• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN PERSONAL DI

A. Gambaran Umum Tentang SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta

SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta merupakan pengembangan karya dari Yayasan Dena Upakara Wonosobo yang dikelola oleh suster-suster PMY yang terdapat di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan, Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu anak-anak tunarungu-wicara, tunarungu-netra dan tunarungu-low vision.

1. Sejarah Singkat Berdirinya SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta

Kehadiran anak berkebutuhan khusus ganda di tengah keluarga bukanlah aib bagi keluarga melainkan merupakan sebuah batu ujian cinta kasih bagi keluarga itu (http://www.jogjakota.go.id/). Begitu pula kehadiran anak berkebutuhan khusus di masyarakat bukanlah beban melainkan sebuah tantangan bagi para suster dari tarekat PMY.

Oleh sebab itu, para suster dari tarekat PMY, pendiri Yayasan Dena Upakara, terketuk untuk mengembangkan sayapnya dengan membuka cabang yang lebih sulit, yaitu: sekolah yang mendidik anak-anak cacat ganda buta-tuli dan anak-anak yang menderita multiple handicapped lainnya. Cabang ini diberi nama SLB/G A-B Helen Keller, yang didirikan pada tahun 1995 dan asrama pada tahun 1997

untuk membantu anak-anak cacat di Yogyakarta. Nama SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia diambil dari sejarah anak yang menderita buta-tuli asal Amerika, yaitu Hellen Keller, yang berhasil memperoleh gelar kesarjanaan di bidang ilmu bahasa dan menjadi penulis berkat ketekunannya, di bawah bimbingan gurunya, Anne Sulievan, yang juga menderita low-vision.

Sebelumnya, sekolah ini telah ada, namun gedung sekolah dan asrama belum ada. Yayasan masih menyewa sebuah rumah penduduk yang berada di sekitar daerah Sleman. Setelah melihat perkembangan dan semakin banyaknya anak yang bersekolah, yayasan memutuskan untuk mencari tempat baru, yaitu berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan.

Bangunan sekolah dan asrama SLB/G A-B Hellen Keller yang baru diresmikan oleh Asisten Fasilitas dan Investasi Sekda Prop DIY, Dra. Suhartuti Soetopo mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, pada hari Kamis, 14 Februari 2008, ditandai dengan penandatangan prasasti. Bangunan sekolah yang menghabiskan Rp 2,1 miliar, yang berdiri di atas tanah seluas 1.139 meter persegi dan berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan Yogyakarta ini, merupakan pengembangan dari SLB Dena Upakara yang mendidik anak tunarungu di Wonosobo, Jawa Tengah.

Selama ini tarekat PMY telah memiliki pengalaman selama 70 tahun mengelola pendidikan bagi penyandang cacat tunarungu di Wonosobo. Pendirian SLB/G A-B Hellen Keller di Yogyakarta ini merupakan pengembangan pendidikan untuk penyandang tunaganda: tunarungu-tunanetra, tunarungu-low vision dan tunarungu-tunawicara. Pemilihan lokasi di Yogyakarta

dipertimbangkan dari banyaknya perguruan tinggi yang memiliki program Pengabdian kepada Masyarakat, dan akan dikembangkan kerjasama dengan PT (Perguruan Tinggi) untuk pengembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus ganda tersebut. Selain itu, sekolah SLB/G A-B Hellen Keller ini mendapatkan banyak dukungan dana dari berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri (http://www.jogjakota.go.id/).

2. Visi, Misi dan Tujuan SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia

Dalam mendidik dan mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah memiliki visi, misi dan tujuan, sebagai berikut;

a. Visi Sekolah

Berdasarkan nilai-nilai Kristiani, SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia mengaktualisasikan Kerajaan Allah dalam pelayanan cinta kasih kepada sesama yang miskin dan lemah khususnya kepada yang tunarungu-netra.

b. Misi Sekolah

1) SLB/G A-B Hellen Keller Indonesia siap sedia menanggapi kebutuhan aktual Gereja dan masyarakat dalam pelayanan pendidikan bagi anak tunarungu-netra secara profesional dan dalam suasana kekeluargaan.

2) Meningkatkan martabat anak tunarungu-netra seperti manusia lain sehingga mampu berkembang secara utuh dan hidup secara mandiri.

3) Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi secara formal dan informal dengan semua pihak terkait untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak tunarungu-netra.

c. Tujuan Sekolah

1) Meningkatkan martabat anak tunarungu ganda atau anak tunarungu-netra seperti manusia lain sehingga mampu berkembang secara utuh dan hidup secara mandiri.

2) Meningkatkan dan mengembangkan potensi komunikasi anak tunarungu-netra secara optimal, sehingga anak tunarungu-netra mampu menangkap informasi dari orang lain. Dengan demikian dunia anak tunarungu-netra semakin diperluas.

3. Gambaran Singkat SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta

Bagian ini akan membahas secara singkat tentang gambaran SLB/G A-B Hellen Keller, yaitu lingkungan fisik, fasilitas, administrasi dan struktur organisasi yang dimiliki sekolah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini:

a. Lingkungan fisik

SLB/G A-B Hellen Keller, yang berada di atas tanah seluas 1.139 meter persegi dan berlokasi di Jl RE Martadinata 88 A Wirobrajan dengan dua lantai ini, berada di lingkungan kota yang cukup strategis dan dapat dijangkau dengan bis atau angkutan umum dari tengah kota tetapi kebanyakan untuk mencapai sekolah ini lebih mudah dengan menggunakan motor. Selain itu juga, sekolah dan asrama berada dalam satu kompleks, sehingga mempermudahkan siswa yang berasal dari luar kota untuk tinggal dan bersekolah di sekolah ini. Secara fisik, sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup memadai bagi kegiatan belajar mengajar, antara lain; Ruang kelas yang nyaman berjumlah 8 kelas dengan nama dari beberapa ahli, seperti Abraham Graham Bell, Anne Sulievan, Hellen Keller, Laura Bridgman, Louis Braille dan Zeegers Huls. Selain itu juga, ada beberapa ruangan

yang mendukung kegiatan belajar mengajar, seperti ruang olahraga, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang komputer, ruang doa dan ruang serbaguna (aula).

b. Fasilitas Sekolah

SLB/G A-B Hellen Keller memiliki fasilitas yang cukup memadai serta mendukung kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari dua jenis, yaitu berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan ruangan.

Fasilitas berdasarkan penggunaanya dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu fasilitas umum, fasilitas tunanetra, fasilitas tunarungu, fasilitas tunagrahita, fasilitas tunadaksa, fasilitas tunalaras dan fasilitas untuk autis. Fasilitas yang tersedia masih kurang memadai dan peralatan untuk tunadaksa serta tunalaras tidak tersedia, namun hal ini tidak menggangu dalam setiap proses belajar mengajar.

Sedangkan untuk fasilitas berdasarkan ruangan dibagi menjadi empat ruangan, yaitu ruang kantor, ruang kelas, ruang keterampilan, dan fasilitas lainnya. Sebagian besar fasilitas dalam keadaan yang cukup baik dan tidak mengalami kerusakan yang cukup berat, hanya ada beberapa kerusakan ringan. Namun fasilitas yang tersedia cukup memadai untuk proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 2.

c. Administrasi Sekolah

Tenaga administrasi di SLB/G A-B Hellen Keller adalah mereka yang secara khusus menangani bidang tata usaha, perpustakaan, keuangan, kebersihan kelas dan kompleks sekolah serta menyiapkan minum bagi para guru di sekolah ini. Tenaga administrasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller ini memang tidak

banyak. Namun mereka bekerja dengan semangat dan usaha yang tinggi dan professional di bidangnya masing-masing. Secara struktural, tenaga administrasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller ialah Yohanes Hery sebagai staf tata usaha, Antonius Eko Prabowo sebagai ketua asrama kelompok 1 dan Petrus Dwi Harjono ketua asrama kelompok 2.

d. Struktur Organisasi Sekolah

SLB/G A-B Hellen Keller memiliki struktur organisasi yang baik. Kehidupan di sekolah ini tidak dapat lepas dari naungan Yayasan Dena Upakara dan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta Dinas Dikpora DIY. Struktur organisasi yang ada di SLB/G A-B Hellen Keller bagaikan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan, meskipun setiap anggota berada dalam bidangnya masing-masing. Namun bukan berarti mereka bekerja secara sendiri-sendiri tetapi sangat diharapkan mereka dapat bekerja secara baik dan kekeluargaan.

SLB/G A-B Hellen Keller diketuai oleh Sr. Magdalena S. PMY sebagai kepala sekolah dan F. Rina Wigati S.Pd sebagai wakil kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi di SLB/G A-B Hellen Keller dapat dilihat dalam lampiran 3.

4. Metode Pendampingan Personal yang Digunakan oleh Sekolah

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaiful Bahri, 2005: 19). Dalam proses pembelajaran, metode yang digunakan oleh para pengajar di sekolah adalah metode pembelajaran

klasikal (kelompok) dan individual. Dalam proses pendampingan, metode-metode ini digunakan secara bergantian menurut kebutuhan dari masing-masing anak.

Metode pengajaran klasikal selalu digunakan saat kumpul pagi, indentifikasi diri, cerita bersama dan mendikte. Metode pendampingan klasikal ini dimaksudkan agar anak dapat bersosialisasi dengan rekan-rekannya dan mengenali satu dengan yang lain. Sedangkan metode pengajaran individual digunakan saat masing-masing anak mengerjakan tugas, menulis, bercerita, motorik halus dan motorik kasar. Metode ini digunakan dalam bentuk pengulangan kata dan pertanyaan dari pihak guru kepada setiap anak di kelas. Metode ini dimaksudkan agar menjangkau setiap anak dengan kendala, kekurangan dan kekhasan yang berbeda pada masing-masing anak. Selain itu juga mengoptimalisasi apa yang telah mereka kuasai.

Namun meskipun dalam proses pembelajaran ada dua metode yang digunakan oleh para pengajar di sekolah ini, tetapi pada kenyataannya metode pengajaran individual lebih dominan digunakan. Alasannya, dalam satu kelas setiap anak memiliki kekurangan dan kekhasan yang berbeda-beda, sehingga mereka harus ditangani secara berbeda, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pendamping.

5. Kegiatan Akademik dan Non Akademik

Dalam proses pendampingan anak, pihak sekolah memberikan banyak kegiatan, baik bidang akademik maupun non akademik. Hal ini dimaksudkan agar anak berkembang bukan hanya dalam bidang akademik saja namun juga berkembang secara non akademik, antara lainnya;

a. Kegiatan belajar mengajar secara akademik

Kegiatan belajar mengajar bidang akademik diberikan sesuai jenjang kelas masing-masing anak. Jenjang pendidikan tersebut mulai dari kelas observasi, assesment, motorik, bahasa hingga kelas keterampilan.

b. Kegiatan rohani

Kegiatan rohani yang diadakan oleh sekolah meliputi; doa pagi yang selalu dilaksanakan setiap pagi sebelum memulai pelajaran dan dipimpin oleh anak yang telah dewasa. Selain itu juga, ibadat sabda yang dilaksanakan pada setiap senin dan ibadat ekaristi setiap pembukaan dan penutupan semester.

c. Kegiatan ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah, antara lain; menari, olahraga, kesenian, kerumahtangan dan wiraswasta. Biasanya kegiatan ini diadakan pada sore hari setelah tidur siang dan snaks sore. Kegiatan diisi oleh anak-anak yang telah dewasa dan dibimbing oleh pendamping asrama, namun ada juga yang diisi oleh guru luar, misalnya kegiatan menari pada setiap hari senin jam 17.00 WIB.

d. Kegiatan ADL (Activity Daily Living)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pembiasaan yang diberikan kepada anak-anak, agar anak terbiasa melakukan tugas sehari-harinya tanpa bergantung kepada orang lain. Kegiatan ini biasa dilakukan bagi kelas yang bertugas piket pada hari tersebut dan setelah jam makan snaks.

e. Kegiatan pengembangan keterampilan siswa

Keterampilan adalah bekal yang diberikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat bertahan hidup tanpa bergantung pada orang lain. Keterampilan yang diberikan antara lain membuat pernak-pernik hiasan, keterampilan memasak, keterampilan bercocok tanam, dll.

6. Program Home Visit

Ada satu program yang selalu dilaksanakan pihak sekolah, yaitu Home Visit atau biasa mereka sebut precare. Program ini hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang tinggal di sekitar kota Yogyakarta. Program ini dilakukan oleh guru dan pengasuh asrama. Program ditujukan untuk anak buta-tuli dan anggota keluarganya. Setiap bulan mereka mengunjungi orang tua murid, untuk melatih orang tua di rumah. Tujuan dari program ini juga untuk mempersiapkan anak-anak buta tuli dan keluarganya supaya siap untuk belajar di sekolah.

Program ini bukan bertujuan untuk menjaring atau mencari calon siswa baru yang akan bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, tetapi program ini hanya salah satu dari karya yayasan suster PMY dalam melayani anak-anak berkebutuhan khusus. Jadi meskipun anak dan keluarga yang mendapatkan program ini dan tidak ingin bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, yayasan akan sangat terbuka.

7. Keadaan Siswa di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta

Para siswa di SLB/G A-B Hellen Keller berasal dari berbagai latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari keluarga baik, dalam arti sungguh memperhatikan dan menyayangi anak-anak dengan sepenuh

hati serta ada yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan masing-masing anak.

Terhadap lingkungan sekitarnya, anak-anak ini sangat peka pada setiap perubahan yang ada. Mereka sangat peka dengan segala hal yang ada di sekitarnya, misalnya cahaya matahari, hembusan angin, bau tanah, suara kendaraan, termasuk dengan kekurangan yang mereka miliki. Mereka akan menangkap semuanya lalu mengolahnya dalam diri mereka. Begitu pun dengan interaksi mereka dengan sesama. Mereka akan mengetahui mana orang yang tulus dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati atau dengan terpaksa. Mereka akan dengan mudah menangkapnya.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari bagian administrasi sekolah, murid yang bersekolah di sekolah ini berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 perempuan dengan batasan umur yang beragam, mulai dari 5 sampai 20 tahun. Kelainan yang dimiliki oleh setiap anak pun memiliki sebab yang berbeda-beda. Ada anak yang cacat karena pengaruh obat-obatan yang sengaja dikonsumsi oleh orang tuanya (aborsi), maupun ketidaktahuan orang tua saat hamil meminum obat tertentu yang sebenarnya tidak boleh diminum saat hamil, ibu yang sakit saat mengandung atau saat kecil anak menderita panas yang sangat tinggi. Ada berbagai macam penyebab dari kecacatan yang anak-anak miliki, namun semua sangat berpengaruh pada anak terhadap kecacatan yang dimilikinya dan juga berpengaruh pada perkembangan masing-masing anak. Untuk lebih jelasnya, data anak-anak yang berada di SLB/G A-B Hellen Keller ini dapat dilihat dalam lampiran 4.

8. Guru yang bekerja di SLB/G A-B Hellen Keller Yogyakarta

Guru-guru yang berada di sekolah ini bekerja dengan cinta dan ketulusan hati bagi anak-anak. Dengan sabar mereka membimbing, mengarahkan serta mengajarkan apa yang anak-anak perlu ketahui. Mereka juga mengajarkan tentang kedisplinan, hal yang baik dan buruk serta hukuman ketika anak-anak berbuat salah, namun juga pengampunan ketika anak mengakui kesalahannya. Mereka mengajarkan segala hal yang anak-anak perlukan bagi hidup mereka, misalnya ketika anak menumpahkan air atau makan berantakan saat waktunya makan snaks. Guru menegur anak secara tegas, agar anak tahu bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang salah dan tidak diulangi kembali. Selain itu, anak juga diajar untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, seperti meletakkan perlengkapan makan di wastafel sehabis makan dan mencuci perlengkapan makannya masing-masing atau mencuci bersama-sama saat bertugas. Dalan hal ini guru mengajar mereka tentang tanggung jawab dan kerja sama.

Selain itu juga, guru-guru yang berada di sekolah ini, berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan masa pengabdian mereka pada sekolah pun berbeda-beda. Ada guru yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun, tetapi ada juga yang baru beberapa bulan. Mereka mengabdi dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Untuk lebih jelasnya, data para guru yang berkarya dan bekerja di SLB/G A-B Hellen Keller ini dapat dilihat dalam lampiran 5.