• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika Dinamika

TEMUAN PENELITIAN

4.3. Wawancara Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika Dinamika

Untuk mendapatkan bagaimana Harian Serambi Indonesia membingkai kasus Ahok dan kebijakan redaksional media tersebut, peneliti mewawancara redaktur pelaksana surat kabar tersebut, yaitu Yarmen Dinamika pada Selasa, 15 Mei 2017 pukul 10.30 WIB di kantor Serambi di Desa Mns. Manyang, Aceh Besar.

Ada beberapa pertanyaan yang peneliti gali jawabannya dari redaktur untuk memastikan dan juga memperoleh gambaran bagaimana Harian Serambi Indonesia membingkai kasus Ahok. Namun sebelum itu, peneliti lebih dulu bertanya terkait kebijakan redaksional Harian Serambi Indonesia dalam menentukan kategori berita. Redaktur menyebutkan bahwa ada beberapa kebijakan yang Serambi ambil dalam menentukan kategori berita. Pertama, berita-berita yang berhubungan dengan isu seks, darah, dan mistis tidak akan dimuat di Serambi Indonesia, tapi dimuat di Prohaba yang merupakan anak dari koran Serambi. Dua koran tersebut mempunyai peruntukan yang berbeda. Serambi Indonesia yang lebih ditujukan untuk kalangan atas itu lebih memuat berita-berita yang mencerdaskan. Sedangkan Prohaba yang ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah tersebut lebih memuat isu-isu kecil, seperti perselingkuhan, bacok antartetangga, maupun yang berbau mistis.

Kedua, mengelompokkan berita-berita berdasarkan sistem zona. Misalnya halaman “Serambi Barat” yang memuat berita-berita yang terjadi di wilayah barat, seperti Meulaboh, Singkil, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Selatan, Seumelue, Subulussalam, dan juga Aceh Jaya. Untuk berita-berita di wilayah

Kota Banda Aceh, Sabang dan Aceh Besar, masuk di halaman “Serambi Kutaraja.”

Untuk berita di wilayah Aceh Utara, Lhokseumawe, dan Bireun, Serambi memuatnya di halaman “Serambi Pase”. Untuk wilayah Aceh Timur, Langsa, dan Tamiang itu masuk di halaman “Serambi Timur”. Untuk wilayah dataran tinggi Gayo, seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara itu masuk halaman “Aceh Tengah”. Tujuan pemisahan halaman tersebut adalah untuk mengelompokkan pemberitaan berdasarkan aspek geografis, sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui informasi wilayah mana yang ingin diketahuinya. Selain itu, pemisahan tersebut juga bertujuan agar semua kabupaten/kota di Aceh, tercakup pemberitaannya di Serambi Indonesia.

Ketiga, penempatan halaman 1, yaitu berdasarkan berita yang paling bagus dari 70-80 berita yang masuk per harinya. Berita bagus itu dilihat dari nilai jualnya tinggi, magnitude atau tingkat kegemparannya dasyat, itu akan dijadikan headline di halaman 1. Dalam hal ini, salah satu kebijakan redaksional Serambi dalam menentukan berita di halaman 1 adalah menjaga keseimbangan dan keterwakilan wilayah, yaitu bagian Timur, Tengah, dan Barat.

Keempat, memastikan bahwa berita yang dibuat oleh wartawan itu sudah harus lengkap unsur 5W+1H. Jika ada unsur negatif klimaks yaitu memojokkan atau menjelek-jelekkan orang lain, maka wartawan harus memastikan bahwa sudah ada konfirmasi dari pihak yang bersangkutan. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga keseimbangan dalam pemberitaan.

Untuk Standard Operating Prosedure (SOP), redaktur tidak menyebutkan proses naiknya sebuah berita sampai selesai. Namun beliau menyebutkan

beberapa poin penting dari SOP Serambi Indonesia yang harus dijalankan, baik oleh redaktur maupun oleh wartawan.

SOP pertama di Serambi adalah berita itu kita peroleh dari empat jalur.

Berita pertama adalah dari perencanaan (news by design) yang diputuskan dalam rapat pagi redaksi. Seperti tema apa yang diliput, siapa-siapa saja yang terlibat, serta tehnik investigasi mana yang akan digunakan. Kedua, by incedent. Yaitu berita yang terjadi tiba-tiba, seperti tabrakan, kebakaran, dan bencana alam.

Ketiga, by invitation yaitu berita yang ditulis karena mendapat undangan. Seperti acara seminar dan kegiatan penting akademik lainnya. Keempat, by notification yaitu melalui pemberitahuan. Setelah acara, pihak penyelenggara akan mengirim rilis ke Serambi Indonesia.

SOP kedua, sebuah berita harus lengkap 5w+1H. Selain itu, Serambi Indonesia memberi hak jawab kepada pihak yang berada pada posisi dipojokkan dan dijelek-jelekkan. Jika tidak, maka Serambi akan menunda berita tersebut sebelum memberi hak jawab kepada yang bersangkutan. Ketiga, sebuah berita yang ditangani oleh wartawan itu harus sudah layak muat (fresh clear). Misal, wartawan harus memastikan kebenaran unsur berita seperti nama tempat kejadian, nama dan usia narasumber, dan hal prinsipil lainnya. Selebihnya baru tugas redaktur merevisi angle maupun kaidah atau kesalahan ejaan bahasa yang digunakan.

Keempat, tidak boleh ada berita yang masuk tanpa persetujuan di rapat sore redaksi, karena semua memang harus terencana. Hal ini dilakukan agar tidak ada berita “penumpang gelap” hanya karena unsur kedekatan redaktur atau wartawan dengan salah satu tokoh, dsb. Rapat sore dilakukan untuk evaluasi hasil

liputan, seperti mana berita yang akan ditempatkan di halaman pertama dan berita mana yang akan diletakkan di halaman dalamnya. Selain itu, poin penting lainnya dalam rapat sore adalah untuk memastikan bahwa judul, isi berita, sampai penutup itu harus bebas dari kemungkinan Serambi digugat oleh orang yang bersangkutan.

Karena Serambi mempunyai prinsip untuk berkiat agar sebisa mungkin terlepas dari jerat hukum. Caranya yaitu dengan memastikan semua kebenaran berita dan memberi hak jawab bagi mereka yang berada pada posisi yang dipojokkan.

Dalam hal kebijakan pemberitaan kasus Ahok, redaktur menyebutkan bahwa tidak ada kebijakan khusus dalam pemberitaan kasus tersebut. Serambi hanya mengikuti alur yang sudah ada. Berikut penjelasan Yarmen Dinamika:

“Tidak ada kebijakan khusus, karena kebetulan kasus Ahok adalah kategori berita nasional. Jadi tanpa diliput pun, berita Ahok tersebut tetap akan diliput oleh media lain, karena kami adalah media berjaringan yang memiliki banyak tribun. Jadi tanpa kami mintapun, mereka akan memasok berita tersebut untuk dimuat di media kami. Jadi Serambi hanya menjaga moment-moment saja, seperti kapan Ahok ditahan, kapan Ahok didakwa di persidangan, aksi-aksi demonstrasi terhadap Ahok atau berita penting lainnya tentang proses hukum Ahok. Itu pasti kami beritakan.”

Terkait bagaimana bagaimana konstruksi realitas media Serambi Indonesia dalam memberitakan kasus Ahok, Yarmen juga menyebutkan bahwa tidak ada konstruksi khusus yang dibentuk. Semua yang diberitakan adalah apa yang terjadi. Berikut penjelasannya:

“Tidak ada konstruksi khusus yang kami bentuk. Semua adalah riil. Berita ini dianggap sangat menarik karena melibatkan seorang kepala daerah, di ibukota negara dan dengan isu penistaan agama. Dimana dia beragama lain, tapi membicarakan agama lain. Sehingga hal tersebut menjadi penting dan menarik untuk diberitakan.”

Yarmen juga menyebutkan bahwa ada beberapa faktor penting yang melatarbelakangi mengapa sebuah isu diberitakan, diantaranya adalah aktual, penting dan menarik. Kasus Ahok dianggap telah memenuhi unsur-unsur penting tersebut. Berikut penjelasan lengkapnya:

“Di Serambi itu, pemuatan berita rumusnya adalah menarik dan penting.

Kalau tidak penting, ya menarik. Kalau tidak menarik, ya harus penting.

Penting dan menarik karena berita tersebut baru terjadi. Maka aktual menjadi faktor nomor 1. Kedua menimbulkan kegemparan atau heboh, sehingga daya tariknya tinggi. Ketiga, menyangkut people (manusia).

Dalam hal ini Ahok mengandung tiga unsur tersebut, yaitu aktual, heboh, dan dia “selebriti”, orang nomor 1 di Jakarta dengan mulutnya yang khas seperti itu.”

Selain itu dalam pemberitaan kasus Ahok, Serambi Indonesia lebih fokus pada demonstrasi terhadap Ahok dibandingkan dengan dukungan ataupun pencalonan Ahok sebagai Gubernur Jakarta. Ketika peneliti menggali lebih dalam tentang hal tersebut, dalam hal ini Serambi punya alasan khusus mengapa sudut pandang (angle) penolakan terhadap Ahok lebih dominan yang terbit dalam pemberitaan. Berikut penjelasan redaktur:

“Karena ini isu nasional, maka telah menarik perhatian publik, sehingga masyarakat Aceh pun bereaksi dengan ikut melakukan demonstrasi. Jadi kalau ditanya konstruksi Serambi adalah bahwa kita sadar-sesadarnya bahwa energi masyarakat Serambi Mekkah terhadap Ahok dan kemudian kita tidak salurkan dalam berita, maka bisa jadi kemarahan tersebut akan bergeser ke Serambi Indonesia. Jadi kita ingin menyalurkan suara masyarakat yang dimanisfetasikan dalam bentuk unjuk rasa secara damai.

Nah, itulah yang kemudian kita tampung untuk menunjukkan ciri uniknya Aceh. Karena kita tidak mungkin memberitakan isu nasional saja, tapi tidak ada hubungannya dengan konteks Aceh. Dari itu kita memberitakan isu tersebut dengan mengaitkannya dalam konteks masyarakat Aceh yang melakukan aksi unjuk rasa terhadap Ahok. Ini yang kita sebut sentuhan lokal yang bernuansa nasional. Karena kasusnya itu terjadi di Jakarta, tapi masyarakat Aceh tergugah perasaannya karena semangat Islamnya untuk membela agama.”

Semangat membela keyakinannya dan taat beragama adalah salah satu ciri khas masyarakat Aceh. Dalam hal tersebut, jika ada hal yang dianggap telah mengganggu pelaksanaan ibadah ataupun keyakinan umat Islam, maka masyarakat Aceh akan berjuang untuk membela agamanya. Hal ini disebabkan karena masyarakat Aceh lahir dan tumbuh dalam tatanan agama Islam dan norma sosial yang kuat. Dalam kasus Ahok, persoalan tidak terletak karena ia berasal dari etnis Cina, namun lebih kepada Ahok sebagai seorang non Muslim tapi malah berbicara dan menghina kitab suci agama lain. Apalagi Ahok adalah seorang pemimpin yang dikenal oleh khalayak banyak, maka segala tingkah laku dan tutur katanya tentu menjadi perhatian banyak orang.

Terlepas dari itu, jika berbicara dalam konteks kehidupan beragama, masyarakat Aceh bisa menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Hal itu dapat dilihat dari warga non Muslim beretnis Cina yang tinggal di Aceh bebas melaksanakan ibadahnya dengan tenang dan bisa hidup berdampingan dengan masyarakat Aceh serta jarang terjadi percekcokan.

Kembali dalam pemberitaan kasus Ahok, Yarmen juga menyebutkan bahwa selain demonstrasi terhadap Ahok, Serambi tidak menuliskan angle lain dalam pemberitaannya. Hal itu disebabkan karena Serambi lebih melihat kepada reaksi apa yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap kasus Ahok.

‘Kasus Ahok kebetulan saja tidak terjadi di Aceh. Seandainya terjadi di Aceh, maka yang berbeda pendapat saja atau wacana tentang Ahok akan kami muat walau tanpa aksi demo. Tapi karena Ahok tidak berada di Aceh,

jadi tidak terlalu berhubungan.”

Selain itu, Yarmen juga menyebutkan bahwa kasus Ahok menjadi topik hangat di tengah masyarakat dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga

terus diberitakan. Selain itu, karena irisannya tentang agama, maka masyarakat Aceh merasa ikut tersinggung karena kitab sucinya dihina.

“Jadi ketika ada demo yang menuntut agar Ahok ditangkap dan diadili, maka itu adalah realitas riil dari keinginan mayoritas masyarakat Aceh yang diwakilkan pada para demonstran. Aspirasi itulah yang kita tampung, karena itu mencerminkan apa yang sedang terjadi di masyarakat.”

Selain itu, peneliti juga coba menggali informasi terkait nilai ekonomi Serambi. Dalam hal ini, Yarmen menyebutkan bahwa selama menulis berita dengan angle penolakan terhadap Ahok, itu tidak berpengaruh pada naiknya oplah Serambi.

“Tidak ada pengaruh. Pertama, karena riset tentang kasus tersebut tidak ada. Kedua, tidak ada pesanan dari agen agar menambah jumlah koran untuk didistribusikan ke masyarakat.”

Lebih jauh peneliti juga coba menggali informasi tentang kemungkinan efek sosial yang terjadi jika Harian Serambi Indonesia menulis berita dengan angle mendukung Ahok. Yarmen menyebutkan bahwa itu tidak boleh dan tidak akan dilakukan oleh Serambi, karena hal tersebut berseberangan pemikiran dengan masyarakat setempat.

“Orang akan melihat Serambi sebagai media yang terbit dari rahim orang Aceh. Tapi kenapa tiba-tiba berseberangan dengan pemikiran mayoritas masyarakat Aceh dan malah menulis berita yang mendukung Ahok.”

Yarmen juga menyebutkan bahwa walau kasus Ahok bukan “jualan”

utama Serambi. Tetapi ini menjadi penting karena telah terjadi beberapa kali

demo besar dan fotografinya juga menarik. Jadi ketika berita Ahok diletakkan di halaman 1, berarti Serambi menaruh perhatian lebih terhadap kasus tersebut.

Selain itu, sebagai media lokal yang tumbuh dan berkembang di Aceh, Yarmen menyebutkan bahwa dalam pemberitaanya Serambi Indonesia mempertimbangkan nilai lokal yang ada di masyarakat sekitar. Berikut penjelasannya:

“Kita hidup di tengah mayoritas muslim fanatik agama dan melihat Aceh dalam kacamata syariat Islam. Daerah yang kental dengan adat istiadat.

Kita hargai betul local wisdom tersebut karena mayoritas pembaca kita adalah muslim. Caranya yaitu dengan tidak memberitakan sesuatu di luar kepentingan ataupun yang pemikirannya berseberangan dengan masyarakat Aceh.”

Selain itu Yarmen juga menyebutkan bahwa selaku surat kabar yang tumbuh dan berkembang di tengah mayoritas umat muslim, maka faktor agama berpengaruh besar pada pemberitaan Serambi Indonesia.

“Karena Serambi lahir dari rahim mayoritas masyarakat muslim, maka agama menjadi faktor utama. Kita sadar betul akan hal itu. Bahkan tampilan yang berbau islami terlihat jelas di halaman depan Serambi.

Seperti gambar mesjid raya Baiturrahman, jadwal salat, rubrik konsultasi agama, rubrik tafakkur yang isinya mengupas ayat dan hadis, jadwal khatib salat Jumat, Serambi mihrab, bahkan jika di bulan Ramadan akan kita tambahkan imsakiah. Jika Serambi tidak menganggap agama sebagai faktor penting, maka tidak ada tampilan agama dalam Serambi Indonesia.”

Dari jawaban redaktur tersebut dapat disimpulkan bahwa agama menjadi faktor dan pertimbangan utama dalam pemberitaan Harian Serambi Indonesia.