• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3. Uraian Teori

2.3.4. Tahapan Framing

Tahapan framing, secara lebih terperinci dikemukakan oleh Dietram A.

Scheufele. Dalam pandangannya, terdapat empat tahap dalam framing. Pertama adalah membangun bingkai (frame building), kedua setting bingkai (frame setting), ketiga pengaruh framing bagi individu (individual-level effect of framing) dan yang terakhir adalah wartawan sebagai khalayak (journalist as audiences).

Keempat tahap ini menjadi bagian dalam masukan, proses, dan hasil (Scheufele &

Tewksbury, 2007: 17).

Dalam bagan yang dikemukakannya, Scheufele & Tewksbury (2007: 21) Membuat Penilaian

Moral (Make Moral

Judgement) Pendefenisian

Masalah (Define Problem)

Saran Penyelesaian Masalah (Treatment Recommendation) Penyebab Masalah

(Diagnose Cause)

membaca adanya beberapa tahap yang terjadi dalam pengemasan dan pembingkaian sebuah teks berita. Tahapan tersebut bersifat sirkuler yang berarti selalu mengalami pengulangan. Berikut adalah tahapan tersebut:

1). Tahap Membangun Bingkai (Frame Building)

Tahap ini terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi kerja wartawan dalam membuat kerangka berpikir untuk menuliskan sebuah berita. Faktor-faktor tersebut seperti yang ada dalam pandangan Shoemaker dan Reese yaitu aspek individu wartawan (ideologi, sikap, dan norma yang dianut oleh wartawan), rutinitas dan internal media, serta pengaruh pihak eksternal seperti aktor politik, penguasa, kelompok kepentingan, dan kelompok elit lainnya.

Dalam proses besarnya, tahap frame building berada pada proses masukan (input). Proses di mana wartawan memasukkan berbagai pertimbangannya dalam menyusun dan menuliskan sebuah teks berita. Dalam pandangan Cobb dan Elder (1972: 99), pertanyaan intinya adalah dari segala faktor yang ada, faktor mana yang lebih kuat memberikan pengaruh terhadap proses penelitian sebuah berita oleh wartawan. Pada tahap frame building, bangunan sebuah frame media dipengaruhi juga oleh ideologi media tersebut. Dalam pandangan Reese &

Shoemaker, ideologi media menjadi pengaruh terbesar dalam proses pembentukan frame. Kerja dari faktor pengaruh lainnya seperti rutinitas dan sikap media, serta frame setting juga dinilai mengarah pada faktor ideologis.

Menurut Samuel Becker ideologi mengatur cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri. Becker menambahkan ideologi adalah himpunan referensi dari sebuah frame yang mempengaruhi tindakan hingga pandangan kita tentang dunia. Pada tingkat ideologi ini, kita meneliti secara khusus bagaimana media

berfungsi sebagai perpanjangan kepentingan dalam masyarakat, bagaimana rutinitas, nilai, dan struktur organisasi dikombinasikan untuk mempertahankan sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan dalam media (Reese &

Shoemaker, 1996: 145).

2). Tahap Setting Pembingkaian (Frame Setting)

Adalah tahap bagaimana wartawan melakukan penekanan terhadap isu, pemilihan fakta, penyembunyian fakta, dan pertimbangan lain terhadap berita yang ditulisnya. Dalam tahap ini yang lebih mendapat tekanan adalah atribut-atribut apa saja yang digunakan oleh wartawan dalam menerjemahkan suatu isu atau peristiwa. Misalnya penggunaan kata, frase, metafora, atau kalimat-kalimat tertentu yang menonjol.

Penggunaan atribut ini yang kemudian lebih ditonjolkan oleh wartawan untuk mendukung fakta. Fakta-fakta tertentu yang telah juga dipilih untuk ditampilkan. Penonjolan itu tentu saja lebih memudahkan pembaca atau khalayak dalam memahami pesan apa yang hendak disampaikan. Khalayak pun kemudian lebih mengingat dan memiliki memori pada bagian-bagian dari teks berita yang mendapat penekanan khusus, baik lewat pemilihan kata, penggunaan istilah, kata kiasan, gambar/grafik, dan sebagainya.

3). Tahap Pengaruh Framing Bagi Individu (Individual-level effects of framing) Ini adalah tahap menuju tahapan hasil/outcomes. Tahap ini menjelaskan bagaimana tingkat pengetahuan dan pengalaman khalayak memengaruhi isi berita yang disampaikan oleh media massa. Pengaruh ini sampai pada tindakan, sikap, dan perubahan kognitif lainnya yang terjadi pada khalayak. Pada sisi lainnya,

media massa pada konstruksinya atas realitas yang diterjemahkan lewat teks berita juga turut mempengaruhi apa yang kemudian diterima oleh khalayak.

Memberikan efek tertentu pada khalayak yang mengkonsumsinya.

4). Tahap Wartawan Sebagai Khalayak (Journalist as Aundiences)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari keempat tahap framing yang diutarakan oleh Scheufele. Tahap ini menjadi penghubung juga antara tahap individual-level effects of framing dengan tahap frame building. Pada tahap ini, wartawan terkait dalam proses pembentukan berita, juga dipengaruhi oleh faktor konsumsi yang dilakukan khalayak. Bahwa kemudian, wartawan selain terlibat dalam proses produksi secara tidak disadari juga menjadi konsumen dari media massa. Maka wartawan memposisikan dirinya sebagai juga khalayak yang menggunakan frame berpikir tertentu dalam memahami suatu isu atau peristiwa.

Dengan menjadi khalayak, wartawan juga melihat dan mengambil banyak referensi dari media massa lainnya. Dengan menjadi khalayak, wartawan mendapat pertimbangan terhadap apa dan bagaimana jenis atau isi berita yang sedang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat. Tahap inilah yang kemudian memberikan pengaruh terhadap bingkai yang digunakan oleh wartawan ketika menuliskan suatu isu atau peristiwa.

Dalam hal ini, salah satu efek framing yang paling mendasar ialah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu.

Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak. Karena itu, framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami oleh media dan ditafsirkan ke dalam bentuk berita.

Karena media melihat peristiwa dari kacamata tertentu maka realitas setelah dilihat oleh khalayak adalah realitas yang sudah dibentuk oleh bingkai media.

Eriyanto (2011: 128) menyebutkan bahwa penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, dapat menimbulkan efek framing, yaitu:

1) Menonjolkan aspek tertentu-mengaburkan aspek lain

Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas. Dalam penelitian sering disebut sebagai fokus. Berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya, ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang memadai.

2) Menampilkan Sisi Tertentu-Melupakan Sisi Lain

Dengan menampilkan aspek tertentu dalam suatu berita menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.

3) Menampilkan Aktor Tertentu-Menyembunyikan Aktor Lain

Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.