• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Surat Kabar Harian Serambi Indonesia

TEMUAN PENELITIAN

4.2. Temuan Penelitian

4.2.1. Gambaran Umum Surat Kabar Harian Serambi Indonesia

Serambi Indonesia merupakan surat kabar yang terbit di Banda Aceh sejak 1989. Surat kabar yang dipimpin oleh M. Nourhalidyn (1943-2000) ini awalnya bernama Mingguan Mimbar Swadaya. Karena manajemen yang kurang baik pada masa itu, maka tak ayal membuat surat kabar yang berdiri pada 1970-an tersebut sering tak terbit. Namun berkat kerjasama dengan harian Kompas Jakarta, akhirnya pada tanggal 9 Februari 1989, surat kabar Mingguan Mimbar Swadaya diresmikan menjadi Serambi Indonesia yang juga bertepatan dengan hari Pers Nasional. M. Nourhalidyn duduk sebagai Pemimpin Umum dan Sjamsul Kahar sebagai Pemimpin Redaksi.

Dalam sejarahnya, Serambi Indonesia sempat berhenti terbit karena diancam oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebab berita-beritanya dianggap lebih menguntungkan pihak TNI. Namun, masa-masa itu dapat dilalui dengan baik oleh koran harian tersebut. Rintangan untuk penerbitan ternyata tidak berhenti sampai di situ. Terjangan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004 silam pun ikut menjadikan Serambi Indonesia sebagai korbannya.

Tak ayal, kantor megah berikut mesin cetaknya di kawasan desa Baet, kecamatan Baitusallam, Aceh Besar pun hancur tak tersisa. Tidak kurang 55 karyawan, 13 diantaranya adalah redaktur dan wartawan senior hilang dihempas tsunami.

Harian ini pun terpaksa berhenti.

Namun pada 1 Januari 2005 Serambi Indonesia kembali ke pasar dengan menggunakan mesin cetak miliknya yang ada di kota satelit Lhokseumawe. Sejak awal terbit, surat kabar ini membuka biro Lhokseumawe yang dijadikan basis pemasaran kedua setelah Banda Aceh. Percetakan Lhokseumawe ini menjadi modal penting ketika bencana tsunami menghantam percetakan dan gedungnya di desa Baet. Melalui percetakan Lhokseumawe itulah Serambi Indonesia dicetak kembali hanya berselang lima hari setelah musibah. Bencana tsunami itu pun telah menenggelamkan sejarah surat kabar tersebut. Namun secara perlahan, harian Serambi Indonesia pun kembali bangkit. Lokasi kantor dan percetakan pun dipindahkan ke Tanjung, Desa Meunasah Manyang Pagar Air, Aceh Besar.

Sekarang kantor baru yang berada di kawasan Aceh Besar tersebut juga telah melakukan rekruitmen tenaga redaksi yang baru. Kini harian tersebut telah bertiras 48 ribu eksamplar perhari itu dipimpin oleh Sjamsul Kahar, sebagai Pemimpin Umum dan Mawardi Ibrahim sebagai Pemimpin Redaksi.

Sebagai sebuah surat kabar yang menjadi rujukan informasi banyak masyarakat Aceh, Serambi Indonesia berupaya untuk menyajikan pemberitaan yang menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Media ini juga menyajikan produk jurnalistiknya secara independen, senantisa membebaskan diri dari apapun, netral, dan selalu berimbang. Ini dilakukan agar kepercayaan publik tetap terjaga dan melihat Serambi Indonesia sebagai sebuah lembaga komunikasi massa yang mempunyai kredibilitas tinggi.

Suatu obsesi yang menyertai berdirinya Serambi Indonesia 28 tahun lalu adalah hadirnya sebuah surat kabar yang sehat usahanya serta kokoh eksistensi dan kepribadian jurnalistiknya. Dua hal itu menjadi syarat pokok hidupnya sebuah

penerbitan pers yang dapat menjamin kesejahteraan karyawannya, berkesinambungan kehidupan usahanya. Klausal “sehat usahanya” menjadi basis komitmen dari semua unsur yang bergabung dalam perusahaan. Maka perusahaan Serambi dikelola secara profesional dengan menerapkan sistem manajemen yang sebenarnya, dan memegang teguh aturan-aturan manajemen itu sendiri dengan disiplin yang tinggi.

Komitmen terhadap profesionalitas itu adalah upaya agar aspek bisnis surat kabar selalu berjalan sehat. Sesungguhnya itu menjadi landasan fundamental bagi hadirnya surat kabar yang berbasis pada prinsip jurnalistik seutuhnya. Paham jurnalisme pada terapan jurnalistik adalah hajat untuk mandiri, independen dan netral. Nilai-nilai itulah yang dianut Serambi Indonesia sejak berdirinya sampai kini. Karenanya Serambi Indonesia ditabalkan sebagai koran yang bersifat umum, terbuka, dan independen, tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok dan aliran politik manapun, termasuk pada kepentingan golongan dan pribadi manapun (Kahar, 2009: 34).

Dalam kiprahnya Serambi Indonesia menerapkan paham jurnalisme yang mengagungkan tatanan nilai budaya, agama, dan kemanusiaan yang beriman yang berlaku dan hidup dalam masyarakat Aceh dan Indonesia. Keberpihakan Serambi Indonesia adalah semata-mata pada tatanan hidup dan kepentingan bersama yang diridhai Allah SWT serta pada komitmen bangsa dan negara berdasarkan Pancasila/UUD 1945. Itulah landasan filosofi yang menjadi visi misi Serambi Indonesia dan telah diperjuangkan terus-menerus sejak awal sampai kini dengan menerebos berbagai tantangan dari masa ke masa (Kahar, 2009: 38).

Memasuki zaman reformasi, Serambi Indonesia memetik pelajaran penting bahwa kedudukan hakiki pers dalam paham negara demokrasi berada pada komitmen kerakyatan. Berada pada pilar demokrasi yang bersumber dari Pasal 28 UU 1945. Dipahami lebih dalam, bahwa bangsa dan negara adalah milik bersama seluruh lapisan rakyat. Bahwa negara dan bangsa bersisi sebagai komponen dan eksponen yang komprehensif dan paripurna. Dalam kerangka berbangsa dan bernegara itu, semua eksponen, komponen, kekuatan, lembaga, profesi, dan sebagainya hendaklah menjalankan peran, fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya masing-masing.

Karenanya, nasionalisme bukan hanya bedil dan kelewang. Nasionalisme adalah cangkul, kapur tulis, jarum suntik, pena, komputer, gitar, palu sidang dan bermacam lainnya. Nasionalisme adalah demi negara dan bangsa, semua pihak agar menjalankan tugas dan fungsinya semaksimal mungkin dengan menghormati dan mendukung tugas dan peranan pihak lainnya (Kahar, 2009: 36). Dalam konteks ini, maka nasionalisme pers adalah melaksanakan peran dan fungsinya dengan sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggungjawab. Serambi Indonesia mereguk pengalaman dan pemikiran tersebut dengan terus-menerus mawas diri.

Memperbaiki kesalahan, menyempurnakan kekurangan dan meluruskan ketimpangan.

Keberadaan dalam era reformasi, zaman serba bebas justru semakin membangun keyakinan bahwa pers harus menjadi pilar demokrasi yang sehat dan bermartabat. Kebebasan pers adalah kebebasan fungsional dalam koridor moral dan etika. Karena itu, demi bangsa dan negara, pers harus menyampaikan informasi dan kritik sosial secara jujur, netral dan beretika.

Sebagai koran yang terbit di jantungnya Aceh, maka pengalaman dan pengamalan Serambi Indonesia terhadap perang fungsional itu bertambah kaya.

masa konflik yang panjang, terbuka, dan frontal sesungguhnya makin menghujam keyakinan bahwa dalam situasi apapun pers harus netral. Pers harus menyampaikan informasi secara berimbang dan harus berjuang melepaskan diri dari tekanan untuk memanipulasi berita. Dalam situasi konflik frontal seperti yang pernah terjadi di Aceh, sikap netral menjadi mahal sekali harganya. Sikap netral penuh resiko yang pahit, tapi itulah pilihan yang terbaik. Bersama dengan itu, iklim politik reformasi juga mengemuka di Aceh, bercampur baur dnegan suasana konflik. Demokrasi dan berbagai mimbar bebas, yang didominasi kegampangan dalam mencetuskan kehendak, menuntut hak, dan meluapkan amarah, menambah warna-warni dan dinamika politik dan ketertiban umum.

Kesemuanya membuat Serambi Indonesia semakin mengkonsolidasikan peran idealnya, yang dalam simpul objektifnya adalah menjalankan fungsi sebagai alat informasi yang komunikatif, jujur, dan netral, serta mengembangkan interaksi positif dengan semua pihak. Belajar dari suasanan konflik dan gonjang-ganjing reformasi itulah, Serambi merusmuskan moto yang dicantumkan pada text line di bawah logonya “Independen dan Kredibel” menggantikan moto lama “Menuju Pembangunan dan Pembaruan.”

Filosofi yang dikandung moto tersebut adalah amanat agar Serambi Indonesia menyajikan produk jurnalistiknya secara independent, senantiasa membebaskan diri dari pengaruh apapun, netral dan selalu berimbang. Dengan demikian, Serambi tetap sadar untuk terus berpegang dan berjuang menjadi

independen dan kredibel agar mendapat kepercayaan publik sebagai sebuah lembaga komunikasi massa.

Menjadi “Independen dan Kredibel” sama sekali tidak mudah. Visi dan misi itu harus diperjuangkan dengan sadar kendati banyak hambatan dan penuh risiko. Dalam hal ini, Serambi wajib menaati “Kode Etik Jurnalistik” disertai dengan sikap aktif membuka interaksi dan dialog berbagai pihak melalui asas-asas kemanusiaan yang beriman yang diimplementasikan dengan pengejawantahan nilai-nilai islami universal untuk mendukung pembangunan Aceh menjadi provinsi yang berkembang, makmur, sejahtera, dan mencapai kemajuan yang diridhai Allah SWT.

Maka dari itu, dalam Kahar (2009: 38) disebutkan bahwa seluruh kebijakan redaksional Serambi Indonesia dituangkan dalam lima kredo yang menjadi panduan bagi personil redaksi Serambi Indonesia, yaitu:

1) Mempublikasikan informasi yang diketahui/diterima kepada publik dalam kemasan jurnalistik dan etika yang independen dan kredibel melalui upaya intelektual rasional yang berempati.

2) Melakukan kritik sosial secara jujur, berimbang, lugas, dan tuntas, yakni sebagai pengejawantahan nilai amar makruf nahi mungkar dengan selalu berusaha memahami pertimbangan dan argumentasi lain agar kritik sosial tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan lahir batin dan kemaslahatan umat.

3) Senantiasa menjaga netralitas dengan mensyaratkan wartawan/koresponden Serambi Indonesia tidak boleh menjadi pengurus partai/organisasi politik manapun. Wartawan/koresponden Serambi

Indonesia juga tidak dibolehkan menjadi anggota legislatif, merangkap sebagai pegawai pemerintah atau lembaga semi-pemerintah lainnya.

4) Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, wartawan dan redaksi surat kabar Serambi Indonesia berpegang teguh dan menaati “Kode Etik Jurnalistik” dan senantiasa mengutamakan melayani hak jawab, atau pada kesempatan pertama meralat dengan sendirinya setiap terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penyajian produk jurnalistiknya.

5) Menjalankan amanat jurnalisme dengan sikap profesional yang berempati pada asas kemanusiaan yang beriman dengan mengembangkan interaksi positif dengan berbagai pihak dalam rangka hubungan kehidupan yang berlandaskan nilai transedental hablummninallah dan hablumninannas.

Lima kredo tersebut diterapkan untuk membangun karakter dasar bagi Serambi Indonesia. Semua unit kerja baik redaksi maupun lini manajemen wajib memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Yaitu sebagai bagian penting dari seluruh visi-misi yang dirumuskan berdasarkan pengalaman dan panggilan sejarah.