios, ruko, los, dan dasaran

dengan dominasi ruko

Dominasi ruko berkonstruksi beton di sekeliling pasar Tavip

Banyak kios kosong.Perkembanganpasar hanya di lantai 1. Lantai 2 dan 3 kosong.

Penyempitan jalan dalam pasar dan koneksitas antar bagian pasartidak terpola dengan baik

Sistem pencahayaan dan penghawaan secara alami Dinding terbuat dari batu bata dan atap seng. Pasar berada di simpul transportasi, yaitu terminal

angkutan kota

Parkir tidak memadai dan tidak terkelola dengan baik Area bongkar muat tidak disediakan khusus. Proses

bongkar muat dilakukan di jalan dan terminal Sistem drainase kurang baik. Kondisi sanitasi kurang

baik, kurang memadai dari segi kuantitas. Dikelola oleh Pemerintah (Dispenda bekerjasama

dengan Dinas Lingkungan Hidup).

Pengelolaan sampah belum optimal karena masih banyak yang berserakan dan belum diolah sebagai alternatif energi pasar

Pengelola : Dispenda, Disperindag, Satpol PP

Pengelola keamanan: preman dan Bidang Pasar

Banyak keterlibatan LSM, tokoh masyarakat (anggota DPRD) dan media massa dalam advokasi permasalahan pasar

Regulasi retribusi secara umum (Perda 4/2011)

Distrust antara pedagang kecil dengan pemodal besar yang menguasai perencanaan dan peremajaan Pasar Tavip

Distrust antara pedagang dan pengelola

Distrust antar sesama pedagang Kurangnya linking antara pedagang

dengan pengelola dan pemkot

•Revitalisasi: perencanaan dan pelaksanaan oleh investor swasta •Pedagang: lokal dan dari Deli Serdang

dan Langkat

•Supplier: Langkat, Deli Serdang, Berastagi

•Pembeli: Binjai

•Pendanaan berasal dari APBD •Investor swasta (pemodal besar) •Retribusi pasar di Binjai tahun 2011

total sebesar Rp. 666.348.600,-, lebih besar dari potensi yang dicatat sebesar Rp. 464.929.700,-.

•Pada tahun 2012 ditargetkan retribusi sebesar Rp.

918.452.500,-•Komoditi buah-buahan (Buah terong belanda, rambutan dll)

Terdapat 3 pasar yang dijadikan lokasi penelitian di Kota Manado, yaitu Pasar Bersehati, Karombasan dan Tuminting. Gambaran umum lokasi pasar tersebut adalah tabel 3.

PEMBAHASAN

Analisis Model Revitalisasi Kota Surakarta Analisis uji coba model revitalisasi Pasar tradisional Nusukan, Kembang Gading, dan Triwindu di kota Surakarta dilihat dari 4 jenis verifikasi model yaitu verifikasi model struktur, parameter, kondisi ekstrim, dan boundary. Pada verifikasi model struktur, terdapat 4 temuan lapangan utama yang akan mempengaruhi hasil verifikasi:

Temuan yang pertama adalah perubahan rute bus Purwodadi Surakarta menyebabkan pembeli lebih memilih Pasar Legi daripada Pasar Nusukan. Transaksi di Pasar Nusukan menurun. Perubahan

rute bus telah mengganggu network yang terbangun antara pedagang, supplier dan pembeli. Akibatnya eksistensi sosial pelaku pasar tradisional dan nilai transaksi di Pasar Nusukan menurun.

Temuan yang kedua adalah kesalahan desain bangunan di Pasar Kembang (ventilasi kurang maksimal) menyebabkan komoditas bunga cepat layu. Sebagian pedagang pindah ke Pasar Gede. Pendapatan pedagang menurun mengindikasikan nilai transaksi menurun. Untuk mengantisipasi, pasokan bunga diambil dari Pasar Gede (tidak lagi dari Bandungan). Perubahan fisik bangunan yang tidak sensitif terhadap jenis komoditas mengakibatkan nilai komoditas menurun.Nilai komoditas menurun, direspon dengan pola

network yang berbeda. Namun nilai keuntungannya

berkurang sehingga pendapatan pedagang menurun. Hal ini mengindikasikan eksistensi sosial pedagang menurun. Perubahan fisik bangunan dan Tabel 3. Profil Lokasi Pasar Terpilih di Kota Manado

Kondisi Bersehati Karombasan Tuminting

Fisik Lingkung-an

•Posisi pasar berada di simpul transportasi (pelabuhan, terminal dan tempat penampungan ikan).

•Luas 30.000 m

•Sebagian besar bangunan berlantai 2, dan ada yang berlantai 3 terbuat dari beton •Ada zonasi pembagian los/ hangar, kios,

plataran dalam dan plataran luar sesuai dengan komoditas.

•Sistem penghawaan dan pencahayaan alami •Bongkar muat barang terletak disamping

kiri/belakang pasar

•Memiliki lebih dari satu akses masuk •Terdapat area Parkir yang dikelola oleh PD.

Pasar.

•Secara umum sarana toilet kurang memadai dalam hal kuantitas, kualitas dan lokasi. •Sistem persampah-an belum dikelola secara

optimal (terdapat tumpuk-an sampah) •Sudah dilakukan pemilahan sampah organik

dan non organik

•Posisi pasar berada di simpul transportasi (terminal), dekat dengan sungai

•Luas 10.000 m

•Dinding bangunan pasar terbuat dari batubata atau kayu, rangka atap baja dan kayu, atap seng, dan lantai dari semen.

•Ada zonasi pembagian los/hangar, kios, plataran dalam dan plataran luar sesuai dengan komoditas. •Penerangan bersumber dari listrik •Sistem penghawaan alami

•Bongkar muat barang dilakukan sepanjang hari. •Area parkir kendaraan kurang memadai. •Sarana toilet cukup memadai

•Memiliki TPS yang dikelola oleh Dinas Pasar. •Sudah dilakukan pemilahan sampah organik dan non

organik

•Posisi pasar berada di pinggir jalan utama dan dikelilingi permukiman penduduk

•Luas pasar 40 X 45

•Bangunan utama terbuat dari beton dan kayu. •Penerangan bersumber dari listrik •Sirkulasi udara adalah kipas angin. •Dilewati kendaraan umum.

•Bongkar muat barang terletak dibagian depan pasar. •Tidak memiliki tempat parkir untuk mobil, hanya ada tempat

parkir untuk motor.

•Sanitasi dan air bersih cukup baik Dengan sumber air yang berasal dari PAM.

•Terdapat TPS, dimana sudah ada pemisahan antara sampah organik dan non organik. Jumlah petugas persampahan 1 orang yang mengambil sampah satu kali sehari.

Sosial

Budaya Pedagang berasal dari daerah Gorontalo,Minahasa, Makassar. •Terdapat Koperasi dan Organisasi Duka. •Peran PD sangat besar dalam hal regulasi

terkait pengelolaan pasar diantaranya penentuan besaran dan cara pembayaran iuran.

•Distrust dari pedagang ke koperasi Kurang sinergisnya Network antara PD. Pasar

dan SKPD terkait

Pedagang berasal dari daerah Gorontalo, Minahasa, Makassar.

Peran PD sangat besar dalam hal regulasi terkait pengelolaan pasar diantaranya penentuan besaran dan cara pembayaran iuran.

Distrust dari pedagang ke koperasi

Kurang sinergisnya Network antara PD. Pasar dan SKPD terkait

•Pedagang berasal dari daerah Gorontalo, Minahasa, Makassar. •Peran PD sangat besar dalam hal regulasi terkait pengelolaan

pasar diantaranya penentuan besaran dan cara pembayaran iuran.

•Distrust dari pedagang ke koperasi

Kurang sinergisnya Network antara PD. Pasar dan SKPD terkait

Ekonomi • Sumber modal : modal sendiri, koperasi, dan renternir.

•Jenis komoditi unggulan : sayuran, ikan, buah. •Supplier : kabupaten sekitar manado

(tomohon, bunaken dll) •Pembeli : penduduk sekitar pasar

•Peran rentenir sangat menonjol

•Jenis komoditi unggulan : sayuran, ikan, buah. Sumber modal : modal sendiri dan renternir.Jenis komoditi unggulan : sayuran, ikan, buah.

•Supplier :kabupaten sekitar manado (tomohon, bunaken dll)

pola network telah menurunkan nilai transaksi di Pasar Kembang.

Temuan yang ketiga adalah pasca revitalisasi jumlah pedagang Pasar Gading meningkat. Peran paguyuban mengatur penataan pedagang tinggi. Antusiasme terhadap koperasi besar (modal meningkat tiap tahun). Omset sebagian besar pedagang (60%) meningkat. Peran paguyuban dan koperasi yang tinggi menandakan hidupnya trust,

network dan norma antar pelaku pasar tradisional.

Eksistensi sosial pelaku pasar tradisional meningkat dan nilai transaksi yang ditandai omset pedagang turut meningkat.

Temuan yang keempat adalah pasca revitalisasi jumlah pedagang Pasar Gading meningkat. Peran paguyuban mengatur penataan pedagang tinggi. Antusiasme terhadap koperasi besar (modal meningkat tiap tahun). Omset sebagian besar pedagang (60%) meningkat. Meningkatnya pendapatan pasar namun disisi lain pedagang merasa kesulitan membayar retribusi dan banyak kios-kios yang kosong di lantai dua menunjukkan menurunnya eksistensi sosial pelaku pasar tradisional dan nilai transaksi di pasar Triwindu. Menurunnya peranan koperasi pasar menandakan rendahnya trust, network dan norma antar pelaku pasar tradisional.

Dari analisis keempat temuan tersebut terbukti bahwa komponen-komponen didalam model revitalisasi masih tetap konsisten saat diujicobakan di Kota Surakarta. Hubungan dan interaksi yang terjadi antar komponen tersebut tetap pada pola dan arah yang sama. Analisis parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan revitalisasi pasar tradisional yaitu eksistensi sosial dan transaksi. Analisis ini menunjukkan bahwa eksistensi sosial dan nilai transaksi tinggi menandakan revitalisasi berhasil. Di sisi lain, eksistensi sosial dan transaksi rendah menunjukkan proses revitalisasi tidak berhasil. Pendapatan pasar tidak selalu linier dengan nilai transaksi pedagang. Hal ini menunjukkan bahwa 2 parameter didalam model masih konsisten untuk digunakan sebagai indikator keberhasilan revitalisasi pasar. Pengukur-an keberhasilPengukur-an revitalisasi pasar tidak semata-mata didasarkan pada besarnya nilai pendapatan pasar. Analisis Model Revitalisasi Kota Binjai

Analisis uji coba model revitalisasi pasar tradisional Tavip di Kota Binjai dilihat dari 4 jenis verifikasi model yaitu verifikasi model struktur, parameter, kondisi ekstrim, dan boundary. Pada verifikasi model struktur, terdapat 3 temuan lapangan utama yang akan mempengaruhi hasil verifikasi:

Temuan pertama adalah proses revitalisasi di Pasar Tavip dilakukan terhadap fisik bangunan. Revitalisasi ini telah melahirkan banyak pemain baru yaitu para pedagang kios tempel dan pedagang ruko. Pedagang baru ini memiliki kapital ekonomi yang lebih besar dibandingkan pedagang lama Pasar Tavip. Kehadiran dari para pemain baru ini pun tidak mendapatkan respon yang positif dari pedagang lama. Perbedaan kapital dan letak strategis unit penjualan antara pedagang-pedagang tersebut memunculkan distrust diantara mereka. Keadaan

distrust ini telah menurunkan nilai eksistensi sosial

di dalam pasar.

Temuan yang kedua adalah revitalisasi Pasar Tavip telah mengubah pola sirkulasi transportasi di dalam pasar. Banyak unit penjualan dari para pedagang lama yang menjadi tidak mudah dijangkau oleh pembeli sehingga menurunkan nilai transaksi komoditas mereka. Perubahan sirkulasi transportasi ini telah mengubah network antara pedagang dengan pembeli, pedagang dengan asosiasi pedagang, dan pedagang baru dengan pedagang lama. Perubahan ini telah menurunkan nilai transaksi dengan signifikan. Temuan yang ketiga adalah revitalisasi telah mengubah lay-out pasar dan sistem zoning yang sebelumnya ada. Hal ini memberikan pengaruh negatif dimana unit penjualan menjadi sepi pengunjung. Pedagang merespon hal ini dengan menempatkan dagangan keluar dari zona pasar yang seharusnya. Bahkan tidak jarang unit penjualan melebar ke jalan-jalan. Perubahan lay-out pasar dan sistem zoning pada proses revitalisasi merupakan bentuk pelanggaran

norma yang sebelumnya telah berlaku.

Perubahan-perubahan ini telah memberikan dampak buruk bagi pedagang yaitu penurunan nilai transaksi. Respon berdagang dengan cara keluar dari zona pasar yang ditetapkan menunjukkan kurang berhasilnya revitalisasi.

Dari analisis ketiga temuan tersebut terbukti bahwa komponen-komponen didalam model revitalisasi masih tetap konsisten saat diujicobakan di Kota Binjai. Hubungan dan interaksi yang terjadi antar komponen tersebut tetap pada pola dan arah yang sama.

Analisis parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan revitalisasi pasar tradisional yaitu eksistensi sosial dan transaksi. Analisis ini menunjukkan bahwa eksistensi sosial yang rendah menandakan revitalisasi kurang berhasil meskipun eksistensi sosial ini tidak mengakibatkan penurunan nilai transaksi. Di sisi lain, transaksi yang menurun juga mengindikasikan kegagalan revitalisasi meskipun pada kasus Kota Binjai penurunan transaksi ini tidak serta merta

keberhasilan revitalisasi pasar. Dua parameter tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan revitalisasi.

Temuan pada proses revitalisasi Pasar Tavip juga menunjukkan bahwa kebijakan ekstrim yang dibuat oleh para pemangku kepentingan terkait pasar tradisional tidak berpihak pada pedagang lama Pasar Tavip. Hal ini telah merusak kepercayaan (trust), norma, tata nilai, dan jejaring didalam pasar yang berdampak pada penurunan eksistensi sosial dan transaksi dalam pasar. Kebijakan ekstrim ini menunjukkan lemahnya mekanisme kontrol dalam pelaksanaan revitalisasi. Terkait dengan model pengembangan revitalisasi pasar tradisional berba-sis modal sosial, kebijakan ekstrim ini menandakan adanya kekosongan aspek institusional di dalam model ini. Dengan demikian untuk memperbaiki maka perlu adanya penambahan komponen aspek institusional didalam model revitalisasi.

Analisis Model Revitalisasi Kota Manado

Verifikasi model revitalisasi di pasar tradisional di Kota Manado dilakukan dengan metode yang sama dengan pasar tradisional di Kota Binjai. Pada analisis model struktur juga diperoleh 3 temuan utama. Pertama perubahan institusi pengelola pasar dari Dinas menjadi perusahaan daerah telah mempengaruhi sistem koordinasi dan trust diantara instansi yang terkait. Hal ini ditunjukkan dengan proses revitalisasi di Pasar Karombasan yang dilakukan oleh Disperindag, tanpa melakukan koordinasi dengan PD pasar. Tidak adanya koordinasi ini berdampak pada pasar yang tidak berfungsi sebagai tempat transaksi setelah proses revitalisasi selesai dilakukan. Koordinasi yang kurang optimal menunjukan terjadinya distrust dan network yang lemah pada institusi pengambil kebijakan dan pengelola pasar tradisional. Kondisi ini mengakibatkan nilai transaksi pasar menurun hingga menghentikan fungsi pasar.

Temuan kedua menunjukkan bahwa pengelola pasar tidak memberikan perhatian khusus terhadap koperasi-koperasi yang bersifat informal dan memiliki tanggungjawab rendah terhadap anggotanya yang berupa pedagang. Selain itu perlindungan terhadap pedagang dari aktivitas renternir dinilai masih rendah. Kurangnya perhatian dan perlindungan dari PD. Pasar terhadap pedagang mengakibatkan munculnya distrust dan ketidakpedulian terhadap norma yang berlaku. Temuan terakhir menunjukkan bahwa PD pasar

pelabuhan menuju Pulau Bunaken. Hal ini terlihat dengan tingkat kebersihan didalam pasar yang masih rendah, kondisi sanitasi yang belum optimal, jalur transportasi yang padat dan memunculkan ketidaknyamanan bertransaksi, dan kondisi lain yang masih memerlukan banyak perhatian untuk perbaikan. Hal ini dapat terjadi karena tidak terbangunnya network antara pasar dengan sektor lain yang memiliki interest terhadap kegiatan pariwisata yang sebenarnya dapat meningkatkan transaksi pasar.

Dari ketiga analisis diatas terbukti bahwa komponen-komponen didalam model revitalisasi pasar tradisional yang dikembangkan masih tetap konsisten saat diujicobakan di Kota Manado. Hubungan dan interaksi yang terjadi antar kompo-nen tersebut tetap pada pola dan arah yang sama.

Analisis parameter pada uji coba model revitalisasi di Kota Manado senada dengan hasil analisis parameter di Kota Binjai. Terjadinya eksistensi sosial yang rendah menandakan revitalisasi kurang berhasil meskipun eksistensi sosial ini tidak mengakibatkan penurunan nilai transaksi. Disisi lain, transaksi yang menurun juga mengindikasikan kegagalan revitalisasi meskipun pada kasus kota Binjai penurunan transaksi ini tidak serta merta dikarenakan oleh tidak adanya eksistensi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa 2 parameter didalam model masih konsisten untuk digunakan sebagai indikator keberhasilan revitalisasi pasar. Dua parameter tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan revitalisasi.

Pada analisis boundary terlihat bahwa perubahan orientasi PD Pasar menjadi pengelola yang beroreintasi pada profit tidak diimbangi dengan upaya pemberdayaan pedagang. Pemberdayaan ini tentunya akan berdampak positif pada peningkatan transaksi yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan pendapatan pasar. Dari hasil ujicoba model di Kota Manado membuktikan bahwa upaya meningkatkan transaksi tidak hanya ditentukan oleh faktor modal sosial (trust, network maupun norma) namun juga ditentukan oleh peningkatan kapasitas SDM dan finansial. Dengan demikian, perlu adanya penambahan komponen aspek peningkatan kapasitas SDM (human capital) dan kekuatan finansial (financial capital) didalam model revitalisasi pasar tradisional yang dikembangkan. B. Perbaikan Model Revitalisasi Pengelolaan

Dari analisis yang dilakukan, mengacu pada berbagai masukan dan temuan dari lapangan. Beberapa pertimbangan mendasar perlunya perbaikan model tersebut adalah sebagai berikut: • Model belum memberi gambaran arah dan tujuan

proses revitalisasi yang diperlukan sebagai panduan dalam implementasinya di lapangan. Arah ini akan mengantarkan modalitas sosial dalam mewujudkan pasar yang ideal.

• Model belum secara spesifik merumuskan aspek dan dimensi pasar yang perlu menjadi perhatian dan penekanan dalam proses revitalisasi. Selama ini revitalisasi diidentikkan dengan renovasi fisik pasar, padahal esensinya jauh lebih luas daripada sekedar membangun fisik pasar. • Revitalisasi pasar tidak dapat sekedar dan atau

secara langsung didasarkan pada modal sosial, melainkan perlu dikaitkan pula dengan modalitas yang lain, seperti halnya modal manusia (human

capital), modal material (financial & physical),

dan modal institusional (institutional capital). Model Revitalisasi Pengelolaan Pasar Tradisional tetap bertumpu pada tiga elemen modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), jaringan (network), dan norma (norm). Tiga elemen inilah yang yang akan membentuk seperangkat tata nilai tersebut berpengaruh besar terhadap munculnya eksistensi sosial dan transaksi (kesepakatan). Namun, ketiga elemen sebagai dimensi modal sosial ini dalam konteks pasar tradisional ternyata tidak dapat dilepaskan dari berbagai dimensi lain dalam revitalisasi pasar, yaitu SDM, kelembagaaan, dan material pasar. Ketiga dimensi ini merupakan manifestasi perlunya penguatan modalitas lain dalam proses revitalisasi pasar berbasis modal sosial. Ketiga dimensi inilah yang akan mendukung efektifitas penguatan modal sosial dengan arah dan tujuan revitalisasi pasar tradisional. Fakta lapangan di tiga wilayah menunjukkan bahwa revitalisasi dengan penekanan pada dimensi fisik pasar dengan mengabaikan dimensi yang lain, terlebih modal sosial justru membuat pasar tradisional mengalami kemerosotan.

Bekerjanya modal sosial memerlukan dukungan penguatan modal manusia (human capital), yang dalam hal ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM pegiat pasar tradisional. Pembangunan modal manusia dilakukan dengan menyelenggarakan pendidikan bagi pedagang dan para pegiat lain di pasar tradisional secara sistematis berkelanjutan. Dengan modal manusia yang baik dan optimal maka potensi modal sosial akan dapat dipertahankan, dikelola, dan dikembangkan. Dalam hal ini perlu pelembagaan model pendidikan dan pelatihan bagi para pedagang dan pegiat lain di

lingkungan pasar tradisional. Modal sosial juga memerlukan dukungan penguatan kelembagaan sosial-ekonomi yang menjadi tempat berhimpun dan berjuangnya para pedagang dan para pegiat lain di pasar tradisional. Kelembagaan yang sudah (masih) ada seperti halnya paguyuban, ikatan, dan asosiasi perlu diperkuat sehingga memiliki kapasitas sosial-ekonomi yang lebih memadai dalam memecahkan berbagai persoalan, mengoptimalkan berbagai potensi, dan mengembangkan usaha para pegiat pasar. Dorongan ke arah penguatan peran koperasi pasar sejati akan menjadi salah satu aspek yang esensial dalam proses revitalisasi pasar.

Modal sosial merupakan basis bagi peningkatan jejaring (interkoneksi) antarpasar tradisional. Pasar tradisional yang satu sama lainnya belum memiliki keterkaitan secara sosial-ekonomi memunculkan persoalan lemahnya kedudukan pasar tradisional dalam struktur perdagangan. Oleh karena itu, bagaimana membangun hubungan keterkaitan (interkoneksi) antarpasar tradisional beserta segenapentitas dan pelaku di dalamnya menjadi bagian penting dalam proses revitalisasi pasar tradisional berbasis modal sosial. Modal sosial