• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara dengan Wartawan Harian Serambi Indonesia, Yocerizal

TEMUAN PENELITIAN

4.4. Wawancara dengan Wartawan Harian Serambi Indonesia, Yocerizal

Selain itu, untuk mengimbangi agar informasi tidak hanya sepihak dari pihak redaktur, peneliti juga mewawancara wartawan Serambi Indonesia untuk mendapatkan informasi terkait kebijakan dan frame apa yang dibangun Serambi

Indonesia dalam memberitakan kasus Ahok. Dalam hal ini, peneliti mewawancara wartawan senior Serambi, yaitu Bapak Yocerizal. Pemilihan beliau menjadi beralasan karena ia adalah wartawan sekaligus redaktur yang ditugaskan di desk Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) sehingga bersinggungan dengan pemberitaan kasus Ahok. Wawancara dilakukan pada Kamis, 18 Mei 2017 pukul 15.30 WIB di sebuah warung kopi di Banda Aceh.

Sebelum menggali informasi lebih jauh bagaiman Serambi Indonesia membingkai kasus Ahok, peneliti terlebih dahulu menanyakan bagaimana kebijakan redaksional Serambi Indonesia dalam menentukan berita. Yocerizal menyebutkan bahwa berita ditentukan dari rapat sore redaksi. Setiap hari wartawan dari semua kabupaten/kota wilayah Aceh mengirimkan beritanya pada redaktur. Pada rapat tersebut, ditentukanlah mana berita yang akan dijadikan headline, mana berita yang akan masuk di rubrik politik, ekonomi, rubrik olahraga, atau halaman daerah. Untuk rubrik politik dan olahraga, dipisah dari halaman Serambi Daerah, karena rubrik tersebut harus lebih fokus dan tidak bisa dicampur adukkan dengan halaman lain. Sedangkan untuk halaman Serambi Daerah sendiri lebih mengambil isu daerah dan melihat unsur kedekatan (proximity).

Untuk Standard Operating Prosedure (SOP) Serambi Indonesia, Yocerizal menyebutkan bahwa semua dimulai dari rapat pagi. Di rapat tersebut ditentukan isu apa yang akan diangkat sekaligus menentukan siapa wartawan yang akan meliput berita tersebut. Hasil dari liputan tersebut kemudian dibahas lagi di rapat sore untuk menentukan angle serta layak atau tidak layaknya sebuah berita untuk dimuat. Setelah itu, berita yang sudah layak tersebut ditarik oleh masing-masing redaktur rubrik untuk diedit. Hasil editing tersebut kemudian dikirim ke

layout untuk di design. Proses design tersebut juga melalui pendampingan redaktur untuk menentukan berita mana yang akan dijadikan headline di setiap halaman, foto, serta design yang ingin dibentuk. Bagian layout hanya men-design sesuai dengan keinginan redaktur. Setelah di layout, malam harinya akan dicek kembali oleh wartawan piket untuk melihat dimana terjadi terjadi kekeliruan, seperti judul, foto, ataupun tanggal terbit. Setelah itu baru di setujui oleh Tim Redaktur Pelaksana dan kemudian dikirim ke bagian percetakan. Kemudian tahap terakhir adalah didistribusikan kepada masyarakat.

Tahap selanjutnya, peneliti mencoba menggali informasi bagaimana kebijakan Serambi Indonesia dalam memberitakan kasus Ahok. Yocerizal mengaku bahwa tidak ada kebijakan khusus yang ditetapkan oleh redaktur Serambi dalam meliput kasus Ahok. Berikut penjelasannya:

“Serambi Indonesia adalah media lokal yang kontennya itu kita prioritaskan sesuai dengan tradisi lokal dan yang digarap oleh wartawan lokal. Itu sebenarnya yang menjadi jualan utama kita. Untuk berita-berita yang tidak berkaitan dengan Aceh, terutama berita nasional, itu kita mengutip dari grup kita sendiri, yaitu Kompas. Jadi dalam kasus Ahok tidak ada kebijakan khusus. Alamiah saja, karena berita tersebut bukan direncanakan (by design).”

Lebih jauh Yocerizal juga menambahkan bahwa tidak ada konstruksi khusus yang dibangun Serambi Indonesia dalam memberitakan kasus Ahok.

Dalam kasus tersebut, Serambi cenderung mengikuti bagaimana media nasional membentuknya.

“Kita tidak men-design ataupun membangun konstruksi kasus Ahok. Kita cenderung hanya mengutip dari media nasional. Hampir sebagian besar kita tidak mengubah angle-nya. Bagaimana media di Jakarta membentuknya, itu yang akan kita publis di Serambi. Jadi tidak ada konstruksi khusus. Apa yang kita beritakan adalah sesuai dengan realitas yang terjadi di Jakarta.”

Selain itu, dalam kasus Ahok Serambi Indonesia mempunyai alasan tersendiri mengapa isu tersebut menjadi penting untuk diberitakan. Yocerizal menyebutkan bahwa posisi Ahok sebagai pejabat publik yang kontroversial dan cara bicaranya yang khas tersebut menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi mengapa kasus Ahok menjadi penting untuk diberitakan.

“Pertama karena posisi Ahok sebagai pejabat publik yang fenomenal dan kontroversial. Ahok juga sering melemparkan makian, kata-kata kasar, bahkan cenderung kurang bertata krama. Jadi hal tersebut menarik perhatian publik. Apalagi itu terjadi di Jakarta, ibukota negara. Dan secara umum, masyarakat akan berkiblat ke pusat. Karena telah berhasil menarik perhatian publik, maka ini juga menjadi perhatian utama kita.”

Lebih jauh, peneliti juga mencoba menggali informasi kenapa Harian Serambi Indonesia lebih memfokuskan pada angle penolakan terhadap Ahok dalam pemberitaannya. Menanggapi pertanyaan tersebut, Yocerizal menyampaikan mengapa Serambi Indonesia lebih memberitakan aksi demonstrasi, karena memang itulah konstruksi yang dibangun di Jakarta. Pembelaan untuk Ahok memang ada, tapi yang dominannya adalah penolakan. Itulah yang terjadi, sehingga Serambi menuliskan berita sesuai dengan realita yang ada.

Yocerizal juga menambahkan bahwa Serambi tidak menulis berita dengan angle lain, selain penolakan terhadap Ahok. Berikut penjelasannya:

“Selama ini kita mengikuti secara alamiah saja, sesuai bagaimana perkembangan yang terjadi di Jakarta. Untuk konteks lokal, kita jarang mem-blow up untuk mengambil angle lain. Yang terjadi justru reaksi pada isu-isu yang berkembang di nasional. Karena memang sifatnya kita tidak men-blow up sendiri, jadi tidak ada angle lain. Jadi bagaimana yang terjadi secara nasional, itu yang kita kutip. Kecuali seperti demo di Aceh misalnya, kita tidak mungkin mengangkat angle lain, sedangkan peristiwanya adalah demo.”

Lebih jauh, peneliti juga menanyakan apakah selama menulis berita dengan angle penolakan terhadap Ahok itu berpengaruh pada naiknya oplah harian Serambi Indonesia atau tidak. Dalam hal ini, Yocerizal menyebutkan bahwa itu tidak berpengaruh pada naiknya oplah Serambi. Apalagi karena secara garis besar masyarakat sudah tahu berita tersebut dari televisi dan media nasional lainnya. Selain itu, menurutnya kasus Ahok tidak bersentuhan langsung dengan masyarakat Aceh. Ini hanya dinamika politik yang berkembang di Jakarta.

Kebetulan karena ini bersinggungan dengan agama, maka kemudian memancing perhatian masyarakat.

Terkait kemungkinan efek sosial yang akan terjadi jika Serambi Indonesia menuliskan berita dengan angle mendukung Ahok, Yocerizal menyebutkan bahwa dalam bekerja di media, itu bisa saja terjadi. Ketika menyajikan produk berita, tetap akan ada pihak yang puas dan tidak puas. Termasuk dalam pemberitaan kasus Ahok.

“Sejauh ini kita memang belum pernah menerima protes. Tapi jika pun ada, palingan hanya berupa hujatan. Dan Serambi juga tidak mungkin memilih angle berita yang mendukung Ahok, sedangkan yang terjadi adalah penolakan terhadap Ahok.”

Selain itu Yocerizal juga menyebutkan bahwa dalam pemberitaannya, Serambi Indonesia sangat mempertimbangkan nilai lokal yang ada di masyarakat sekitar. Berikut penjelasannya:

“Iya, saya pikir memang harus mempertimbangkan nilai lokal. Misal imbauan dari forum kerukunan umat beragama meminta agar jangan ada aksi solidaritas membakar lilin. Hal ini dikarenakan di Jakarta sedang marak-maraknya aksi tersebut sebagai wujud mendukung Ahok.

Sedangkan bagi masyarakat Aceh yang mayoritas Muslim, ini merupakan isu yang sensitif. Kita juga punya tanggungjawab agar kondisi di masyarakat itu aman, nyaman. Andaikan ini terjadi, kita tidak bisa memberi jaminan akan terjadi gesekan atau tidak. Hal tersebut membuat

sedikit kekhawatiran dan merasa bertanggungjawab menjaga kondisi ini.

Sebelum hal itu terjadi, kita menentukan angle tersebut untuk menjaga kestabilan sosial di masyarakat. Karena hal itu bukan hanya efek ke media, tetapi lebih kepada meredam kemungkinan timbulnya gejolak sosial di masyarakat.”

Yocerizal juga menyebutkan bahwa selaku surat kabar yang tumbuh dan berkembang di tengah mayoritas Muslim, faktor agama sangat berpengaruh pada pemberitaan Harian Serambi Indonesia dan mendapat perhatian serius.

“Untuk kasus Ahok tidak ada pembingkaian khusus. Tapi kembali lagi, kita berusaha untuk menghindari kemungkinan terjadinya gejolak sosial. Seperti kasus di Singkil, dimana terjadi konflik antar-agama. Itu kita sangat berhati-hati. Dalam kasus-kasus tersebut kita memang berusaha membuat format sebagus mungkin untuk menyajikan isu tersebut. Untuk isu-isu bersifat lokal ataupun isu agama, Serambi akan memperhatikan secara lebih serius.”

Dari dua wawancara di atas, jawaban antara redaktur dan wartawan Harian Serambi Indonesia secara garis besar tidak jauh berbeda. Mereka menyebutkan bahwa dalam kasus Ahok tidak ada kebijakan khusus dan konstruksi tertentu yang dibangun Serambi Indonesia. Berita yang diterbitkan adalah sesuai realita yang terjadi di lapangan dan cenderung mengikuti angle pemberitaan nasional. Selain itu, mereka juga menyebutkan bahwa faktor agama dan kearifan lokal berperan penting bahkan menjadi pertimbangan utama dalam pemberitaan Serambi Indonesia.

BAB V PEMBAHASAN