• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.2. Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian ini disertai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan mempunyai korelasi dengan kajian yang peneliti lakukan.

Akan tetapi, selain persamaan terdapat juga perbedaan dengan yang peneliti kaji.

Samsudin (2011) dalam “Analisis Framing Pemberitaan tentang Konflik Antar Tokoh Lintas Agama dengan Pemerintah dalam SKH Republika Edisi Januari 2011.” Dalam penelitiannya, Samsudin menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai analisis framing model Zhondang Pan dan Gerald M.

Kosicki. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Republika memposisikan para tokoh lintas agama sebagai pihak yang benar dalam memberikan pernyataan tentang pemerintahan SBY. Pemberitaan Republika mengkonstruksikan konflik antar tokoh lintas agama dan pemerintahan SBY sebagai konflik di tingkat elit sehingga harus diselesaikan.

Republika memandang bahwa konflik tersebut sangat penting untuk diberitakan, karena para tokoh lintas agama melakukan gerakan moral untuk memberikan kritikan kepada pemerintah. Dalam hal ini, Republika memiliki

framing yang jelas dalam pengemasan berita konflik tersebut disebabkan gerakan itu dianggap layak dilakukan, karena menimbang banyak pernyataan pemerintah yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti kaji adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme. Sedangkan perbedaannya terletak pada media, objek kajian, dan model analisis framing yang digunakan. Subjek kajian Samsudin adalah harian Republika dengan isu konlik antar tokoh lintas agama dengan pemerintah, sedangkan penelitian ini pada harian Serambi Indonesia dengan isu penghinaan Alquran. Untuk model analisis framing, Samsudin menggunakan model Zhondang Pan M Kosicki, sedangkan peneliti memakai model Robert N Entman.

Selanjutnya penelitian Syarifuddin (2016) dalam “Agama dan Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan LGBT pada SKH Republika Edisi Februari 2016).” Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretatif untuk memahami fenomena sosial yang memfokuskan pada alasan tindakan sosial. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan framing dengan pisau bedah model Robert N Entman. Subjek penelitiannya adalah surat kabar harian Republikadengan objek kajian pemberitaan tentang LGBT. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode studi dokumen dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan pertimbangan tertentu karena dianggap mewakili.

Setelah dilakukan analisis, hasil penelitian menunjukkan bahwa Republika sebagai surat kabar yang lahir dari rahim komunitas Muslim melakukan frame atas pemberitaan terkait perilaku LGBT di Indonesia pada persoalan agama,

sehingga menggebu untuk menolak dan mengharamkannya. Republika memandang bahwa perilaku LGBT merupakan orientasi seks menyimpang yang harus segera disembuhkan, bukan pada hak asasi kemanusiaan.

Persamaan antara penelitian ini dengan yang sedang dikaji adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis framing model Robert N Entman. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek kajian yaitu Republika dan Serambi Indonesia dan subjek kajian berupa isu LGBT dan penghinaan Alquran.

Perbedaan juga terdapat pada paradigma yang digunakan, yaitu interpretatif dan konstruktivisme.

Susilawati (2015) dalam “Studi Komparatif Pemberitaan Charlie Hebdo di SKH Kompas dan Republika.” Dalam penelitiannya, Susilawati membandingkan antara SKH Kompas dan Republika dalam membingkai berita penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang di kantor majalah Charlie Hebdo. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat kepustakaan (penjelasan) dan analisis data menggunakan analisis framing model William A. Gamson &

Modigliani. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlihat jelas perbandingan Kompas dan Republika. Kedua media ini tetap menjaga visi-misi masing-masing, tapi Republika cenderung memihak pada satu golongan tertentu, sehingga berita yang dihasilkan menggebu-gebu serta cemas dan amarah terhadap Charlie Hebdo yang dianggap sebagai pemicu masalah dan memojokkan Islam. Sedangkan Kompas terlihat lebih profesional, santai, dan tidak melebih-lebihkan dalam penyajian beritanya. Mulai dari judul sampai isi berita, Kompas tidak memihak golongan

tertentu sehingga tidak membentuk opini publik tentang siapa yang salah dan benar.

Persamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah pada metodologi penelitian, yaitu sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis framing sebagai pisau bedah serta sama-sama menggunakan paradigma konstruktivisme. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek kajian yang berbeda. Susilawati meneliti berita pada surat kabar Kompas dan Republika, sedangkan penelitian ini di koran Serambi Indonesia. Perbedaan juga terletak pada model analisis framing yang digunakan, yaitu antara William A. Gamson &

Modigliani dengan model Robert N Entman.

Zakiyah (2015) dalam “Agama dalam Konstruksi Media Massa; Studi Terhadap Framing Kompas dan Republika pada Berita Terorisme.” Penelitian ini merupakan studi pustaka (library research). Dalam penelitian ini ditelusuri tentang bagaimana Kompas dan Republika membingkai berita terorisme, juga bagaimana kedua surat kabar ini mengkonstruksi agama dalam pemberitaan mengenai terorisme. Fokus penelitian ini adalah berita tentang terorisme yang terjadi di Indoneisa yang dimuat oleh Kompas dan Republika pada bulan Juli 2009-Maret 2010. Tehnik analisis data yang digunakan adalah analisis framing dengan paradigma konstruktivisme.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Kompas dan Republika secara jelas mengatakan bahwa Islam bukanlah agama yang mendukung terorisme. Namun terdapat perbedaan intensitas pemberitaan isu ini pada kedua media tersebut.

Kedua media tersebut juga menyebutkan bahwa pelaku teror atau terduga teroris ada kaitannya dengan jaringan internasional Jamaah Islamiyah dan Al Qaidah.

Sedangkan dalam pemberitaan terkait terorisme dan pesantren, Republika mengatakan dengan jelas bahwa lembaga pendidikan Islam tersebut bukan tempat bersemainya teroris. Sementara Kompas menampilkan pro dan kontra tentang kaitan terorisme dan pesantren. Perbedaan juga terlihat dalam pemberitaan mengenai isu larangan berdakwah. Republika menyebutkan umat Islam berhak berdakwah, sementara Kompas hanya menampilkan berita tentang sebaiknya dakwah tidak menyebarkan kebencian.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arvino (2013) dalam“Analisis Framing Pemberitaan Konflik Front Pembela Islam Vs Warga di Kendal, Jawa Tengah, pada Portal Berita antaranews.com dan republika online.” Penelitian ini merupakan kajian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme dan menggunakan model analisis framing Robert N. Entman. Setelah diseleksi, jumlah berita yang diambil di masing-masing media adalah lima judul berita.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa isi pemberitaan antaranews.com terlihat lebih pro pemerintah dan mendukung pencitraan pemerintah. Sedangkan pada Republika online, pemberitaannya terlihat lebih objektif (cover both sides), dilihat dari segi pemilihan narasumber yang lebih beragam daripada antaranews.com, penggunaan kalimat yang tidak terlalu provokatif, serta untuk ideologi sendiri tidak terlalu mempengaruhi isi pemberitaannya.

Karman (2013) dalam “Media Massa dan Konstruksi Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan SKB Menteri tentang Ahmadiyah di Indonesia pada Surat Kabar Harian Suara Pembaruan dan Republika).” Tulisan ini membahas bagaimana sikap media massa (Suara Pembaruan dan Republika) terkait persoalan Ahmadiyah yang dikonstruksi melalui framing. Dengan

mengacu pada teori konstruksi realitas, penelitian ini dilakukan dengan cara analisis framing yang diperkenalkan oleh Zhondang Pan M Kosicki. Hasilnya menyimpulkan bahwa Suara Pembaruan memandang persoalan Ahmadiyah ini menyangkut HAM dan kebebasan beragama. Sedangkan Republika justru memandang sebaliknya bahwa aktivitas Ahmadiyah sebagai bentuk penghinaan, pelecehan, penyimpangan, serta penodaan terhadap pokok-pokok ajaran Islam.

Sikap yang harus diambil pemerintah menurut Suara Pembaruan adalah pemerintah konsisten menjaga konstitusi dan menjamin seluruh warga negara bebas menjalankan agama dengan keyakinannya masing-masing. SKB menteri bukanlah solusi. Sedangkan Republika justru secara tegas menyatakan bahwa pemerintah perlu segera mengeluarkan SKB Ahmadiyah.

Persamaan dua penelitian di atas dengan yang peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivisme.

Sedangkan untuk mengetahui konstruksi media sama-sama menggunakan analisis framing, hanya modelnya saja yang berbeda, yaitu model Zhondang Pan M Kosicki dan Robert N Entman. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek dan objek kajian yang berbeda, yaitu beda surat kabar dan isu yang dipilih.

Berikutnya penelitian yang dilakukan Herman & Nurdiansa (2010) yang berjudul “ Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel-Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan oleh Harian Kompas dan Radar Sulteng dalam memberitakan konflik Israel-Palestina. Fokus penelitian ini adalah keseluruhan berita mengenai konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina yang dimuat di harian Kompas dan Radar Sulteng edisi 19 Desember 2008-18 Februari

2009. Penelitian ini menggunakan analisis framing dengan mengambil kerangka framing yang dijelaskan oleh Robert N. Entman, yaitu: Defining Problems, Causes’s Diagnosis, Make is Judgement’s Moral, and Treatment Recommendations.

Pada akhir penelitian ini, ditemukan bahwa ada komunikasi yang berbeda diantara keduanya khususnya tentang penilaian moral. Kompas cenderung memberikan dalih moral bahwa apa yang dilakukan oleh Israel adalah sesuatu yang memang terpaksa dilakukan karena pihak Palestina yang memulai konflik.

Sebaliknya, Radar Sulteng memfokuskan pada kesalahan-kesalahan Israel yang dianggap sebagai penyebab awal dari semua masalah ini dan menjadikan Palestina sebagai korbannya, sehingga posisi Israel selalu dijelek- jelekkan.

Mahmudin (2015) dalam “Analisis Pembingkaian Pemberitaan Bendera Aceh Pada Harian Serambi Indonesia dan Harian Rakyat Aceh.”Penelitian ini merupakan kajian kualitatif dengan pendekatan analisis framing model Robert N.

Entman. Jumlah frame berita sebanyak empat judul dari harian Serambi Indonesia dan empat judul dari harian Rakyat Aceh yang terbit pada hari yang sama yakni tanggal 1-4 Maret 2015.

Hasil penelitian menunjukan harian Serambi Indonesia menganggap polemik bendera penting, karena punya nilai berita yang tinggi dan sensitif.

Subtansi pembingkaian yang dipakai harian ini yaitu qanun bendera dan lambang Aceh bertentangan dengan konstitusi Indonesia perlu direvisi kembali. Bingkai yang dikonstruksi lebih mengarah pada perubahan bentuk bendera seperti tertuang dalam qanun nomor 3 tahun 2013. Harian Rakyat Aceh menganggap polemik bendera lebih kepada perang kepentingan para elite Aceh.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa konstruksi realitas kewenangan Aceh memiliki bendera dan lambang Aceh dapat mengganggu stabilitas politik, hukum, keamanan, dan kedaulatan NKRI. Konstruksi ini membangkitkan nasionalisme kebangsaan yang memandang kepentingan bangsa dan negara jauh lebih penting dari pada bendera dan lambang daerah yang melanggar peraturan pemerintah nomor 77 tahun 2007. Rekomendasi hasil penelitian ini mendorong pemerintah mencari solusi yang tepat guna mengakhiri polemik yang berlarut-larut demi kelanjutan perdamaian yang abadi di provinsi Aceh.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2013) dalam

“Analisis Framing Pemberitaan Penembakan Solikin Di Harian Jawa Pos Dan Duta Masyarakat.” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis framing pemberitaan penembakan Solikin di dua surat kabar tersebut. Jawa Pos dan Duta Masyarakat memuat headline tepat pada 29 dan 30 Oktober 2011. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode framing menurut Robert N. Entman.

Metode Robert N. Entman ini menggunakan empat perangkat sebagai alat penelitian, yakni identifikasi masalah, siapa/apa yang dianggap sebagai penyebab masalah, penilaian atas penyebab masalah dan saran penanggulangan masalah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa surat kabar Jawa Pos dan Duta Masyarakat melakukan penonjolan isu atau membingkai masalah penembakan Solikin bahwa kepolisian bersalah dalam hal ini. Peneliti menemukan bahwa sejak awal kedua surat kabar mencondongkan pemberitaan pada kesalahan polisi.

Terdapat juga penelitian dari Hamdan (2014) yang berjudul “Analisis Framing Berita Perseteruan KPK dan Polri di Media kompas.com dan

vivanews.com.” Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis media onlinekompas.com dan vivanews.com dalam membingkai pemberitaan perseteruan KPK dan Polri khususnya kasus Simulator SIM. Tipe penelitian ini menggunakan interpretatif kualitatif dengan metode penelitian analisis framing.

Fokus penelitian ini adalah analisis framing pada pemberitaan Perseteruan KPK dan Polri tanggal 1 Agustus 2012 sampai 30 Agustus 2012 pada media online kompas.com dan vivanews.com. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing model Robert N. Entman dengan empat perangkat yaitu Define Problems, Diagnose Cause, Make Moral Judgement, dan Treatment Recommendation.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembingkaian yang dilakukan Vivanews.com lebih membentuk opini yang mendukung satu pihak yaitu pihak Polri, dengan penelitian berita yang tidak memperhatikan objektivitas dan membela kepentingan tertentu. Sehingga disadari rangkaian informasi yang disampaikan dapat memengaruhi pola pikir pembacanya. Sementara pembingkaian yang dilakukan kompas.com lebih menampilkan realitas berita yang ada sesuai dengan faktanya, walaupun ada beberapa artikel yang dikeluarkan Kompas yang membela kepentingan tertentu yaitu pihak KPK.

Secara keseluruhan, persamaan kajian ini dengan beberapa penelitian terdahulu di atas adalah dari segi metodenya yaitu sama-sama menggunakan analisis framing model Robert N. Entman untuk melihat bagaimana sebuah berita dibingkai oleh surat kabar. Sedangkan perbedaan kajiannya terletak pada unit analisis isu yang dibingkai dan juga subjek kajian berupa surat kabar yang berbeda.