• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indeks kesiapan masyarakat dalam beradap- beradap-tasi menghadapi perubahan ketersediaan

Determinant Factors in community Readiness Related Adaptive capacity to climate change in Water Sector

1. Indeks kesiapan masyarakat dalam beradap- beradap-tasi menghadapi perubahan ketersediaan

sumber air minum di perkotaan.

Apabila kesiapan masyarakat sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan program/proyek dapat

terwujud, maka efektifitas dan manfaat program/ proyek juga dapat dicapai. Untuk mempermudah pengklasifikasian kesiapan masyarakat, konsep tersebut disimplifikasi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu:

a. Belum Siap (tiadanya community awareness sekaligus belum memadainya informasi proyek).

b. Dukungan Kolektif (mulai disadarinya peran kolektivitas, leadership, forum komunitas, serta kearifan lokal, namun

channel-channel komunikasi, dan network masih

belum dioptimalkan untuk mendukung pembangunan).

c. Proaktif (dimana masyarakat bersama pengelola proyek mengevaluasi dan memodifikasi kegiatan pembangunan demi efektivitas program selanjutnya).

Variabel untuk mengukur kesiapan masyakat dalam beradaptasi menghadapi perubahan iklim pada daerah dengan status kelimpahan air dan kekurangan air di bagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Kesiapan Individu

Pada tabel 1 di bawah, dapat diketahui bahwa sebagian besar individu dalam konteks keluarga di Kota Kupang, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Palembang masih berada pada indeks ketidaksiapan dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum. Apabila dilakukan perbandingan antar daerah melalui nilai rata-rata, maka indeks ketidaksiapan paling tinggi berada di Kota Palembang (52,35) dengan status wilayah yang berkelimpahan air, dibandingkan dengan Kota Kupang (40,63) dan Kabupaten Gunung Kidul (44,78) yang sering dilanda kekurangan air, sedangkan daerah dengan masyarakat yang dinyatakan cukup peduli dan proaktif dalam berdaptasi dengan perubahan ketersediaan air minum, berada di Kota Kupang (49,12) dan Kabupaten Gunung Kidul (16,48). Namun, secara statistik nilai rata-rata tingkat kesiapan antara 3 wilayah tersebut, dinyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan karena nilai P-value > 0,05.

Indikator

Tingkat Kesiapan Komunitas

Belum Siap (No Awareness) Dukungan Kolektif (Collective Support) Proaktif (Proactive) Gunung

Kidul

Kupang Palembang Gunung Kidul

Kupang Palembang Gunung Kidul Kupang Palembang R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) Kearifan Lokal 3 63,3 2 30,0 3 100,0 1 10,0 3 56,7 1 0,0 2 26,7 2 23,3 1 0,0 Perilaku Pengelolaan Musim Langka Air

3 92,0 3 93,3 3 100,0 1 8,0 1 6,7 1 0,0 1 0,0 1 0,0 1 0,0 Community Action Plan 2 24,2 1 12,2 3 76,7 1 0,0 1 0,0 1 0,0 3 75,6 3 87,8 2 23,3 Leadership 2 30,0 1 13,3 2 20,0 3 63,3 3 73,3 3 66,7 1 6,7 1 13,3 1 13,3 Forum Komunitas 1 10,0 1 13,3 3 100,0 3 63,3 3 66,7 1 0,0 2 26,7 2 20,0 1 0,0 Rata-Rata 43,90 32,42 79,34 28,92 40,68 13,34 27,40 28,80 7,32 P-Value 0,012 0,043 0,039 Keterangan Gambar: 0 20 40 60 80 100

palembang gunung kidul kupang 79.34 43.90 32.42 13.34 28.92 40.68 7.32 27.4 28.8 proaktif dukungan kolektif belum siap

Tabel 2. Indeks Kesiapan Komunitas dalam Beradaptasi Menghadapi Perubahan Ketersediaan Sumber Air Minum Di Kabupaten Gunung Kidul, Kota Palembang, dan Kota Kupang Tahun 2012

Keterangan: R = Rangking/Urutan Indeks Kesiapan , % = Prosentase indeks Kesiapan , Mean = Nilai rata-rata Indeks kesiapan , P-Value = Nilai signifikasi perbedaan indeks kesiapan di 3 wilayah

Indikator

Tingkat Kesiapan Individu

Belum Siap (No Awareness) Dukungan Kolektif (Awareness) Proaktif (Proactive) Gunung

Kidul

Kupang Palembang Gunung Kidul

Kupang Palembang Gunung Kidul Kupang Palembang

R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) Pengetahuan 1 15,0 2 23,3 2 22,0 3 56,0 3 58,7 3 60,7 2 34,0 1 18,0 1 17,3 Sikap 1 10,9 1 14,0 2 26,0 3 59,9 3 65,3 3 70,0 2 29,3 1 20,7 1 4,0 Perilaku Perubahan Iklim Pengunaan Air Musim Langka Air Pemanfaatan Air 2 3 3 3 28,6 53,1 77,4 83,7 2 2 3 3 27,3 38,7 67,8 72,7 3 2 3 3 62,0 31,3 85,7 87,1 3 2 2 1 46,3 38,1 21,0 16,3 3 3 2 2 54,7 60,0 28,7 27,3 2 3 2 2 35,3 41,3 14,3 12,9 2 1 1 1 25,2 8,8 1,6 0,0 1 1 1 1 18,0 1,3 3,4 0 1 1 1 1 2,7 27,3 0,0 0,0 Mean 44,78 40,63 52,35 39.60 49.12 39.08 16.48 10.23 8.55 P-Value 0,777 0,617 0,504 Keterangan Gambar 0 50 100

palembang gunung kidul kupang

79,34 43,90 32,42 13,34 28,92 40,68 7,32 27,40 28,80 proaktif dukungan kolektif belum siap

Keterangan: R = Rangking/Urutan Indeks Kesiapan , % = Prosentase indeks Kesiapan , Mean = Nilai rata-rata Indeks kesiapan , P-Value = Nilai signifikasi perbedaan indeks kesiapan di 3 wilayah

Tabel 1. Indeks Kesiapan Individu dalam Beradaptasi Menghadapi Perubahan Ketersediaan Sumber Air Minum Di Kabupaten Gunung Kidul, Kota Palembang, dan Kota Kupang Tahun 2012

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar individu dalam konteks keluarga yang berada di Kabupaten Gunung Kidul dan Kota Palembang berada pada indeks ketidaksiapan komunitas dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum, sedangkan Kota Kupang telah berada pada indeks tingkat dukungan kolektif. Apabila dilakukan perbandingan antar daerah melalui nilai rata-rata, maka indeks ketidaksiapan paling tinggi berada di Kota Palembang (79,34) dengan status wilayah berkelimpahan air, dibandingkan dengan Kota Kupang (32,42) dan Kabupaten Gunung Kidul (43,90) yang sering dilanda kekurangan air, sedangkan daerah dengan masyarakat yang dinyatakan memiliki kecukupan dukungan kolektif dan proaktif dalam berdaptasi dengan ketersediaan air minum, berada di Kota Kupang (40,68 dan 28,80 ) dan diikuti Kabupaten Gunung Kidul (28,92 dan 27,40). Secara statistik nilai rata-rata tingkat kesiapan antara 3 wilayah tersebut dinyatakan berada pada perbedaan yang signifikan antara Kota Palembang dengan Kota Kupang dan Kabupaten Gunung Kidul karena nilai P-Value < 0,05.

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa kelembagaan yang terlibat dalam pengelolaan dan penyediaan air bersih berbasis komunitas di Kota Palembang berada pada indeks ketidaksiapan, sedangkan Kota Kupang dan Kabupaten Gunung Kidul telah berada pada indeks kesiapan tingkat dukungan kolektif dalam beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum. Daerah dengan rata-rata ketidaksiapan kelembagaan paling tinggi berada di Kota Palembang (65,44) dengan status wilayah berkelimpahan air, dibandingkan dengan Kota Kupang (20,90) dan Kabupaten Gunung Kidul (12,00) yang sering dilanda kekurangan air, sedangkan daerah dengan masyarakat yang dinyatakan memiliki kecukupan dukungan kolektif dan proaktif dalam berdaptasi dengan ketersediaan air minum, berada di Kota Kupang (46,30) dan Kabupaten Gunung Kidul (34,44). Nilai rata-rata pada indeks ketidaksiapan kelembagaan dan indeks kesiapan yang proaktif antara 3 wilayah tersebut secara statistik dinyatakan ada perbedaan yang signifikan antara Kota Palembang dengan Kota Kupang dan Kabupaten Gunung Kidul karena nilai P-Value < 0,05, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada indeks dukungan kolektif karena nilai P-Value > 0,05.

Upaya penanganan perubahan iklim dalam skala lokal, menjadi satu aspek penting dari strategi adaptasi total pada area perkotaan. Pada tiga lokasi penelitian, dapat terlihat perbedaan karakter yang akan menentukan pola strategi penanganan. Misalnya untuk daerah tepi sungai

Musi, berbeda dengan yang tidak di tepi sungai. Daerah tepi laut di Kupang dan daerah di tengah kota di Wonosari, berbeda karakter dengan wilayah lain di kota atau kabupaten yang sama. Dari hasil pengamatan dan penelusuran literatur ditemukan pentingnya kesadaran dan aksi rumah tangga dan komunitas dalam menghadapi perubahan iklim, walaupun pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan adaptasi, namun pengurangan resiko dan ketahanan terhadap perubahan akan kembali diukur dalam skala rumah tangga dan komunitas. Peran rumah tangga pada adaptasi terhadap perubahan iklim, berkaitan erat dengan perilaku manusia, yaitu semua kegiatan untuk mengurangi kerentanan pada sebuah sistem kota, populasi, atau pada individu. Peningkatan kesejahteraan dan akses kepada kepemilikan, informasi atau jaringan sosial dapat membantu individu dan rumah tangga untuk mengurangi resiko negatif.

Melihat fenomena yang ditemukan dari hasil penelitian, terlihat bahwa Kota Kupang dan Kabupaten Gunung Kidul sebagai wilayah yang sering mengalami kekurangan air memiliki indeks kesiapan lebih baik dalam konteks individu, komunitas, dan kelembagaan saat beradaptasi menghadapi perubahan ketersediaan sumber air minum, sedangkan Kota Palembang sebagai wilayah dengan status berkelimpahan air terindikasi pada kondisi yang tidak siap ketika menghadapi perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan sumber air minum. Inisiatif komunitas terlihat dalam kasus di Gunungkidul, ketika peran pemerintah untuk menyediakan jaringan perpipaan kurang kuat dan efektif, maka diperlukan peran aktif komunitas dan rumah tangga untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Demikian juga di Kota Kupang, peran aktif komunitas yang diwadahi dalam program “Pamsimas” terbukti dapat meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih di daerah. Hal ini dapat dipahami oleh karena kondisi riwayat wilayah akan menuntut upaya adaptasi, dimana terlihat bahwa masyarakat sendiri telah melakukan inisiatif tindakan reflektif menghadapi kerentanan perubahan iklim, sesuai dengan konsep adaptasi menurut (Hartanto 2004) bahwa proses dinamika dalam pikiran, perasaan, perilaku, dan biofisiologik individu akan terus berubah untuk menyesuaikan lingkungan yang terus berubah. Adaptasi wilayah, diperlukan sehingga dapat menarik investasi ekonomi, sehingga daerah dapat memiliki dana untuk pengembangan infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud terkait peringatan dan penanganan dini bencana, penerapan standar bangunan, dan konstruksi serta peningkatan sistem drainase.

c. Kesiapan Kelembagaan

Indikator

Tingkat Kesiapan Komunitas

Belum Siap (No Awareness) Dukungan Kolektif (Collective Support) Proaktif (Proactive) Gunung

Kidul

Kupang Palembang Gunung

Kidul

Kupang Palembang Gunung

Kidul Kupang Palembang R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) R I (%) Network 1 0,0 2 26,7 3 60,0 3 56,7 3 73,4 2 40,0 1 0,0 1 0,0 1 0,0 Ketersediaan informasi 1 0,0 2 18,5 3 90,5 1 11,1 1 0,0 1 0,0 3 88,9 3 81,5 2 9,5 Channel Komunikasi 1 0,0 1 0,0 1 6,7 3 94,7 3 87,0 3 93,3 1 0,0 1 13,0 1 0,0 Kesepkatan program dan dukungan kebijakan 1 20,0 1 10,0 3 70,0 2 30,0 2 26,7 2 26,7 3 50,0 3 63,3 1 3,3 Manfaat 3 40,0 3 50,0 3 100,0 1 26,7 2 44,4 1 0,0 2 33,3 1 5,6 1 0,0 Rata-Rata 12,00 20,90 65,44 43,84 46,30 32,00 34,44 32,68 2,56 P-Value 0,015 0,797 0,022 Keterangan Gambar 0 20 40 60 80 100

palembang gunung kidul kupang 65.44 30 20.9 32 43.84 46.3 2.56 34.44 32.68 proaktif dukungan kolektif belum siap

Tabel 3. Indeks Kesiapan Kelembagaan dalam Beradaptasi Menghadapi Perubahan Ketersediaan Sumber Air Mi-num Di Kabupaten Gunung Kidul, Kota Palembang, dan Kota Kupang Tahun 2012

Keterangan: R = Rangking/Urutan Indeks Kesiapan , % = Prosentase indeks Kesiapan , Mean = Nilai rata-rata Indeks kesiapan , P-Value = Nilai signifikasi perbedaan indeks kesiapan di 3 wilayah

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks