• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geliat Kegiatan Sosial – Ekonomi Masyarakat di Wilayah KEK: Temuan Lapangan

BAB 2 Kondisi Sosial - Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

2.4 Geliat Kegiatan Sosial – Ekonomi Masyarakat di Wilayah KEK: Temuan Lapangan

Tanjung Kelayang dan Nelayan Wisata

Kelompok kapal wisata Tanjung Kelatang, Desa Keciput dibentuk dengan motivasi untuk menciptakan ketertiban dan keamanan dalam pelayanan wisatawan. Walaupun hingga saat ini

40 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

kondisi belum kejadian kecelakaan dalam proses pelayanan. Sehingga kasus kelebihan beban dan lainnya tidak terjadi. Guna mewujudkan hal tersebut maka diterbutkan sertifikasi kapal. Saat ini sudah ada sekitar 38 – 40 kapal yang tersetifiaksi dari total 143 kapal. Sertifikasi ini dilakukan bersama dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP). Sertifikasi ini mencakup ukuran kapal, tahun pembuata, dan lainnya. Namun demikian, tidak terlihat pembeda antara kapal yang sudah sertifikasi ataupun yang belum. Proses pengurusan sertifikasi tidak dikenai biaya.

Perkumpulan Kapal Wisata Tanjung Kelayang sudah berbadan hukum. Biaya yang dikeluarkan untuk proses badan hukum masih ditanggung oleh ketua, namun dengan adanya iuran anggota (Rp 5000, dan naik menjadi Rp 10.000) maka hal ini tidak terlalu masalah. Akan tetapi kesadaran anggota untuk membayar iuran masih perlu untuk ditingkatkan. Mungkin nanti setelah ada revisi AD dan ART, organisasi akan semakin baik. Untuk keanggotaan masih dipikirkan apakah hanya untuk para pemilik kapal ataukah bisa untuk captain dan anak buah kapal.

Semakin banyaknya nelayan yang menjadi nelayan pemandu wisata sudah mulai terjadi di tahin 2007 dan jumlahnya secara bertahap terus bertambah. Bahkan sempat terjadi kekurangan kapal sehingga harus didatangkan dari luar daerah. Jumlah pengunjung melonjak tinggi setelah film Laskar Pelangi menjadi booming.

Hal yang masih dirasi kurang yaitu sosialisasi KEK dengan para nelayan pemandu wisata. Konsultasi publik pernah dilakukan di tahun 2015. Namun setelah itu tidak ada berita lagi. Akan seperti apa pola sinergi yang bisa dibangun dan hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk membangun sinergi yang lebih baik belum banyak dibicarakan dan didiskusikan.

Sementara itu, ketua perkumpulan kapal wisata merasa masih banyak hal yang perlu dipersiapkan seperti tambatan kapal, pemecah gelombang, terminal pemandu, taman laut, perlengkapan diving dan sertifikasi penyelam, serta kemampuan Bahasa Inggris. Demikian juga halnya dengan pantaan kawasan akan terlihat tidak kumuh. Hal lainnya yang juga penting diperhatikan yaitu keberadaan polair, tata kelola sampah. Agar hal-hal tersebut dapat terkelola secara baik maka diperlukan sinergitas dan kerjasama antara Kapolres – PolAIr, Pemerintah Desa, Dinas Pendapatan Daerah, Penanganan Sampah, Dinas Kesehatan, Dinas Pariwiasata, Dinas Koperasi dan UMKM, Tim Penanggulangan Bencana, Termasuk juga dengan Badan Pengelola

41 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Kawasan. Ada indikasi Badan Pengelola akan memberikan radio panggil untuk para nelayan wisata sebagai bagaian dari program CSR mereka.

Pengembangan sektor pariwisata memberikan manfaat besar bagi perkembangan ekonomi, namun demikian, diperlukan perhatian besar dari semua pihak untuk tetap menjaga dan mengembangkan kearifan lokal. Nilai lokalitas, keasrian, alamiah (natural), betang alam yang indah perlu dipertahankan. Demikian juga dengan tetap membuka kawasan pantai sebagai wilayah yang bersih, dan sebagai public space, menjadi nilai yang penting. Lokasi-lokasi hotel sebaiknya diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu bibir pantai. Perlu ada zona netral antara pantai dengan perhotelan modern.

Di samping menjaga lingkungan, perilaku turis juga perlu untuk dibina atau diarahkan. Kerap kali terjadi kerusakan lingkungan karena pemandu wisata kurang tegas dalam menjaga perilaku turis. Keindahan pantai Tanjung Kelayang diakui oleh para turis asing masih sangat baik dan ‘fantastic’. Ada kekhawatiran dari mereka tanpa pengelolaan yang baik maka nasib Tanjung Kelayang akan sama dengan Phuket Island atau zona wisata lainnya di Malaysia yang menjadi rusak. Agar hal tersebut tidak terjadi maka sejak awal pengembangan KEK Tanjung Kelayang perlu untuk mencari best practice yang menjadi acuan bagi pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan.

Tanjung Kelayang dan Konservasi Penyu

Sejak lima tahun terakhir telah berkembang inisiasi masyarakat untuk melakukan kegiatan konservasi penyu. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat yang melihat semakin terancamnya populasi penyu di Tanjung Kelayang karena usaha penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan (biasanya dari Bali) ataupun banyaknya penyu yang dimakan oleh predator lain ataupun untuk konsumsi manusia. Zona Kelayang untuk konservasi penyu, terus berkembang dan saat ini memiliki sekitar 10 anggota. Masing-masing anggota bertugas untuk membeli atau mengumpulkan telur penyu, pelakukan penetasan, memelihara lokasi konservasi, menyiapan pakan penyu, dan menjual penyu untuk dilepas di pantai.

Program konservasi penyu yang merupakan inisiatif masyarakat sudah kerjasama dengan pemerintah dareah khususnya dari Dinas Kelautan dan Perikanan dan mandapat bantuan

42 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

‘Program Peduli’ dari PLN. Kegiatan melepaskan penyu ke pantai terus berkembang seiring dengan bertambanhnya jumlah turus yang datang ke Tanjung Kelayang, juga karena keyakinan khususnya dari etnis Tionghoa untuk melepas penyu ke laut sebagai upaya untuk ‘buang sial’.

Kegiatan konservasi penyu ini tidak hanya sangat positif sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di laut, namun juga sebagai peluang usaha yang juga memberikan manfaat ekonomi bagi para anggotanya. Tantangan kedepan tentu saja membangun keterpaduan atau kebersamaan segenap masyarakat untuk turut berperan dalam kegiatan ini. Demikian juga, dengan semakin banyak wisatawan yang membeli penyu untuk dilepas ke laut maka akan memberikan nilai tambah bagi para penangkar. Oleh karena ini, kegiatan ini penting untuk didorong agar dapat semakin marak lagi. Peranan pemandu wisata ataupun agen perjalan penting untuk mempromosikan kegiatan ini.

Tanjung Kelayang dan Laskar Pelangi

Sebagaimana diakui oleh banyak pihak, wisata Belitung sulit berkembang jika tidak ada Film Laskar Pelangi. Hal ini menandakan betapa keindahan alam tetap diperlukan tangan-tangah kreatif untuk mengembangkannya. Zona pariwisata Kabupaten Belitung dengan keindahan pantainya dan juga geo-parknya, tidak bisa dilepaskan dari posisi Kabupaten Belitung Timur. Tempat pengambilan film Laskar Pelangi berada di Beliting Timur. Dengan demikian, para wistawan, biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 hari untuk berwisata di P. Belitung. Hari pertama sesampainya di P. Belitung, para wisatawan biasanya akan langsung diarahkan ke Kabupaten Belitung Timur untuk mengunjungi lokasi shooting Laskar Pelangi (SD Muhammadiyah Gantong), Rumah Siput, Pantai Burung Mundo, Wihara Dewi Quanin, dan dilanjutkan dengan makan siang. Hari ke-2, wisatawan menghabiskan waktu dengan mengunjungi pulau-pulau yang berada di sekitar Tanjung Kelayang, dan di hari ke-3 wisatawan biasanya melakukan shoping. Dengan demikian, jika diperhatikan sebagaian besar waktu wisatawan lebih banyak dihabiskan di Kabupaten Belitung.

Namun demikian, penting untuk menjadi perhatian semua pihak bahwa kegaitan pariwisata di P. Pulau Belitung merupakan zona integrasi antara kawasan di Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Keduanya perlu lebih bersinergi untuk saling melengkapi. Misalkan, wilayah

43 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Belitung Timur masih memiliki kesenian yang kuat. Masih terdapat banyak sanggar tari disana, tokoh-tokoh bidang kesenian ada disana. Demikain juga kesenian Muang Jong sudah mulai diperkenalkan. Selanjutnya pulau-pulau di Belitung Timur yang prospektif untuk dikembangkan yaitu Pulau Buku Limau, P. Siadong, P. Penang. Selanjutnya lokasi geopark seperti open pit-Kelapa Kampit dan Gunung Lumut juga sangat prospektif untuk dikembangkan.

Melihat kekayaan alam dan budaya maka diperlukan suatu strategi untuk mengembangkan keduanya agar tidak hanya mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, namun yang jauh lebih penting yaitu membangun perimbangan pembangunan antar wilayah. Hal ini bisa terjadi jika sudah dirancang suatu desain pengembangan wisata yang terintegrasi. Ada indikasi, jika daya tarik wisata tidak dikembangkan, maka wisatawan biasanya engan untuk berkunjung ke-duakalinya. Misalkan, dalam pengalaman kedua mengunjungi P. Belitung, wisatawan biasanya tidak kembali lagi ke Belitung Timur. Hal ini tentu saja berakibat pada jumlah hari kunjungan mereka di P. Belitung juga semakin berkurang.

Perkembangan kegiatan pariwisata di Kab. Belitung yang semakin marak, sementara Kab. Belitung Timur hanya mendapat sebagaian kecil saja, menjadikan Kab. Belitung dalam posisi gamang. Prospek untuk mengembangkan tambang timah, kemungikinan akan menjadi pilihan sulit ditengah upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Tentu saja jika pertambangan akan menjadi leading setor pertumbuhan Kab. Belitung Timur, sementara itu Kab. Belitung mengembangan pariwisata dan kita tahu bersama kedua sektor tersebut sulit untuk bersinergi, maka aspek komplementaritas, dan zonasi integrasi wisata tidak akan terbangun dengan baik. Jika kondisi ini terjadi maka sudah dapat dipastikan jumlah kunjungan dan hari tinggal turis akan semakin berkurang. Menyikapi potensi permasalahan ini maka peranan pimpinan daerah (Gubernur) menjadi penting. Namun demikian, nampaknya Gubernur masih fokus pada pengembangan dua KEK lainnya di P. Bangka dibandingkan dengan membangun langkah-langkah strategis untuk mengembangkan KEK yang ada akan lebih mampu memberikan efek multiplier bagi pengembangan wilayah. Dengan demikian, konsep zonasi wisata yang terintegrasi dan saling melengkapi serta didukung oleh infrastruktur yang handal perlu menjadi perhatian pemerintah dan para penggerak usaha di sektor pariwisata.

44 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Wisata Mandalika dan Tantangannya

Dari hasil observasi sudah banyak ditemui homestay, restoran dan fasilitas lainnya, di sekitar KEK Mandalika. Tentu saja perkembangan KEK kedepan dapat fasilitas yang ada dapat bersinergi atau saling melengkapi dengan infrastruktur dan fasilitas yang terdapat di dalam KEK. Namun demikian, konsep, dan cetak biru akan bagaimana integrasi zona di KEK dan sekitarnya, belum secara jelas ditemukan.

Masih diperlukan edukasi yang intensif untuk membangun budaya wisata yang ‘nyaman’. Ada kebiasaan di lingkungan KEK Mandalika yang berpotensi membuat wisatawan tidak nyaman dalam menikmati objek wisata, seperti sikap pedagang asongan yang kerap kali ‘memaksa’ untuk membeli barang dagangannya. Sikap pedagang yang memaksa wisatawan untuk membeli barang-barang yang dijajakan oleh anak-anak atau para perempuan di sekitar Masjid Besar Mandalika, sangat mengganggu. Kondisi ini tentu saja perlu ditata dengan lebih baik, sehingga wisatawan akan semakin nyaman untuk berlama-lama atau kelak penuh citra positif untuk kembali ke tempat wisata. Hal ini penting untuk dipecahkan secara bersama dengan melibatkan partisipasi tokoh masyarakat.

Perkembangan kujungan pariwisata, dari Malaysia meningkat cukup pesat. Hal ini diduga karena hubungan sejarah antara NTB dan Malaysia, dan juga relasi tenaga kerja Indonesia (TKI) asal NTB yang ada disana. Sementara itu, penguatan pariwista di NTB, memerlukan penguatan dari beberapa aspek, yaitu: penguatan keakhilan pekerja, dilakukan promosi yang intensif, mempertahankan kearifan budaya lokal, peranan pesantren untuk menjaga kearifan lokal, bersih, ‘kemesraan’ wisata halal dan konvensional.

Perkembangan pariwisata termasuk melalui KEK diharapkan dapat membuka kesempatan ekonomi. Namun demikian, kondisi masyarakat sekiar termasuk kemampuan dan keterampilan yang ada, belumlah memadai. Belum terbayang, akan seperti apa backward dan

forward linkage antara kawasan di dalam dan di luar KEK.

Sejak tiga tahun terakhir, kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah pantai khususnya pantai Selong Belanak, semakin berkembang. Jika sebelumnya, kegiatan ekonomi berfokus pada usaha nelayan dan keramba, saat ini, sudah banyak warung-warung yang tersedia, termasuk penyediaan sewa papan selancar, wisata perahu pantai, dan pijak. Hal ini memberikan peluang

45 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

tambahan bagi masyarakat sekitar. Seiring dengan perkembangan ekonomi, ancaman terhadap maraknya pekerja anak juga kian meningkat. Banyak anak-anak usia sekolah yang juga menjadi pekerja di sekitar pantai (misalkan ngojek surfing). Jika anak-anak sudah sejak dini lebih mementingkan mencari uang, maka dapat mengganggu semangat belajar. Penglolaan lahan parkir di pantai Selong Belanak dilakukan dengan melibatkan 9 dusun yang diatur secara bergiliran. Secara rata-rata, uang yang bisa terkumpul dari kegiatan parkir setiap hari sekitar Rp 1 juta Rupiah. Keamanan lokasi wisata termasuk pantai dikelola oleh Badan Keamanan Desa, dan juga Pengamanan Pantai. Pengamanan pantai merupakan pegawai dari Dinas Pariwitasa yang tinggal disekitar lokasi wisata. Kunjungan turis ke Pantai Selong Belanak, terjadi di bulan Juni-Juli-Agustus.