• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SPIRITUALITAS GEMBALA BAIK BAGI PENDAMPINGAN

A. Spiritualitas Gembala Baik

4. Gambaran Seorang Gembala Baik Berdasarkan Alkitab

Dalam Alkitab ada beberapa perikop yang menggambarkan tentang bagaimana seorang gembala yang baik itu, seperti Surat kepada Orang Ibrani (Ibr 13:20) atau Surat Pertama Rasul Petrus (1 Ptr 2:25; 1 Ptr 5:2-5). Namun yang secara jelas membahas tentang Gembala yang baik ialah Kitab Mazmur (Mzm

23:1-6), Kitab Yehezkiel (Yeh 34: 1-31) dan Injil Yohanes (Yoh 10:1-18). Di bawah ini, penulis menjelaskan gambaran Gembala yang baik berdasarkan: a. Kitab Mazmur (Mzm 23:1-6)

Mazmur ini merupakan sebuah Mazmur yang paling disukai dalam Kitab Mazmur, sejalan dengan yang disampaikan oleh Towns (2002: 7), yang mengatakan

Mazmur 23 jelas merupakan salah satu bagian Alkitab yang paling disenangi karena bagian tersebut telah melekat dalam hati dan pikiran kita. Kita sering mendengarnya dibacakan di saat pemakaman, baptisan dan pelayanan-pelayanan keagamaan lainnya. Banyak orang bisa mengucapkannya kata demi kata, sementara banyak yang lain (di dalam dan di luar Gereja) yang tidak menghafalkannya tetapi mengenalinya ketika mereka mendengarnya.

Mazmur ini berisi tentang ungkapan kepercayaan pemazmur sebagai domba yang digembalakan oleh gembala yang baik. Pada perikop ini, pemazmur menggambarkan Tuhan (Yahwe) sebagai seorang gembala, sebutan yang sangat lazim digunakan bagi dewa atau raja di dunia Timur Kuno terutama oleh bangsa Yahudi (Bergant dan Karris, 2002: 434). Sebutan ini mengungkapkan perhatian dan pimpinan Tuhan (Yahwe) kepada umat Israel saat lepas dari perbudakan di Mesir, serta perlindungan selama 40 tahun di padang gurun. Selama 40 tahun, walaupun harus mengembara di padang gurun, bangsa Israel tidak merasakan kelaparan maupun kehausan karena Tuhan (Yahwe) telah menyediakan semuanya.

Bagi pemazmur, di dalam Allah hidupnya menjadi terjamin, sejahtera, selamat dan tidak kekurangan sesuatupun, bahkan sampai pada soal makanan dan minuman (Heryatno, 2008a: 120). Tuhan yang sangat setia dan penuh dengan kasih akan memenuhi segala yang dibutuhkan oleh domba-Nya. Pemazmur merasa sangat yakin akan pimpinan ilahi sebagai gembala, meskipun harus

melalui perjalanan yang sulit (lembah kekelaman) karena ia dalam lindungan Tuhan (Mzm 23:4a). Tongkat dan gada Sang Gembala selalu teracung untuk melindungi kawanannya (Mzm 23:4b). Tongkat dan gada merupakan lambang dari kekuatan Allah sendiri yang mampu memberikan sebuah kepastian dan penghiburan bagi kawanannya dalam masa sulit.

Bagi pemazmur, Tuhan (Yahwe) sebagai gembala adalah segalanya. Ia adalah pelindungnya, pemeliharanya, tuannya, damai sejahteranya, penyembuhnya, kebenarannya, hadirat ilahi, pahlawannya, pembela, penghibur dan kekekalannya. Tanpa sang gembala maka domba akan kehilangan segalanya. Pendek kata, kesejahteraan kawanan domba bergantung sepenuhnya kepada pemilik yang memeliharanya (Keller, 2004: 29).

b. Kitab Yehezkiel (Yeh 34:1-31)

Dalam perikop ini, pembahasan tentang seorang gembala dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu; pengantar (Yeh 34:1-2), peringatan kepada gembala yang lalai (Yeh 34:7-10), Allah digambarkan sebagai gembala yang baik (Yeh 34:11-16), Allah sebagai Hakim yang adil atas domba-domba (Yeh 34:17-21), gambaran pemenuhan janji Allah (Yeh 34:22-29) dan penutup sebagai penegasan atas kekuasaan Allah sebagai penguasa Israel (Yeh 34:30-31).

Bagian pertama (Yeh 34:1-2), yaitu pengantar menceritakan tentang Allah (Yahwe) yang bersabda kepada Nabi Yehezkiel untuk mengatakan pada para gembala masa lalu yang telah gagal dalam memikul tanggung jawab atas kawanan-Nya (Bergant dan Karris, 2002: 607). Para gembala masa lalu dalam hal ini adalah para pemimpin bangsa Yahudi yang telah berkhianat dari Yahwe.

Berkhianat dalam hal ini berarti penyembahan kepada berhala saat mereka berada di pembuangan Babel (Bergant dan Karris, 2002: 595). Allah (Yahwe) memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk menceritakan tentang apa saja yang dilakukan oleh para gembala masa lalu (Yeh 34:2-4) dan apa yang saja yang terjadi pada kawanan domba gembalaannya (Yeh 34:5-6). Selain itu juga, Allah (Yahwe) memerintah Nabi Yehezkiel untuk memberitahu akhir dari gembala-gembala tersebut karena mereka telah gagal memikul tanggung jawab mereka atas kawanan-Nya.

Bagian kedua adalah teguran Allah kepada para gembala yang lalai (Yeh 34:7-10). Allah menegur mereka yang telah gagal menggembalakan kawanannya dan akan mengambil alih tugas kegembalaannya. Alasan mengapa Allah mengambil alih tugas tersebut karena domba milik-Nya menjadi mangsa dan makanan binatang di hutan serta para gembala menggembalakan dirinya sendiri (Yeh 34:8-9). Padahal tugas utama para gembala adalah menggembalakan kawanan domba milik-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan (Yahwe) menegur mereka dengan menyebutkan semua kesalahan para gembala melalui Nabi Yehezkiel.

Bagian ketiga berisi tentang gambaran Allah sebagai Gembala Baik (Yeh 34:11-16). Gembala yang baik selalu memperhatikan kawanan-Nya (Yeh 34:11), mencari yang hilang (Yeh 34:12a), membawa mereka keluar dari kegelapan (Yeh 34:12b), mengumpulkan mereka dari segala penjuru negeri dan mengembalikan ke tanah airnya (Yeh 34:13), serta memberikan segala yang terbaik bagi kawanan-Nya (Yeh 34:14). Ia akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya mereka digembalakan (Yeh 34:16). Di bagian yang menjadi inti dari perikop ini,

bagian yang menggambarkan bagaimana gambaran seorang gembala baik yang pantas dan sesuai untuk melayani dan membimbing umat Allah sendiri.

Bagian keempat berisi tentang Allah sebagai hakim atas kawanan domba-Nya (Yeh 34:17-21). Pada awalnya, Allah menyapa kawanan domba-Nya dengan mengatakan bahwa Ia akan menjadi hakim atas mereka. Ia akan menjadi hakim antara domba dengan domba dan domba dengan kambing (Yeh 34:17). Allah sendiri yang akan membuka penghakiman terhadap domba-domba yang menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan mengatakan bahwa yang mementingkan dirinya sendiri akan dihukum dan Allah sendiri yang akan menghakimi mereka (Yeh 34:19;22).

Bagian kelima berisi tentang gambaran akan pemenuhan janji Allah (Yeh 34:23-29). Ia akan menjadi pemimpin atas kawanan-Nya namun juga mengangkat seseorang yang menjadi wakil atasnya. Orang tersebut adalah keturunan Daud sendiri, gembala manusia dan seorang Mesias dari keturunan Daud. Dalam pemerintahan Mesias tersebut, digambarkan bagaimana suasana negeri yang dipimpin oleh orang tersebut. Suasana negeri yang tenteram, damai dan bebas dari segala bahaya. Setiap orang dapat hidup dengan tenang dan berdampingan satu dengan yang lainnya. Allah akan memberikan berkat dan kelimpahan yang besar atas umat-Nya serta Allah menjanjikan sebuah negeri bagi umat-Nya. Kemudian perikop ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah, Yahwe, akan selalu menyertai mereka karena mereka adalah umat-Nya (Yeh 34:30). Ia menegaskan bahwa Israel adalah kawanan domba milik-Nya dan Ia adalah Allah mereka (Yeh 34:31).

c. Injil Yohanes (Yoh 10:1-18)

Dalam perikop ini, yang menjadi penekanan ialah gambaran gembala yang baik ada dalam pribadi Yesus sendiri. Yesus digambarkan sebagai Sang Gembala Baik yang memberikan nyawa-Nya, mengenal kawanan-Nya serta mau merangkul domba yang tersesat. Di bawah ini, penulis memberikan penjelasan tentang gambaran Yesus sebagai Sang Gembala Baik menurut injil Yohanes

1) Yesus selalu memimpin di depan kawanan dan kawanan mengikuti Dia (Yoh 10:4)

Seorang gembala yang baik selalu berjalan di depan kawanannya dan menuntun mereka ke padang rumput dan sumber air yang segar (D‟Souza, 2007: 31). Di Palestina, gembala tidak menggiring domba dari belakang. Gembala berjalan di depan, sedang domba-domba mengikutinya dari belakang (St.Darmawijaya, 1987: 122). Biasanya seorang gembala memanggil kawanannya dengan siulan tertentu atau seruan khusus dan dengan sendirinya kawanan domba mengikuti suara atau siulan tersebut. Kawanan domba sangat mengenal suara gembalanya dan jika ada domba yang kurang memperhatikan, acungan tongkat gembala akan menyadarkan domba tersebut.

Begitu pun gambaran seorang gembala dalam diri Yesus, Ia selalu berjalan di depan kawanan dan kawanan selalu mengikuti diri-Nya. Yesus tidak menuntun kawanan-Nya dari belakang namun ia selalu berjalan di depan kawanan untuk menunjukkan jalan yang benar. Yesus selalu mengingatkan kawanan-Nya, ketika kawanan melupakan diri-Nya. Ketika diri-Nya memanggil, kawanan-Nya tahu kalau itu adalah suara milik-Nya.

2) Yesus adalah pintu dan orang yang tidak masuk melewati Dia adalah pencuri (Yoh 10:7-8)

Hal ini tidak dapat diartikan secara harafiah sebagai sebuah pintu, namun sebagai batas antara luar kandang dengan dalam kandang. Karena pada jaman Yesus, tidak ada sebuah pintu yang membatasi antara dalam kandang dengan luar kandang dan bentuk kandang domba hanya sebuah ladang luas yang dipagari dengan batu yang dibuat oleh gembala sendiri atau berada dalam gua-gua yang ada di tengah padang gurun.

Biasanya seorang gembala selalu berjaga dan tidur di depan kandang untuk menjaga kawanannya, sehingga domba aman dari para pencuri atau binatang liar. Oleh sebab itu, dapat digambarkan bahwa Yesus sebagai batas (pintu) antara bagian luar dengan dalam dan bagi yang tidak masuk melewati dirinya (pintu) adalah seorang pencuri. Hal ini pun, memberikan rasa aman dan tenang bagi kawanan domba, karena sang gembala selalu berjaga di dekat mereka.

3) Yesus adalah pintu dan orang yang melewati Dia sampai pada keselamatan Allah (Yoh 10:9)

Biasanya pada masa dahulu, jika domba-domba ingin masuk atau keluar ke kandang, mereka harus melewati gembala yang telah bersiap dengan gada atau tongkat di depan pintu, untuk menghitung apakah kawanannya telah terkumpul semua atau belum. Dari pernyataan inilah, diartikan bahwa siapa yang melewati Yesus (pintu) akan mendapatkan keselamatan (kandang) dan yang mendapatkannya tentu saja adalah kawanan domba-Nya (umat-Nya).

Selain itu juga, biasanya seorang gembala selalu membukakan pintu bagi kawanannya saat akan masuk ke padang rumput yang baru. Jika hal itu terjadi,

kawanan domba akan segera berdiri dan berlari berdesakan menuju ke pintu, karena mereka tahu bahwa mereka akan dibawa kepada padang rumput yang lebih segar, subur dan menenteramkan mereka. Pada saat itu, perasaan bahagia luar biasa akan dirasakan oleh seluruh anggota kawanan. Perasaan di mana mereka selalu merasa bahagia saat bersama sang gembala.

4) Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya (Yoh 10:11)

Sebagai seorang gembala, Yesus rela memberikan nyawa bagi kawanan-Nya. Ia memberikan diri-Nya dengan benar-benar total, karena domba-domba (pengikut-Nya) hanya percaya kepada-Nya saja. Bagi domba, sang gembala adalah pemimpin yang dapat memberikan kebahagian dan kesejahteraan sejati. Bukti nyata atas totalitas Yesus dalam mencintai pengikut-Nya (domba) ditunjukkan dengan kematian-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya, serta selalu menyertai mereka hingga akhir jaman.

5) Yesus mengenal dan dikenal kawanan-Nya (Yoh 10: 14)

Maksudnya ialah seorang gembala mengenal siapa yang dia gembalakan dan dikenal oleh mereka yang dia gembalai. Hubungan antara gembala dengan kawanan, bahkan dengan setiap domba, amat akrab. Mereka mengenal satu per satu, bahkan sering memberi nama pada mereka (St.Darmawijaya, 1987: 122). Gembala mengenal bagaimana pribadi dari domba gembalaannya, kekurangan yang dimiliknya, kelebihan yang ada padanya dan bagaimana cara mendekatinya. Seorang gembala tahu akan hal ini dan inilah yang menjadi inti kedekatannya dengan domba milikinya.

Begitu juga dengan domba, mengenal suara pemiliknya, bukan berarti hanya sekedar tahu, tetapi memiliki hubungan yang akrab dan dekat dengan pemiliknya. Mereka tidak akan pernah jauh dari gembalanya dan selalu berada di samping gembalanya. Jika gembala miliknya memanggil dirinya, ia akan segera meloncat dan berlari ke arah suara tersebut. Domba memang binatang yang bodoh dan mudah tersesat tetapi mereka mempunyai sebuah kelebihan yaitu mampu mengenali suara dari gembalanya. Biasanya domba-domba dewasalah yang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Sedangkan domba-domba yang belum dewasa kurang mampu mengenali suara gembalanya dengan baik. Anak-anak domba yang masih muda mengikuti domba yang telah dewasa untuk bisa mengenali suara gembala mereka. Ketika gembala memanggil maka domba-domba yang dewasa akan mengenali suara tersebut, lalu domba-domba-domba-domba yang lebih muda akan mengikuti mereka. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa mengenali suara bukan berarti hanya sekedar mengenal saja, namun mengenal keseluruhan pribadi dari setiap anggota serta mengasihinya.

6) Yesus mengenal dan dikenal oleh Bapa (Yoh 10:15)

Seorang gembala pun harus mengenal Tuhan (Bapa), mempunyai hubungan yang erat dan akrab dengan Tuhan. Sebab sumber kekuatan seorang gembala adalah kepercayaan dan doa kepada Tuhan. Segala tindakan yang dilakukan oleh sang gembala harus mengandalkan Tuhan.

7) Yesus mau menerima domba-domba yang tersesat menjadi satu kawanan (Yoh 10:16)

Sebagai seorang gembala, ia harus terbuka dan mau menerima domba-domba yang tersesat dan menjadikannya satu kawanan dengan miliknya. Ia tidak boleh menelantarkan domba lain yang tersesat, namun ia harus merangkul, menggendong dan menjadikan domba tersebut milik kepunyaannya sendiri.