• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Revitalisasi

Revitalization model of traditional market management Dessy Febrianty

C. Tahapan Revitalisasi

Tahapan pelaksanaan proses revitalisasi pada prinsipnya terdiri dari 4 tahap utama (gambar 3) yaitu tahap assessment, analisis, desain, dan pelaksanaan. Tahap assessment diawali dengan melakukan penggalian kondisi dan kebutuhan (assessment) pasar tradisional. Pertama adalah kondisi fisik bangunan pasar seperti atap, bahan bangunan, sirkulasi udara, perparkiran, persampahan, dll.Aspek yang kedua adalah kondisi ekonomi meliputi permodalan, produk, maupun aspek SDM. Assessment yang ketiga adalah aspek sosial meliputi eksistensi kelompok pedagang,

hubungan antara pedagang dengan stakeholder lain, pertumbuhan pasar dan konflik yang terjadi.

Assessment ini dilakukan oleh pengelola pasar,

paguyuban pedagang, maupun perwakilan pedagang.

Tahap assessment ini dilanjutkan dengan tahapan analisis yang terdiri dari 2 aktivitas utama, yaitu penilaian dan penetapan prioritas berdasarkan dari analisis formulasi hasil assessment. Tahap ini dilakukan oleh Kepala Daerah, Dinas yang membidangi pekerjaan umum, pengelola pasar. Proses dilanjutkan dengan pembuatan komitmen pelaksanaan program revitalisasi. Komitmen ini penting untuk mengikat tanggungjawab serta hak dan kewajiban dari masing-masing pemangku kepentingan yang terkait. Pembuatan komitmen dan kesediaan mengikuti kesepakatan tersebut melibatkan Kepala Daerah, pengelola pasar, SKPD terkait, paguyuban pasar.

Tahap ketiga berupa tahap desain yang berupa penetapan rancangan revitalisasi yang sudah disepakati para pihak di pasar tradisional meliputi berbagai dimensi modalitas di pasar tradisional dituangkan dalam dokumen perencanaan formal pemerintah Kota/Kabupaten. Dokumen ini yang menjadi dasar penyusunan kebijakan pasar

Gambar 2. Model Revitalisasi Pasar Tradisional Berbasis Modal Sosial Setelah Penyempurnaan

tradisional dan rancangan operasional revitalisasi pasar yang sudah meliputi berbagai aspek dan dimensi revitalisasi pasar tradisional berbasis modal sosial.Tahapan ini melibatkan Kepala Daerah, pengelola pasar, SKPD terkait, paguyuban pasar.

Tahap yang terakhir adalah pelaksanaan proses revitalisasi. Pada tahap ini terdapat 6 proses yang harus dilakukan. Yang pertama adalah proses implementasi dari perencanaan revitalisasi itu sendiri. Proses ini dilakukan dengan melibatkan secara aktif Kepala Daerah, pengelola pasar, SKPD terkait, dan paguyuban pasar. Proses ini diikuti dengan kegiatan pemantauan atau monitoring keseluruhan pelaksanaan revitalisasi dari awal kegiatan hingga akhir. Dalam proses pemantauan ini, ada kegiatan evaluasi kegiatan yang dapat dilakukan secara terintegrasi maupun terpisah. Setelah implementasi revitalisasi, maka proses evaluasi outcome wajib dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan revitalisasi. Evaluasi ini didasarkan pada terbentuknya eksistensi sosial dan peningkatan transaksi dan dilakukan secara periodik. Evaluasi ini menjadi tanggung jawab dari pengelola pasar. Evaluasi outcome dilanjutkan dengan evaluasi dampak berupa peningkatan pendapatan pasar yang berpengaruh langsung terhadap kontribusi pasar pada PAD. Selain menjadi

tanggungjawab pengelola pasar, evaluasi dampak ini juga menjadi tanggung jawab pelaku yang lebih tinggi yaitu Kepala Daerah. Evaluasi yang terakhir adalah evaluasi keberlanjutan pasar dan dampak pada kesejahteraan pedagang yang dilakukan oleh pelaku evaluasi dampak yaitu pengelola pasar dan kepala daerah.

Tahap pelaksanaan diakhiri dengan melakukan

review dan memformulasikan rekomendasi. Review

hasil monitoring dan evaluasi melibatkan Kepala Daerah, pengelola pasar, SKPD terkait, paguyuban pedagang. Dari hasil review ini akan dihasilkan rekomendasi tentang perbaikan investasi pasar tradisional oleh Kepala Daerah, pengelola pasar, SKPD terkait, paguyuban pedagang. Beberapa indikasi bahwa revitalisasi sudah berhasil adalah sebagai berikut:

• Meningkatnya eksistensi sosial para pelaku pasar tradisional, utamanya pedagang pasar. • Meningkatnya kesepahaman dan kesepakatan

bersama antarpedagang.

• Meningkatnya spiritualitas pedagang dan pegiat lain di pasar tradisional.

• Meningkatnya layanan prima dan nilai transaksi pedagang.

• Meningkatnya eksistensi politik pedagang, yang tercermin dalam peningkatan kemandirian dan daya tawar (bargaining power) pedagang pasar, termasuk dalam pengelolaan fasilitas pasar. • Meningkatnya eksistensi ekonomi pedagang,

yang tercermin dalam struktur pasar yang

semakin demokratis, serta peningkatan kebersatuan ekonomi dalam wadah koperasi pasar yang semakin meluas keanggotaan dan usahanya.

• Meningkatnya kemandirian pasar yang tercer-min dengan peningkatan proporsi penjualan produk lokal hasil produksi masyarakat sekitar. • Meningkatnya kebersihan, kerapian,

keramah-lingkungan, kesehatan, dan ke-berkearifan lokal bangunan dan sarana-prasarana pasar.

• Meningkatnya akses pasar dan pedagang terhadap pendidikan, pelatihan, dan teknologi informasi yang menjadi media interkoneksi antar pasar tradisional.

KESIMPULAN

Model revitalisasi yang digunakan untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan pasar tradisional harus bertumpu pada keempat modal yang ada secara sinergi, yaitu modal sosial (social capital), modal manusia (human capital), modal kelembagaan (institutional capital) dan modal ekonomi (financial capital). Keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya meningkatkan kinerja dan kualitas pasar tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Ayuningsasi, Anak Agung Ketut. 2010. Analisis Pendapatan pedagang Sebelum dan Sesudah

Program Revitalisasi Pasar Tradisional di Kota Denpasar : Studi Kasus PasarSudha Merta Desa Sidakarya.Junal Piramida.7(1). Available at : ejournal.unud.ac.id/

[Balai Litbang Soseklingkim]. 2012. Pengembangan

Model Revitalisasi Pasar Tradisional Berbasis Modal sosial (Laporan Akhir).Yogyakarta:

Puslitbang Sosekling Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum.

Creswell, john W. 2003. Research Design.Qualitative,

Quantitative and Mixed Methods Approaches.

California : Sage Publications Thousand aks Danisworo, Mohammad & Widjaja Martokusumo.

2000. Revitalisasi Kawasan KotaSebuah

Catatan dalam Pengembangan dan

Pemanfaatan Kawasan Kota. www.urdi.org (urban and regional development institute, 2000).

Febrianty, Dessy. 2013. Model of Strengthening of Traditional Market Based on Social Capital in Indonesia: Study Case Beringharjo Market, Jogjakarta. Journal of Economics and

Sustainable Development .www.iiste.org ISSN

2222-1700 (Paper) ISSN 2222-2855 (Online) Vol.4, No.5, 2013

Harsoyo, 1977. Manajemen Kinerja. Jakarta:Persada. Jakarta

Martinus Legowo, FX Sri Sadewo & M. Jacky. 2009. Pedagang dan Revitalisasi Pasar Tradisional di Surabaya: Studi Kasus pada Pasar Wonokromo dan Pasar Tambah Rejo, Surabaya. Jurnal

Masyarakat dan Politik, Volume ke 22/

Nomor:2/2009-Universitas Surabaya

Putnam, R. D. 1993. The Prosperous Community. The

American Prospect 4(13), 1-11.

Perpres Nomor 112 tahun 2007tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.

Suara Merdeka.4 Juni 2013. Revitalisasi Pasar Tradisional Diminta Dievaluasi.

Mukbar Deni. 2007. Denyut Usaha Kecil diPasar Tradisional dalam Himpitan Hipermarket. Jurnal Analisis Sosial.Diakses arihttp://books.

google.co.id/books?id=9jeBKQycgB8C&pg=P A118&dq=ketahanan+dan+kerentanan+usa ha+kecil&hl=id&sa=X&ei=U65RT46TIYnprQ e3jrnWDQ&ved=0CDoQ6AEwAA#v=onepag e&q=ketahanan%20dan%20kerentanan%20 usaha%20kecil&f=false

Simamarta. 1983. Pengertian Modeling.

w w w . d a m a n d i r i . o r . i d / f i l e / abdwahidchairulahunairbab2.pdf).

Retta Ida Lumongga

Sekretariat Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110

Email: loemongga04@yahoo.com

Tanggal diterima: 14 Juni 2013, Tanggal disetujui: 5 Oktober 2013

ABStRAct

The construction of sprinkler irrigation indryland farming operation could be delayed due to the absence of the formal institution of farmer group, who participate to perform maintenance operation. What is the right institutional forms of irrigation in conformity with the local conditions and local wisdom in dryland farming is a problem addressed by this study. The application on trial of the institutional of participation of the communities in the maintenance operations carried out on two selected provinces that both have a dry climate criteria and big gun sprinkler has not been operated, namely Desa Linelean, Districts Modoinding, North Sulawesi Province, and Desa Manusak and Desa Oesao, Districts East Kupang, East Nusa Tenggara Province. Qualitative approach is used. As a result, the organizational structure is possible to be made simpler, where jurupungut can be optionally adjusted to conditions at the application site. Conclusion, the application of institutional outline can be implemented according to the stages that have been there, however its application is not absolute, but rather, it takes an adjustment to the characteristics and local wisdom.

Keywords: : institutional, maintenance operation, characteristics and local wisdom, application, local

communities

ABStRAK

Pembangunan jaringan irigasi pada lahan kering dapat tertunda pengoperasiannya dikarenakan belum adanya kelembagaan formal pada masyarakat yang berpartisipasi untuk melakukan operasional pemeliharaan. Bagaimana bentuk kelembagaan operasi pemeliharaan irigasi yang sesuai dengan kondisi kearifan lokal daerah setempat sebagai upaya peningkatan akses partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air adalah permasalahan pada penelitian ini. Uji coba penerapan kelembagaan pada partisipasi masyarakat dalam operasi pemeliharaan dilakukan pada dua provinsi terpilih yang memiliki kriteria iklim kering dan big gun sprinkler belum dioperasikan, yaitu Desa Linelean Kecamatan Modoinding, Provinsi Sulawesi Utara dan Desa Manusak dan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pendekatan kualitatif digunakan. Hasilnya adalah struktur organisasi dimungkinkan untuk dibuat lebih sederhana dimana juru pungut menjadi opsional disesuaikan dengan kondisi pada lokasi penerapan. Kesimpulan adalah penerapan kelembagaan secara garis besar dapat diterapkan sesuai tahapan-tahapan yang telah ada tetapi penerapannya adalah tidak mutlak, melainkan dibutuhkan adanya penyesuaian dengan kondisi daerah dimana akan diterapkan , yaitu disesuaikan dengan karakteristik dan kearifan lokal di lokasi kelembagaan akan diterapkan.

Kata kunci : kelembagaan, operasi pemeliharaan, , karakteristik dan kearifan lokal, penerapan, masyarakat

lokal

implementation of an institutional Operations and maintenance for