• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM RESPONDEN Usia

Pada Tabel 11 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan usia. Sasaran dalam penelitian ini adalah remaja desa, usia yang ditentutkan adalah 16-25 tahun. Pada penelitian ini memilih rentang usia 16-25 tahun sesuai dengan Hasil Survei indikator rumah tangga yang dikeluarkan pada tahun 2014 oleh Puslitbang Penyelenggara Pos dan Informatika (PPI) Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika didapatkan data sebaran individu pengguna smartphone tertinggi pada kelompok usia produktif Indonesia yaitu usia 16-25 tahun dengan persentase sebesar 84,82 %. Kemudian dilakukan pengakategorian usia menggunakan rumus standart deviasi sehingga diperoleh kategori remaja awal yakni dibawah 19 tahun, remaja lanjut 19-22 tahun, dan remaja akhir diatas 22 tahun. Berdasarkan Tabel 10 jumlah responden yang berusia kurang dari 19 tahun sebesar 54,0 persen dari jumlah responden, jumlah responden yang berusia 19-22 tahun sebesar 28,0 persen dari jumlah responden, sedangkan jumlah responden yang berusia diatas 22 tahun sebesar 18,0 persen dari jumlah responden. Artinya mayoritas responden yang dipilih secara acak dari kerangka sampling sebanyak 50 orang untuk mewakili populasi yang berusia dibawah 19 tahun.

Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia 2016

No Usia Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 < 19 tahun 27 54.0

2 19-22 tahun 14 28.0

3 > 22 tahun 9 18.0

Jumlah 50 100.0

Sumber: Hasil olah data primer SPSS for windows ver. 21

Jenis Kelamin

Pada Tabel 12 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin. Responden dalam penelitian ini adalah remaja Desa Jangglengan berusia 16-25 tahun dan memiliki akses pribadi pada smartphone. Responden dalam penelitian ini sebenarnya tidak dibagi secara sengaja berdasarkan jenis kelamin. Namun jumlah responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 52,0 persen dari jumlah responden dan jumlah responden perempuan sebesar 48,0 persen dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan hasil pemilihan sampel secara acak sederhana di dapatkan responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden berjenis kelamin perempuan. Hal ini diperkuat dengan data meningkatnya jumlah populasi laki-laki pada tahun 2015 dari tahun sebelumnya dibandingkan data populasi perempuan yang mengalami penurunan tahun 2015 dari tahun sebelumnya pada kondisi demografi Desa Jangglengan.

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 2016 No Jenis Kelamin Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 26 52.00

2 Perempuan 24 48.00

Jumlah 50 100.00

Sumber: Hasil olah data primer SPSS for windows ver. 21

Status Pendidikan Terakhir

Status pendidikan responden dalam penelitian ini dibagi menjadi empat macam, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Pertama atau Sederajad, dan Perguruan Tinggi atau Sederajad. Penentuan kategori ini berdasarkan hasil suvey yang dilakukan sebelumnya. Pendidikan terakhir ini artinya jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden saat dilakukannya penelitian.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir 2016

No Jenjang Pendidikan Terakhir Jumlah Responden

(orang) Persentase (%) 1 SD 4 8.00 2 SMP 24 48.00 3 SMA 17 34.00 4 SARJANA 5 10.00 Jumlah 50 100.00

Sumber: Hasil olah data primer SPSS for windows ver. 21

Pada Tabel 13 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir. Jumlah responden yang telah menempuh jenjang pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebesar 8,0 persen dari jumlah responden, untuk jenjang pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 48,0 persen dari jumlah responden, untuk jenjang pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 34,0 persen dari jumlah responden, sedangkan untuk jenjang pendidikan terakhir Perguruan Tinggi (PT) sebesar 10,0 persen dari jumlah responden.

Pengeluaran

Pengeluaran merupakan jumlah nominal uang dalam rupiah yang dikeluarkan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Data interval yang diperoleh Kemudian dilakukan pengakategorian usia menggunakan rumus standart deviasi sehingga diperoleh kategori pengeluaran rendah yakni dibawah 868.712 rupiah, pengeluaran sedang antara 868.712-1.376.608 rupiah, dan pengeluaran tinggi diatas 1.376.608 rupiah. Pengeluaran responden selama satu bulan untuk memenuhi kebutuhan di antaranya makan dan minum diluar rumah, biaya transportasi, bermain (karaoke, nonton, hiburan dll), belanja kebutuhan

pribadi (bedak, minyak wangi, lotion dll), arisan, membeli pulsa atau paket data, dan kebutuhan lain diluar hal yang sudah disebutkan.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengeluaran selama satu bulan 2016

No Pengeluaran (perbulan) Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 < 868.712 rupiah 21 42.00

2 868.712-1.376.608 rupiah 15 30.00

3 > 1.376.608 rupiah 14 28.00

Jumlah 50 100.00

Sumber: Hasil olah data primer SPSS for windows ver. 21

Pada Tabel 14 menunjukkan jumlah dan persentase responden berdasarkan pengeluaran selama satu bulan. Jumlah responden yang memiliki pengeluaran bulanan kurang dari 868.712,00 sebesar 42,0 persen dari jumlah responden, jumlah responden yang memiliki pengeluaran bulanan antara 868.712,00-1.376.608,00 sebesar 30,0 persen dari jumlah responden, sedangkan responden yang memiliki pengeluaran bulanan diatas 1.376.608,00 sebesar 28,0 persen dari jumlah responden.

Media Massa

Penggunaan media massa oleh responden menunjukkan bahwa responden juga menggunakan media massaseperti televisi, radio, koran, dan majalah. Walau dengan intensi waktu yang lebih kecil dari pada menggunakan smartphone. Media massa yang juga digunakan oleh responden di antaranya adalah televisi, radio, majalah, dan koran. Penggunaan media oleh responden dilihat selama satu minggu atau dalam waktu 7 hari terakhir berapa kali responden menggunakan.

Gambar 3 Sebaran jumlah responden berdasarkan penggunaan media massa

0 0 6 2 0 1 0 41 11 14 8 2 0 2 0 13 24 11 9 4 0 0 0 2 35 7 4 3 0 1 0 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari

Jum lah R es ponden (or ang ) Waktu (hari)

Pada Gambar 3 menunjukkan jumlah dan waktu responden menggunakan media massa seperti televisi, radio, majalah, dan koran. Media massa yang tidak pernah digunakan oleh responden adalah majalah, dari 50 orang responden ternyata sebesar 35 di antaranya tidak membaca atau menggunakan majalah tersebut dalam 7 hari belakangan. Kemudian media berikutnya yang menduduki posisi paling rendah kedua tidak pernah digunakan oleh responden adalah koran, dari 50 orang responden 24 orang di antaranya tidak membaca atau menggunakan media koran dalam 7 hari belakangan ini. Media berikutnya adalah radio, grafik menunjukkan bahwa 11 orang dari jumlah keseluruhan jumlah responden menyatakan tidak pernah mendengarkan atau menggunakan radio dalam 7 hari belakangan ini. Namun ternyata untuk media radio sejumlah 13 orang responden menyatakan bahwa dalam 7 hari penuh mendengarkan dan menggunakan media tersebut.

Penduduk Desa Jangglengan ternyata memiliki daya tarik yang rendah terhadap media berupa majalah dan koran, hal ini didukung oleh sulitnya akses majalah dan koran di desa tersebut. Media yang pertama kali masuk dan mudah diterima oleh masyarakat saat ini adalah televisi, hampir semua kalangan dengan tingkatan usia yanga berbeda mudah dalam mengakses media televisi. Berdasarkan hasil observasi lapang juga menunjukkan bahwa pada masing-masing keluarga petani di Desa Jangglengan ternyata hampir semua memiliki televisi, dari televisi yang masih berbentuk tiga dimensi hingga televisi dengan tampilan modern seperti saat ini. Mayoritas penduduk Desa Jangglengan mengganggap televisi sebagai media utama dalam memperoleh informasi dan hiburan. Televisi masih merupakan media yang cukup memberikan pengaruh besar pada perilaku dan perubahan bagi penduduk Desa Jangglengan.

Orangtua jika ditanya lebih suka melihat anaknya menggunakan media televisi atau smartphone tentu akan memilih menggunakan televisi. Karena dalam menggunakan televisi orangtua dapat berperan untuk mengawasi apa yang ditonton anak sedangkan jika menggunakan smartphone pribadi tentu ada orangtua yang masih kurang memahami cara penggunaan smartphone sehingga pengawasan dalam penggunaan media tersebut terbilang rendah. Cara yang paling efektif bagi orangtua mengawasi anak dalam menggunakan smartphone adalah dengan mengurangi penggunaannya dan lebih dekat dengan anak dalam setiap kesempatan.

“Saya sih ndak larang anak saya pake hp mbak, cuma ya biasanya saya juga nyuruh buat liat tv bareng saya. Soale kalo maen hp sendiri itu sibuk sendiri dan ndak bisa ngrewangi yang lainnya. Kadang kan orangtua seneng toh kalo ada temene liat tv, jadi saya memang lebih suka anak saya liat tv sama saya dan cerita sama saya apa yang ada di tv kalo malem-malem di depan bareng gitu di depan TV dari pada maenan hp terus. Kadang ya saya suka marahi dia, wong cekakak cekikik dhewe koyo’ wong edan haha...” (Pak YDM, 41 tahun)

Menjelaskan ungkapan Bapak YDM yang mengatakan bahwa tidak melaran anaknya untuk menggunakan smartphone namun Bapak YDM juga menginginkan anaknya untuk bisa menonton TV bersama karena apabila tidak sesekali ditegur terkadang melalikan hal lain atau tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya karena tengah asik dengan smartphone yang dimilikinya. Bapak YDM sering

melihat anaknya tertawa sendiri layaknya orang gila. Pernyataan Bapak YDM juga diperkuat oleh pernyataan salah satu responden yang menyatakan:

“Saya masih seneng ii mbak liat TV soale acarane bagus-bagus. Setiap sinetron bagus dan lagi banyak diomongin sama temen-temen saya pastine liat. Belum ada yang bisa gantiin TV mbak, kalo HP kan paling yo gor ngono kuwi sing iso di ndelok. TV kan okeh toh yu, ra iso mbosen aku. Opo sing ng HP yo biasane ono’ ng TV misale berita ngono. Mamahku yo luwih sweneng ndelok aku ng ngarep TV daripada ng ngarepan omah maenan HP wae. Ora ngelarang aku gae HP. Aku yo karo masku sering bar belajar dikongkon ndelok TV bareng karo ayah pisan, biasane bengi” (NBL, 16 tahun)

Ungkapan salah satu responden yaitu NBL mengatakan bahwa TV masih menyenangkan dengan program acara yang menarik karena sering menjadi bahan perbincangan di sekolah. Menurut NBL sejauh ini masih belum ada yang dapat menggantikan TV karen adanya smartphone lebih banyak digunakan oleh individu tapi kalau TV bisa ditonton bersama dan tidak membosankan. Apa yang terdapat di

smartphone terkadang juga muncul di TV. NBL juga menyatakan bahwa orangtuanya lebih suka melihatnya menonton TV dari pada menggunakan

smartphone walau pada dasarnya orangtua NBL tidak melarangnya menggunakan

smartphone. NBL juga sering diminta oleh orangtuanya untuk menonton TV bersama terutama saat malam hari.

Aplikasi Smartphone

Berbagai aplikasi dapat digunakan oleh responden melalui smartphone

dengan cara mengunduh aplikasi tersebut. Aplikasi ini juga merupakan alasan responden untuk berlama-lama menggunakan smartphone. Hasil olah data primer dari 50 responden yang telah ditunjukkan pada grafik batang menjelaskan bahwa aplikasi yang telah diunduh oleh responden di antaranya adalah Blackberry Messanger (BBM), facebook, line, instagram, aplikasi pencarian sepeti google, whattsapp, email, path, dan twitter. Aplikasi yang paling sering digunakan oleh responden adalah Blackberry Messanger (BBM). Aplikasi kedua yang sering digunakan adalah facebook kemudian line, instagram, google, whattsapp, email, path, dan aplikasi terakhir yang sering digunakan dari sembilan aplikasi tersebut adalah twitter. Twitter juga merupakan aplikasi yang hanya beberapa responden saja yang memilikinya atau aktif menggunakannya. Seperti ungkapan dari SPT berikut:

“Biasanya kalo nggak ada kerjaan ya buka timeline line atau liat updatean orang di facebook sih, emang nggak ada gunae cuma ya biar gak bosen. Kalo paketane habis ya hp jarang dipake paling cuma buat sms atau mau telpon temen, jarang sih mbak sampe ndak paketan lama gitu. Aku nggak bisa lama-lama gak paketan soale bisa ketinggalan info dari temen-temen dan nggak enak juga kalo nggak paketan toh...” (SPT, 21 tahun)

Gambar 4 Jumlah penggunaan aplikasi pada smartphone responden Gambar 4 menunjukkan jumlah aplikasi yang digunakan responden. Sebesar 92,0 persen dari jumlah keseluruhan responden menyatakan memiliki BBM dan aktif menggunakannya. Aplikasi lain kedua sering digunakan oleh responden adalah Facebook, aplikasi ini sudah lama digunakan oleh rata-rata responden dan cukup akrab kehadirannya di kalangan penduduk desa. Namun kini sudah berkurang penggunaannya dan menduduki posisi kedua setelah BBM karena dirasa rumit untuk cepat dalam berkomunikasi atau mengetahui kabar sanak saudara dan teman. Responden sudah tidak asing dengan berbagai aplikasi yang ada saat ini terutama aplikasi sosial media dan aplikasi pencarian. Facebook merupakan aplikasi kedua yang dimiliki dan sering digunakan oleh responden. Hal ini dibuktikan dari grafik batang bahwa sebesar 66,0 persen dari jumlah responden memiliki facebook dan aktif menggunakannya.

“BBM itu paling banyak mbak digunakan soale kan dulu sebelum adanya andoid ada HP namanya Blackberry itu toh, nah sebelum adanya android yang sebutane smartphone sekarang ini HP BB itu dulu ngetrend. Soale itu paling gambang ngajari orangtua gitu buat ikuti zaman. Sekarang aja anak muda kalo lagi ngetik di smartphonenya sama orangtua mesti dipikir lagi BBM an padahal bisa aja toh lagi buka aplikasi lain seperti line atau aplikasi lainnya, ya soale itu kenalnya itu sama HP BB dulu...” (Pak STY, 38 tahun)

Aplikasi berikutnya yang sering digunakan oleh responden adalah line. Line merupakan aplikasi baru bagi remaja di Desa Jangglengan namun dengan kemudahan yang diberikan line membuat aplikasi ini menjadi aplikasi ketiga yang banyak dimiliki dan responden aktif dalam menggunakannya. Sebanyak 19 orang atau 33 persen dari jumlah responden memiliki aplikasi ini dan aktif menggunakannya, termasuk aplikasi intagram yang kini sudah mulai digunakan secara aktif oleh penduduk Desa Jangglengan. Hal itu sesuai dengan pernyataan salah satu responden yang juga menjelaskan alasan mengunduh aplikasi tersebut:

46 33 19 15 13 12 11 7 7 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

BBM Facebook Line Instagram Google Whatapp Email Path Twitter

Jum lah R es ponden (or ang ) Nama Aplikasi

“Aku lagi’ nginstall line, soale kan ono’ grup pangudi lestari ng line. Koncoku uwakeh sing duwe mbak dadi aku yo melu ben ra ketinggalan. Awale aku raiso ngunake, soale gur duwe BBM mbak tapi saiki wes iso. Sing sering tak nggo yo mesti BBM soale jik uwokeh konco sing aktif ng BBM, bar kuwi facebook, line, instagram yo paling kuwi mbak. Facebook kan saiki iso gawe dodolan lan tumbas. Sering buka sih sering sisan update, instagram yo paling gawe upload foto, kadang yo aku lali buka saben dino mbak. Gur gawe duwe koyo kocoku, sajane ra mbutuh” (PTR, 18 tahun)

Menjelaskan ungkapan salah satu responden yaitu PTR yang mengatakan bahwa PTR baru mengunduh aplikasi bernama line. Hal itu dilakukan karena sudah ada grup chat karang taruna melalui aplikasi line. Teman-temannya sudah banyak yang memiliki sehingga hal tersebut dilakukannya agar tidak ketinggalan jaman. Pada awalnya PTR tidak dapat menjalankan aplikasi tersebut karena aplikasi pertama yang ia miliki adalah BBM. Setelah itu teman-teman PTR banyak yang menggunakan aplikasi seperti facebook, line, instagram. Menurutnya fungsi facebook saat ini biasanya untuk forum jual beli, instagram untuk berbagi foto. PTR juga mengaku sering lupa membuka aplikasi lain yang baru diunduhnya karena sebenarnya ia mengunduh aplikasi tersebut karena teman-temannya juga memiliki bukan karena kebutuhan yang mendesak.

Jumlah responden yang memiliki aplikasi dan aktif menggunakan aplikasi instagram ini adalah 15 orang atau 30 persen dari jumlah responden, untuk aplikasi google sebanyak 13 orang atau 26 persen dari jumlah responden, untuk aplikasi whatsapp sebanyak 12 orang atau 24 persen dari jumlah responden, untuk aplikasi email sebanyak 11 responden atau 22 persen dari jumlah responden, untuk dua aplikasi lainnya yakni path dan twitter masing-masing sebanyak 7 responden atau 14 persen dari jumlah responden. Artinya kepemilikan aplikasi pada remaja di Desa Jangglengan sangat tinggi pada aplikasi BBM, karena 46 orang dari jumlah responden memiliki dan menunjuk BBM sebagai aplikasi yang sering digunakan. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah aplikasi 2016

No Jumlah Aplikasi Jumlah Responden (orang) Persentase (%)

1 1-3 27 54.0

2 4-6 14 28.0

3 7-9 9 18.0

Jumlah 50 100.0

Sumber: Hasil olah data primer SPSS for windows ver. 21

Pada Tabel 15 menunjukkan jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jumlah aplikasi yang dimiliki dalam smartphone. Pengkategorian kata ini diperoleh dari jumlah aplikasi yang ditanyakan kepada responden, jumlah aplikasi didapat dari hasil prasurvey sebelumnya. Seperti yang telah dipaparkan diatas terdapat sembilan aplikasi yang ditanyakan kepada responden. Mayoritas aplikasi tersebut adalah aplikasi sosial media karena aplikasi lainnya ternyata tidak dimiliki oleh responden. Tabel 15 menunjukkan bahwa dari jumlah responden berdasarkan jumlah aplikasi yang dimiliki dalam smartphone, ternyata sebanyak

54,0 persen responden memiliki aplikasi sebanyak 1 sampai 3 aplikasi. Responden yang memiliki aplikasi sebanyak 4 sampai 6 berjumlah sebanyak 28,0 persen dari jumlah responden, sedangkan untuk jumlah aplikasi sebanyak 7 sampai 9 sebanyak 18,0 persen dari jumlah responden.

Kepemilikan jumlah aplikasi dalam smartphone responden ternyata dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor lingkungan termasuk teman dan faktor kapasitas memori smartphone yang dimiliki untuk mengunduh aplikasi tersebut. Faktor lingkungan terutama teman memiliki pengaruh yang kuat bagi responden, teman mampu menggambarkan image seseorang jika ia mengikuti apa yang saat ini di lingkungan sedang berkembang. Misalnya saja dikalangan remaja saat ini menggunakan line untuk mempermudah komunikasi dalam kelompok kelas tertentu, namun ada beberapa remaja yang ternyata tidak dapat akses terhadap aplikasi tersebut karena beberapa faktor maka dengan mudah lingkungan tersebut akan dapat memberikan gambaran seperti apa remaja yang memiliki kesulitan pada akses terhadap aplikasi tersebut. Hal yang biasa terjadi akibat tidak memiliki aplikasi yang sedang marak digunakan adalah olokan, walau sebagian remaja menganggap itu bentuk bercanda untuk diabaikan namun sebagian remaja lainnya merasa untuk memiliki smartphone dengan kapasitas yang lebih besar agar dapat mengunduh aplikasi. Hal tersebut dinyatakan jelas oleh salah satu responden:

“...ya pengen mbak punya line sama aplikasi lainnya tapi ya HP kayak begini, memorine nggak cukup buat download jadi yowes nggak aku paksa. Tapi yo kadang aku pengen juga soale kan di sekolah aku ada grup line gitu mbak, ada grup kelas. Informasi atau aktife anak-anak ya di grup itu jadi seru gitu mbak. Pengen yo pengen tapi mau gimana lagi kalo HP ne kayak gini hahaha. Aku wes nabung gawe tuku HP anyar mbak, jadi nanti HP ini tak jual dan ditambah uang tabunganku. Mau minta sama orangtua yo juga kasian mbak ndak ada uang dadi akune maksa awak dewe nabung. (PTR, 18 tahun)