• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambaran Umum Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan Geografis dan Administrasi Wilayah

Secara geografis Wilayah Sulawesi Tenggara Kepulauan selanjutnya disingkat Sultra Kepulauan berada pada bagian Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berupa wilayah kepulauan. Pulau-pulau yang masuk dalam gugusan Sultra Kepulauan meliputi Pulau Muna, Pulau Buton, Pulau Kabaena, Kepulauan Wakatobi (Wanci-Kaledupa-Tomia-Binongko) atau biasa dikenal dengan kepulauan tukang besi. Titik koordinat wilayah Sultra Kepulauan berada pada 0,50 15’ hingga 050 32’ Lintang Selatan dan 1220 46’ Bujur Timur. Posisi kabupaten/kota Sultra Kepulauan yang meliputi Kota Baubau dan wilayah sekitarnya (hinterland) yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana dapat dilihat pada Gambar 11.

Sumber: BPS Kota Baubau (2013)

Gambar 11 Peta Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara menurut Kabupaten/Kota dan Posisi Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan

Luas wilayah kabupaten/kota Sultra Kepulauan adalah 11.475,79 Km2 atau 32% dari total wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari Kota Baubau luas wilayah 221,00 Km2, Kabupaten Buton luas wilayah 2.488,71 km2, Kabupaten Buton Utara luas wilayah 1.923,03 Km2, Kabupaten Wakatobi luas wilayah 823,00 Km2, Kabupaten Muna luas wilayah 2.963,97 Km2 dan Kabupaten Bombana luas wilayah 3.056,08 Km2. Batas wilayah Sultra Kepulauan adalah sebelah utara, berbatasan dengan Selat Tiworo, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Kepulauan dan Laut Banda; Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda; Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Flores; dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone dan Laut Flores.

Secara administratif Kota Baubau merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton, dimana pada zaman Indonesia sebelum merdeka Kabupaten Buton adalah

Kab/Kota Daratan Prop. Sulawesi Tenggara Kab/Kota Kepulauan Prop.

Sulawesi Tenggara

Kab. Buton Utara

Kab. Buton Kab. Muna

Kab. Wakatobi Kab. Bombana

Kota Baubau Kab. Konawe Selatan Kab. Kolaka Utara

Kab. Konawe Utara Kab. Kolaka

Kab. Konawe

Kab. Kolaka Timur Kota Kendari

Kab. Konawe Kepulauan

wilayah kekuasaan Kerajaan/Kesultanan Buton. Dalam perkembangannya yaitu sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, Kabupaten Buton kemudian banyak memekarkan kabupaten antara lain Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Buton Utara dan yang terakhir tahun 2014 memekarkan Kabupaten Buton Tengah dan Kabupaten Buton Selatan. Oleh karena kondisi tersebut secara geografis maupun sosial budaya kabupaten/kota yang berada di wilayah Sultra Kepulauan mempunyai kedekatan dan keeratan hubungan, sehingga berkembang dan menguatnya isu pembentukan Propinsi Buton Raya.

Posisi lima kabupaten/kota yang saling berdekatan memiliki hubungan kultural, hubungan emosional maupun kedekatan dan keterkaitan ekonomi namun dengan karakteristik wilayah yang beragam kelima kabupaten dapat saling mendukung dalam upaya pengembangan potensi ekonominya yaitu Kabupaten Buton, Kota Baubau, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi, sedang Kabupaten Muna hanya memiliki keterkaitan ekonomi karena posisi wilayahnya yang berdekatan dan berada pada wilayah Sultra Kepulauan.

Keberhasilan pembangunan suatu negara atau wilayah (propinsi dan kabupaten/kota) dapat dilihat dari indikator ekonomi maupun indikator sosial. Indikator ekonomi biasanya ditunjukkan dengan seberapa besar peningkatan dan perkembangan PDRB baik itu PDRB perkapita maupun ADH Konstan dan laju pertumbuhan ekonomi. Sedang indikator sosial biasanya ditunjukkan dengan seberapa besar peningkatan dan perhatian pada pengembangan sumber daya manusia yang tercermin melalui indeks pembangunan manusia, dan kemiskinan, karena hal-hal tersebut merupakan persoalan-persoalan mendasar daripada pembangunan serta kesejahteraan masyarakat yang merupakan tujuan dari pembangunan. Dengan demikian indikator ekonomi dan indikator sosial bagaikan dua sisi mata uang, bahwa keberhasilan pembangunan sosial didalamnya juga keberhasilan pembangunan ekonomi. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan pembangunan bukan hanya diukur dan dilihat dari indikator ekonomi saja namun keberhasilan pembangunan juga diukur dan dilihat dari indikator sosial.

Indikator Sosial dan Kependudukan

a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk

Penduduk merupakan elemen penting dalam pengembangan wilayah. Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) Kepulauan dalam penelitian ini meliputi Kota Baubau sebagai lokus penelitian dan beberapa kabupaten sekitarnya (hinterland) yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana. Perkembangan jumlah penduduk di kabupaten/kota Sultra Kepulauan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 13 dibawah memperlihatkan peningkatan jumlah penduduk kabupaten/kota Sultra Kepulauan dari tahun 2009 yaitu Kota Baubau 134.218 jiwa; Kabupaten Buton 255.118 jiwa; Kabupaten Buton Utara 53.959 jiwa; Kabupaten Wakatobi 92.796 jiwa; Kabupaten Muna 248.461 jiwa; dan Kabupaten Bombana 135.295 jiwa. Sampai dengan tahun 2013, dari 2.360.611 jiwa jumlah penduduk Propinsi Sulawesi Tenggara, sebanyak 989.847 jiwa atau 41,93 persen berada di wilayah Sultra Kepulauan. Perkembangan jumlah penduduk kabupaten/kota Sultra Kepulauan tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan Tahun 2009-2013

No. Kab/kota Sultra Kepulauan

Jumlah Penduduk Tahun

Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013

1. Kota Baubau 134.218 136.991 139.726 142.576 145.427 139.787,6 2. Kab. Buton 255.118 255.712 260.801 261.119 261.727 258.895,4 3. Kab. Buton Utara 53.959 54.736 55.828 56.631 57.422 55.715,2 4. Kab. Wakatobi 92.796 92.995 94.846 94.953 95.157 94.149,4 5. Kab. Muna 248.461 268.277 273.616 278.437 279.928 269.743,8 6. Kab. Bombana 135.295 139.235 142.006 146.072 150.186 142.558,8

Jumlah 919.847 947.946 966.823 979.788 989.847

Sulawesi Tenggara 2.191.951 2.232.586 2.277.049 2.318.600 2.360.611 2276159,4

Sumber: BPS Kota Baubau, Kabupaten: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009-2013

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kepadatan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk Kota Baubau 645 orang per km2; Kepadatan penduduk Kabupaten Buton 112 orang per km2; Kepadatan penduduk Kabupaten Buton Utara 105 orang per km2; Kepadatan penduduk Kabupaten Wakatobi 223 orang per km2; Kepadatan penduduk Kabupaten Muna 96 orang per km2; dan Kepadatan penduduk Kabupaten Bombana 48 orang per km2.

b. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) dipublikasikan UNDP (United Nations Development Program) tahun 1990 dalam publikasi berjudul Human Development Reports dimaksudkan untuk mengukur pencapaian keseluruhan pembangunan manusia dan mengetahui kinerja pembangunan manusia suatu negara atau wilayah. UNDP (United Nations Development Programme) merumuskan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) dalam skala 0 hingga 1 berdasarkan tiga dimensi pembangunan manusia yaitu pertama, dimensi usia panjang yang diukur berdasarkan tingkat harapan hidup; kedua, dimensi pengetahuan/ pendidikan yang diukur berdasarkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah; ketiga dimensi kualitas stándar hidup yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan daya beli.

Berdasarkan ketiga indikator Human Development Index (HDI) tersebut selanjutnya pencapaian pembangunan manusia suatu negara atau wilayah dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1) jika nilai HDI berkisar antara 0,0 hingga 0,50 berarti pembangunan manusia suatu negara atau wilayah dikategorikan rendah (low human development); 2) jika nilai HDI berkisar antara 0,51 hingga 0,79 berarti pembangunan manusia suatu negara atau wilayah dikategorikan sedang (medium human development) ; dan 3) jika nilai HDI berkisar antara 0,80 hingga 1,00 berarti pembangunan manusia suatu negara atau wilayah dikategorikan tinggi (high human development). Dengan demikian bahwa semakin tinggi angka IPM suatu negara/wilayah menunjukkan pembangunan manusia yang semakin baik dan sebaliknya semakin rendah IPM mengindikasikan suatu negara/ wilayah kurang memperhatikan pembangunan manusia. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Baubau dan wilayah hinterlandnya tahun 2004-2013 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009-2013

No

Kab/kota Sultra Kepulauan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun Rata- rata 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Kota Baubau 68,8 69,7 70,60 69,70 72,14 72,87 73,48 74,10 74,58 75,10 72,11

2. Kab. Buton 64,2 65,2 66,70 67,08 67,82 68.24 68,80 69,34 69,95 70,35 67,77

3. Kab. Buton Utara - - 66,30 66,89 67,16 67,62 68,07 68,86 69,31 70,13 68,04

4. Kab. Wakatobi 61,8 63,32 64,20 65,54 66,03 66,70 67,20 68,04 68,78 69,77 66,14

5. Kab. Muna 64,1 64,9 65,80 65,93 66,49 67,03 67,45 67,95 68,35 68,97 66,70

6. Kab. Bombana 63,3 63,83 64,00 65,35 66,05 66,63 67,20 67,85 68,51 69,67 66,24

7. Sulawesi Tenggara 66,7 67,5 67,80 68,32 69,00 69,52 70,00 70,55 71,05 71,73 69,22

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Tabel 14 memperlihatkan dari enam kabupaten/kota wilayah Sultra Kepulauan menunjukkan peningkatan IPM dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Capaian nilai IPM masing-masing kabupaten/kota Sultra Kepulauan berada

pada kategori “sedang/menengah (medium human development)” dengan kisaran IPM terrendah tahun 2004 yaitu Kabupaten Wakatobi 61,80 sampai IPM tertinggi tahun 2013 yaitu Kota Baubau 75,10. Perkembangan IPM kabupaten/kota tersebut diatas menunjukkan tren peningkatan dari tahun ketahun, hal ini berarti bahwa pembangunan yang dilakukan di enam kabupaten/kota wilayah Sultra Kepulauan secara umum relatif telah dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Rata-rata perkembangan IPM dapat dilihat pada Gambar 12.

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Gambar 12 Rata-Rata IPM Enam Kab/Kota Sultra Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2004-2013

Jika dibandingkan Kota Baubau dan daerah sekitarnya (hinterland), rata-rata IPM Kota Baubau tahun 2004-2013 adalah 72,11 lebih besar dibandingkan rata- rata IPM tahun 2004-2013 lima kabupaten/kota lainnya masing-masing Kabupaten Buton 66,77; Kabupaten Buton Utara 68,04; Kabupaten Wakatobi 66,14; Kabupaten Muna 66,70 dan Kabupaten Bombana 66,24. Jika dilihat dari perkembangan IPM dari tahun ke tahun Kota Baubau memiliki nilai IPM tertinggi diantara lima kabupaten lainnya. Sebaliknya, jika dibandingkan rata-rata nilai

IPM kabupaten/kota wilayah Sultra Kepulauan dengan rata-rata nilai IPM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2004-2013 sebesar 69,22 terlihat hanya Kota Baubau memiliki rata-rata nilai IPM lebih besar daripada rata-rata nilai IPM Provinsi Sulawesi Tenggara, namun rata-rata nilai IPM lima kabupaten masing- masing Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana rata-rata nilai IPM Provinsi Sulawesi Tenggara lebih tinggi.

c. Kemiskinan

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia juga dapat dilihat dari tingkat kemiskinan masyarakat dalam suatu wilayah. Berdasarkan data tahun 2009-2013 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di enam kabupaten/kota Sultra Kepulauan mengalami penurunan setiap tahunnya. Kota Baubau jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 18,2 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 13,1 ribu jiwa; Kabupaten Buton jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 62,6 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 32,2 ribu jiwa; Kabupaten Buton Utara jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 11,0 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 8,2 ribu jiwa; Kabupaten Wakatobi jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 23,0 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 12,2 ribu jiwa; Kabupaten Muna jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 54,2 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 35,7 ribu jiwa; Kabupaten Bombana jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 20,2 ribu jiwa, tahun 2013 menurun sebesar 18,6 ribu jiwa (Tabel 15). Tabel 15 Perkembangan Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Sultra

Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009-2013

No. Kab/Kota Sultra Kepulauan

Penduduk Miskin menurut Kab/Kota Sultra

Kepulauan (ribu orang) Tahun Jumlah

Rata-rata (ribu orang) 2009 2010 2011 2012 2013 1. Kota Baubau 18,2 16,6 15,8 14,4 13,1 78,1 15,62 2. Kab. Buton 62,6 45,8 43,7 39,8 32,2 224,1 44,82 3. Kab. Buton Utara 11,0 10,3 9,8 8,9 8,2 48,1 9,64 4. Kab. Wakatobi 23,0 17,1 16,4 14,9 12,2 83,6 16,64 5. Kab. Muna 54,2 46,6 44,3 40,3 35,7 221,1 44,22 6. Kab. Bombana 20,2 22,0 20,9 19,0 18,6 100,7 20,14 Jumlah 189,2 158,4 150,9 137,3 120,0 755,8 151,16 Sulawesi Tenggara 403,1 350,7 334,3 304,3 271,4 1663,8 332,76

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Tabel 15 memperlihatkan dari enam kabupaten/kota di wilayah Sultra Kepulauan, rata-rata jumlah penduduk miskin terbanyak tahun 2009-2013 adalah Kabupaten Buton sebanyak 44,82 ribu jiwa, diikuti oleh Kabupaten Muna sebanyak 44,22 ribu jiwa, Kabupaten Bombana sebanyak 20,14 ribu jiwa, Kabupaten Wakatobi sebanyak 16,64 ribu jiwa dan Kota Baubau sebanyak 15,62 ribu jiwa, sedangkan Kabupaten Buton Utara rata-rata jumlah penduduk miskin adalah yang terkecil sebanyak 9,64 ribu jiwa. Kecilnya rata-rata jumlah penduduk miskin Kabupaten Buton Utara hal ini karena jumlah penduduknya adalah yang terkecil dari enam kabupaten/kota Sultra Kepulauan.

Jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara adalah kontribusi dari 12 (duabelas) kabupaten/kota yaitu Kota Kendari, Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka Utara, dan Kabupaten Konawe Utara serta kabupaten/kota. Dari 12 (duabelas) kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Tenggara jumlah penduduk miskin tahun 2009 sebanyak 403,1 ribu jiwa, tahun 2010 sebanyak 359,7 ribu jiwa, Tahun 2011 sebanyak 334,3 ribu jiwa, tahun 2012 tahun 2013 sebanyak 271,4 ribu jiwa. Perkembangan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2009-2013)

Gambar 13 Jumlah Penduduk Miskin di Sulawesi Tenggara dan Enam Kab/Kota Sultra Kepulauan dan Kontribusi Kemiskinan tahun 2009-2013 Berdasarkan Gambar 13 memperlihatkan kontribusi enam kabupaten/kota Sultra Kepulauan terhadap jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 sebanyak 189,2 ribu jiwa atau 46,94 persen dan itu terus memperlihatkan penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2010 dari 359,7 ribu jiwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara kontribusi enam kabupaten/kota terhadap jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 158,4 ribu jiwa atau 45,17 persen. Tahun 2011 dari 334,3 ribu jiwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 150,9 ribu jiwa atau 45,14 persen kontribusi enam kabupaten/kota. Tahun 2012 dari 304,3 ribu jiwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 137,3 ribu jiwa atau 45,12 persen kontribusi enam kabupaten/kota dan tahun 2013 dari 271,4 ribu jiwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 120,0 ribu jiwa atau 44,22 persen kontribusi enam kabupaten/kota terhadap jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi Tenggara.

Indikator Perekonomian Daerah

a. Struktur Ekonomi Wilayah

Struktur ekonomi suatu wilayah mengambarkan peranan masing-masing sektor ekonomi dalam memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB baik PDRB ADHK maupun PDRB perkapita juga merupakan gambaran perkembangan ekonomi dan kemampuan suatu wilayah dalam mengelola potensi sumber daya yang dimiliki oleh wilayah tersebut dalam rangka memberikan nilai tambah ekonomi. Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor tersebut.

Perkembangan PDRB Perkapita kabupaten/kota Sultra Kepulauan selama periode tahun 2003, 2007 dan tahun 2009-2013 memperlihatkan pada tahun 2003 (awal pemekaran) Kota Baubau pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Baubau adalah sebesar 3.812.816,18; lebih besar dibandingkan daerah sekitarnya (hinterland) masing-masing Kabupaten Buton sebesar 2.033.930,39; Kabupaten Buton Utara belum ada karena pemekaran tahun 2005; Kabupaten Wakatobi sebesar 1.636.293,40; Kabupaten Muna sebesar 3.226.883,88; dan Kab. Bombana sebesar 3.226.883,88.Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kemudian yaitu tahun 2007 PDRB Perkapita Kota Baubau sebesar 4.705.314,38, mengalami pertumbuhan yang cukup pesat jika dibandingkan dengan dibandingkan 4 (empat) daerah sekitarnya yaitu Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Muna, namun masih lebih kecil jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Kabupaten Buton Utara sebesar 5.834.581,06.

Perkembangan PDRB Perkapita Kota Baubau terus memperlihatkan tren peningkatan dalam kurun 5 tahun kedepan yaitu tahun 2009-2013. Jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya (hinterland) memperlihatkan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Baubau adalah sebesar Kota Baubau adalah sebesar 5.216.577,88 dan 6.792.115,28 jauh lebih besar dibandingkan dengan 4 (empat) kabupaten sekitarnya Kabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Muna, namun masih lebih kecil jika dibandingkan dengan PDRB perkapita Kabupaten Buton Utara sebesar 6.196.659,69 tahun 2009 dan 8.224.420,56 tahun 2013 (Gambar 14).

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Gambar 14 Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2003, 2007 dan 2009-2013 Gambar 14 memperlihatkan perkembangan PDRB Perkapita Propinsi Sulawesi Tenggara selama periode tahun 2003, 2007 dan tahun 2009-2013 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Jika dibandingkan PDRB Perkapita Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2003 sebesar 3.626.237,80, dimana dari 6 (enam) kabupaten/kota Sultra Kepulauan hanya Kota Baubau yang lebih melebihi besarnya PDRB Perkapita Propinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 2007 PDRB Perkapita Kota Baubau dan Kabupaten Buton Utara lebih besar dari PDRB Perkapita Propinsi Sulawesi Tenggara. Demikian halnya antara tahun 2009 sampai 2013, tetap memperlihatkan 2 (dua) kabupaten/kota yaitu Kota Baubau dan Kabupaten Buton Utara PDRB Perkapitanya lebih besar dibandingkan PDRB Perkapita Propinsi Sulawesi Tenggara (Gambar 14).

Gambar 15 memperlihatkan pertumbuhan PDRB ADH Konstan2000Kota Bau-Bau pada awal pemekaran tahun 2003 sebesar 438 milyar, masih dibawah Kabupaten Buton (induk) sebesar 815 milyar dan Kabupaten Muna sebesar 921 milyar, namun pada tahun 2007 PDRB ADH Konstan Kota Baubau meningkat sebesar 586 milyar lebih besar dibandingkan Kabupaten Buton (induk) sebesar 551 milyar dan beberapa kabupaten sekitarnya, namun masih dibawah Kabupaten Muna sebesar 896 milyar. Peningkatan PDRB ADH Konstan Kota Baubau terus meningkat dari tahun 2009 sebesar 700 milyar sampai dengan tahun 2013 sebesar 987 milyar. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya (hinterland) lainnya yaitu Kabupaten Buton (induk) tahun 2009 sebesar 651 milyar s.d. 2013 sebesar 921 milyar, Kabupaten Buton Utara tahun 2009 sebesar 334 milyar s.d. tahun 2013 sebesar 472 milyar, Kabupaten Wakatobi tahun 2009 sebesar 234 milyar s.d. 2013 sebesar 342 milyar dan Kabupaten Bombana tahun 2009 sebesar 388 milyar s.d. tahun 2013 sebesar 539 milyar. Namun terhadap Kabupaten Muna merupakan salah satu daerah hinterland PDRB ADH Konstan tahun 2009 sebesar 1.041 triliyun s.d. tahun 2013 sebesar 1,37 triliyun, pertumbuhan PDRB ADH Konstan 2000 Kota Bau-Bau masih berada dibawah Kabupaten Muna. Dari gambaran kondisi perekonomian dan perkembangan PDRB ADH Konstan Kota Baubau

yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun secara umum menunjukkan adanya peningkatan kegiatan perekonomian di Kota Baubau (Gambar 15)

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Gambar 15 Perkembangan PDRB ADH Konstan Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2003, 2007 dan 2009-2013

Gambar 15 memperlihatkan peningkatan PDRB ADHK kabupaten/kota se Sultra Kepulauan dari tahun ketahun. Dari tahun 2003, 2007 dan 2009-2013 menunjukkan penyumbang terbesar dalam pembentukan struktur ekonomi khususnya PDRB ADHKonstan Kota Baubau adalah sektor Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan dan sektor Jasa-Jasa; Sedangkan kabupaten hinterlandnya masing-masing Kabupaten Buton penyumbang terbesar sektor terhadap pembentukan PDRB diberikan oleh sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahandan Jasa-Jasa; Kabupaten Buton Utara penyumbang sektor terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pertanian, Bangunan dan sektor Jasa-Jasa; Kabupaten Wakatobi sumbangan terbesar sektor terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pertanian, Listrik dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel & Restoran, Keuangan, Persewaan & Jasa dan sektor Jasa- Jasa; Kabupaten Muna sumbangan terbesar sektor terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pertanian, Perdagangan, Hotel & Restoran, dan sektor Jasa-Jasa; dan Kabupaten Bombana sektor yang memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB adalah sektor Pertanian, Bangunan dan sektor Jasa-Jasa.

b. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Tingkat pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai di suatu daerah. Gambar 16 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota Sultra Kepulauan tahun 2003, 2007 dan tahun 2009-2013. Pada tahun 2003 hanya terdapat 3 (tiga) kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing

Kota Baubau 2,49 persen, Kabupaten Buton 0,28 persen dan Kabupaten Muna 6,99 persen. Tahun 2007 terdapat 6 (enam) kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing Kota Baubau 7,54 persen, Kabupaten Buton 7,52 persen, Kabupaten Buton Utara 10,56 persen, Kabupaten Wakatobi 13,67 persen, Kabupaten Muna 6,72 persen dan Kabupaten Bombana 7,14 persen. Sebaliknya antara tahun 2009-2013 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau antara tahun 2009 sebesar 10,79 persen dan tahun 2013 sebesar 8,22 persen menunjukkan tren pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi kabupaten hinterlandnya, yakni Kab. Buton (induk) 8,60 persen tahun 2009, tahun 2013 8,63 persen, Kabupaten Buton Utara sebesar 10,56 persen tahun 2009, tahun 2013 9,46 persen, Kabupaten Wakatobi sebesar 13,67 persen tahun 2009, tahun 2013 8,04 persen, Kabupaten Muna sebesar 7,81 persen tahun 2009, tahun 2013 7,23 persen, dan Kab. Bombana sebesar 7,74 persen tahun 2009, tahun 2013 8,86 persen. Untuk jelasnya perbandingan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Sultra Kepulauan dapat dilihat pada Gambar 16.

Sumber: BPS Kota Baubau, Kab: Buton, Buton Utara, Wakatobi, Muna dan Bombana dan Propinsi Sulawesi Tenggara (2003-2013)

Gambar 16 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Sultra Kepulauan dan Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2003, 2007 dan 2009-2013 Gambar 16 jika dirata-ratakan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau dari tahun 2003 (awal pemekaran), 2007 dan 2009-2013 memperlihatkan peningkatan dari tahun ke tahun. Terlihat dirata-ratakan pertumbuhan ekonomi Kota Baubau dari tahun 2003-2013 sebesar 8,11 persen, lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Buton 7,53 persen dan Kabupaten Muna 7,22 persen, namun masih dibawah dari Kabupaten Buton Utara 8,61 persen, Kabupaten Wakatobi 9,88 persen dan Kabupaten Bombana 8,16 persen. Jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Sultra Kepulauan dengan Propinsi Sulawesi Tenggara sebesar 8,40 persen, terlihat hanya Kabupaten Wakatobi 9,88 persen dan Kabupaten Buton Utara 8,61 persen, yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan Propinsi Sulawesi Tenggara, namun terhadap 4 (empat) kabupaten/kota Sultra Kepulauan masing-masing Kota Baubau, Kabupaten Buton, Kabupaten Muna dan Kabupaten Bombana pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Tenggara masih lebih tinggi.

Gambaran Umum Kabupaten/Kota Priangan Timur Geografis dan Administrasi Wilayah

Wilayah Priangan Timur secara geografis berada pada bagian Timur Provinsi Jawa Barat serta berada pada jalur selatan perlintasan Jakarta-Jawa Barat-Jawa Tengah-Jogyakarta-Jawa Timur. Posisi koordinat Wilayah Priangan Timur terletak antara 1080 08’38” -1080 24’02” Bujur Timur dan antara 7010’-70

26’32” Lintang Selatan, berjarak ± 105 Km dari Kota Bandung dan ± 255 Km dari Kota Jakarta. Batas wilayah Priangan Timur adalah sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan; Sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Cilacap); Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Hindia; dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur. Posisi wilayah Priangan Timur dan enam kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 17.

Sumber: Bappeda Jawa Barat (2013)

Gambar 17 Peta Wilayah Propinsi Jawa Barat menurut Kabupaten/Kota dan Posisi Kabupaten/Kota Priangan Timur

Gambar 17 menunjukkan Wilayah Priangan Timur meliputi Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar dan Kabupaten Pangandaran. Luas wilayah Priangan Timur adalah