• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENELITIAN TENTANG PENDAMPINGAN PERSONAL DI

B. Penelitian Tentang Pendampingan Personal

2. Laporan Hasil Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan melaporkan hasil penelitian yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, penulis akan melaporkan hasil pengamatan ketika mengadakan observasi partisipatif. Penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar mulai dari masuk sekolah sampai semua siswa-siswi pulang sekolah atau kembali ke asrama. Sedangkan pada bagian kedua, penulis akan melaporkan hasil wawancara yang dilakukan selama proses penelitian dan pengambilan data. Laporan dan pembahasan hasil penelitian tersebut akan disajikan secara lengkap dalam uraian di bawah ini:

a. Laporan Hasil Penelitian melalui Observasi Partisipatif

Penulis melakukan observasi di sekolah pada tanggal 3-12 September 2012. Selama proses observasi, penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar mulai dari masuk sekolah sampai semua siswa-siswi pulang sekolah atau pulang ke asrama. Selain itu juga, selama proses pengambilan data, penulis selalu mendokumentasikan setiap proses belajar mengajar dalam bentuk foto dan video yang mendukung untuk penelitian. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 12 dan 13.

Selama proses penelitian, penulis berada dalam beberapa kelas yang berbeda, yaitu kelas observasi yang diisi oleh Bu Rina dan Sr. Yosefa PMY, bahasa yang diisi oleh Bu Christina, dan motorik yang diisi oleh Bu Tanti. Masing-masing kelas memiliki jumlah siswa yang berbeda, namun tidak lebih dari 3-4 siswa. Siswa yang ada pada setiap kelas, ketika penulis masuk antara lain; kelas observasi yaitu Eka, Handoko dan Dira, lalu kelas bahasa yaitu Angga, Tama,

Albert dan Gilbert. Kemudian yang terakhir kelas motorik yaitu Dava, Raka, Firman dan Oky. Dalam setiap kelas, penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar mengajar, mulai dari kumpul pagi, percakapan, motorik halus, motorik kasar, keterampilan mengenal suara dan getaran hingga pulang sekolah.

Selama proses observasi, penulis hanya berperan mendampingi dan membantu guru kelas dalam membimbing anak. Jika guru kelas memberikan materi pada satu anak, maka penulis mendampingi dan membantu anak dalam mengerjakan tugasnya. Misalnya dalam kelas motorik, saat Bu Tanti mendampingi Firman untuk belajar bahasa isyarat, “Saya minta buku Bobo.” Penulis berperan mendampingi Oky memasukkan manik-manik besar ke dalam tali sepatu, Dava menjepitkan jepitan baju ke kotak dan Raka menyusun mainan. Begitu pun dalam kelas observasi, saat Sr. Yosefa PMY mengajarkan Eka untuk memakai sepatu, penulis mendampingi Handoko dan Dira bermain puzzle, serta berdialog dengan menggunakan bahasa isyarat, meskipun bahasa isyarat yang penulis kuasai masih sangat terbatas.

b. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Staf Guru

Wawancara dilaksanakan selama proses observasi dan di luar proses observasi. Dalam proses pengumpulan data, penulis telah menentukan siapa yang akan penulis wawancarai, dengan mempertimbangkan mereka yang banyak berhubungan dengan siswa atau memiliki posisi penting dengan siswa, yaitu Staf guru dan Kepala Sekolah. Dalam pengambilan sampel wawancara kepada staf guru, penulis menggunakan teknik pengambilan non-random sampling dengan jenis purposive sampel.

Dari pertanyaan yang pertama, penulis mendapatkan hasil wawancara staf guru tentang lama berkarya di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut:

“Saya berkarya disini tuh baru 4 tahun. Sejak tahun 2009” (B.C, W1, 3 Sept 12, 5 dan 8)

“13 tahun 10 bulan. Sejak tahun 98. Hampir 14 tahun. Nanti Oktober pas 14

tahun” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 4 dan 7-8)

“hampir 8 th, sejak tahun 2004” (B.P, W3, 7 Sept 12, 3 dan 6)

Untuk yang kedua, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang alasan memilih berkarya di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut:

“Alasannya ternyata senanglah dengan anak ini. Bisa bahasa isyarat, saya tuh senang, ada yang beda dari orang lain kan.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 28-29) “Rasanya kok tantangan itu lebih tertantang, ketika dengan anak-anak ini. Kayaknya ada sesuatu yang menarik gitu loh. Dibandingkan dengan anak-anak yang umum.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 21-24)

“Ini karya pelayanan kami (Tarekat PMY), pelayanan terhadap anak yang berkebutuhan khusus. Memang visualisasi kami begitu melayani anak berkebutuhan khusus.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 13-16)

Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang pergulatan atau masalah terbesar selama berkarya, sebagai berikut:

“Lebih-lebih kalau saya itu bertemu dengan anak yang bagi saya itu dalam arti tertentu menantang.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 64-66)

“kadang merasa lelah ketika anak nakal, ee-an, ngompolan. Kadang-kadang kita merasa cape aja. Kadang-kadang kita udah istilahnya, dari pagi siang dengan anak trus.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 44-48)

“Ga enaknya itu ketika kita harus beradaptasi, ketika kita sudah mencapai tahap tertentu tiba-tiba kita sudah harus mendekati waktu, ketika kita harus ganti dengan anak lain.” (B.P, W3, 7 Sept 12, 70-74)

Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang kriteria yang baik bagi sebuah pendampingan, sebagai berikut:

“Pendampingan khususnya untuk anak seperti ini lebih-lebih ke pendampingan dengan cara hati ke hati. Menurut saya, saya harus mengenal anak, mengenal latar belakangnya, mengenal apa kemampuannya, mengenal kekurangannya lalu dari situ saya bisa tahu kekurangnya.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 130-135)

“Pertama jelas mesti punya hati. Punya hati untuk anak seperti ini. Bahwa selalu memahami mereka bahwa mereka harus diberi perhatian ataupun stategi yang khusus, yang istimewa. Lalu harus sabar. Berpikir positif bahwa anak itu ada sesuatu yang harus dikembangakan. Karena kadang-kadang tidak semua orang berpikir bahwa anak-anak seperti ini bisa berkembang. Jadi guru harus selalu berpikir positif.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 67-76)

“Orang bisa berkembang kalo orang merasa aman. Merasa aman lalu dia save untuk belajar.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 216-218)

Untuk yang keempat, penulis mendapatkan hasil wawancara dari staf guru tentang faktor-faktor yang mendukung untuk proses pendampingan, sebagai berikut:

“Pertama psikologi anak berkebutuhan khusus, lalu yang kedua harus

mengenal itu tadi mengenal latar belakang anak.” (B.C, W1, 3 Sept 12, 260-264)

“Jelas sarana dan prasarana harus sesuai dengan anak yang berkebutuhan khusus. Kemudian guru-guru yang kompeten. Punya hati sabar. Kerjasama antar guru. Kemampuan anak sendiri juga sangat mempengaruhi keberhasilan. Mungkin trus stategi tadi, kalau bisa individu akan lebih berhasil. Tenaga ya juga harus cukup.” (B.R, W2, 5 Sept 2012, 129-136) “Pertama hati yang mencintai karya-karya seperti ini. Kedua background pendidikan paling tidak dunia pendidikan untuk anak cacat ganda seperti ini. Guru harus punya basic meskipun tidak dari PLB (Pendidikan Luar Biasa). Tetapi mengingat untuk belajar. Belajarkan tidak harus secara formal, tapi kan tetap tau perkembangan diri. Itu faktor penting.” (Sr.E, W4, 7 Sept 12, 392-401)

c. Laporan Hasil Penelitian melalui Wawancara dengan Otang Tua Murid

Selain staf guru dan kepala sekolah, penulis juga mengambil pihak orang tua sebagai responden. Alasannya agar hasil penelitian lebih bersifat objektif dan tidak berat sebelah. Untuk orang tua, teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan ialah teknik incidental sampling.

Untuk yang pertama, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang informasi SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut:

“Dulu waktu kita pas buka restorant, waktu itu ada pengunjung restorant yang datang trus ngomong tentang Hellen Keller di Jogja” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 13-15)

“Ya dari Wonosobo (suster PMY)” (P.D, W9, 17 Sept 12, 12)

“Kalo saya dulu dari sardjito mba.” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 20)

Untuk yang kedua, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang alasan mempercayakan anak bersekolah di SLB/G A-B Hellen Keller, sebagai berikut:

“.. saya pinginya anak saya lebih baik dari yang kemarin.” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 3-4)

“..belum berani di tinggal…” (P.D, W9, 17 Sept 12, 24-5)

“Jadi kalo di sekolah lain itu kayaknya gak cocok. Angga cocok memang disitu (di sekolah). Kan dia masalah mata sama pendengaran. Itu juga

rekomendasi dari dokter.” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 7-12)

Untuk yang ketiga, penulis mendapatkan hasil wawancara dari orang tua tentang hasil pendampingan, sebagai berikut:

“….perubahan Tama banyak sekali. Dari anak yang gak bisa diem sekarang mau diem, bisa lihat TV. Bisa menulis, bisa berkata „Papi Mami‟” (P.S, W7, 13 Sept 2012, 21-23)

“...Dulu kemana-mana harus diantar, sekarang sudah berani…” (P.D, W9,

17 Sept 12, 32-33)

“…sekarang udah naik sepeda roda dua saya gak ngerti belajar kapan.

Tau-tauudah naik sepeda…” (B.T, W8, 15 Sept 2012, 96-100)