• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 TATA KELOLA KAWASAN EKONOMI KHUSUS:

4.3 Konsep Tata Kelola KEK di Indonesia

Tata kelola KEK di Indonesia, antara lain, dapat ditilik melalui ketentuan yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009, tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Secara umum dapat dijelaskan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan KEK, maka pada tingkat nasional dibentuk Dewan Nasional, yang dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh Sekretariat Dewan Nasional KEK dan Tim Pelaksana. Selanjutnya pada tingkat provinsi dibentuk Dewan Kawasan, yang dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh Sekretariat Dewan Kawasan KEK. Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota, pengelolaan KEK dilakukan oleh Administrator

77 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

dan Badan Usaha Pembangunan & Pengelola (BUPP). Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk membantu penyelenggaraan KEK. Sedangkan BUPP adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Secara singkat, struktur organisasi dalam penyelenggaraan KEK tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Penyelenggara KEK

Sumber: Webpage Dewan KEK Nasional (http://kek.go.id/dewan-nasional-kek)

4.3.1 Dewan Nasional

Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK, yang bertanggung jawab kepada Presiden. Adapaun tugas dari lembaga ini, sebagaimana diautur pada Pasal 17, UU No. 39 Tahun 2009, meliputi sedikitnya ada delapan hal utama, yaitu: 1) menyusun Rencana Induk Nasional KEK; 2) menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK; 3) menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK; 4) melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK; 5) memberikan rekomendasi pembentukan KEK; 6) mengkaji dan

78 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang potensinya belum berkembang; 7) menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan KEK; dan 8) memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.

Terkait dengan susunan organinasi dari Dewan Nasional, selanjutnya diatur lebih rinci pada Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2012, tentang Perubahan atas Perpres No. 33 Tahun 2010, Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus. Pada Pasal 4 (2), misalnya, disebutkan bahwa: Dewan Nasional diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan beranggotakan Menteri/Pimpinan Lembaga yang sekurang-kurangnya menangani urusan pemerintahan di bidang pembinaan pemerintahan daerah, keuangan, perindustrian, pekerjaan umum, perdagangan, perhubungan, tenaga kerja, perencanaan pembangunan nasional, dan koordinasi penanaman modal.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Nasional, maka dibentuk Sekretariat Dewan Nasional, yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Nasional, dan secara administratif berkedudukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sekretariat Dewan Nasional mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan dan pelayanan teknis operasional dan administratif kepada Dewan Nasional, serta pembinaan terhadap seluruh unsur dalam lingkungan Sekretariat Dewan Nasional (lihat Pasal 6 dan 7, Perpres No. 33 Tahun 2010).

4.3.2 Dewan Kawasan

Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK. Ini berarti, secara kelembagaan, Dewan Kawasan bertanggung jawab kepada Dewan Nasional. Adapun tugas utama dari lembaga ini, sebagaimana diatur pada Pasal 21, UU No. 39 Tahun 2009, adalah: a) melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayah kerjanya; b) membentuk Administrator KEK di setiap KEK; c) mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam

79 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK; d) menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya; e) menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir tahun; dan f) menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan strategis kepada Dewan Nasional.

Dalam hal susunan organisasi Dewan Kawasan, dapat disimak pada Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2012, Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010, Tentang Dewan Nasional Dan Dewan Kawasan Ekonomi Khusus. Pada Pasal 20, ditegaskan bahwa Susunan Organisasi Dewan Kawasan meliputi Ketua yaitu gubernur, wakil ketua yaitu bupati/walikota di wilayah KEK, dan anggota. Lebih jauh disebutkan, bahwa Anggota Dewan Kawasan terdiri dari paling banyak 9 (sembilan) orang meliputi: paling banyak 3 (tiga) orang yang mewakili unsur Pemerintah di wilayah provinsi; dan paling banyak 6 (enam) orang yang mewakili unsur pemerintah provinsi dan unsur pemerintah kabupaten/kota. Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Kawasan, maka dibentuk Sekretariat Dewan Kawasan, yang dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah provinsi dengan bidang tugas memiliki kesesuaian dengan tugas dan fungsi KEK. Sekretariat Dewan Kawasan dipimpin oleh seorang Sekretaris, dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Kawasan (lihat Pasal 4, Perpres Nomor 124 Tahun 2012).

4.3.3 Administrator KEK

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa secara kelembagaan, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk membantu dalam penyelenggaraan KEK. Dengan demikian, maka Administrator secara organisatoris, bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Kawasan. Adapun tugas utama dari lembaga ini, sebagaimana diatur pada Pasal 23 dan 24, UU No. 39 Tahun 2009, adalah: a) melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi Pelaku Usaha yang mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di KEK; b) melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK, yaitu, berupa kegiatan pemeriksaan pemberian pelayanan yang dilakukan Badan Pengelola kepada Pelaku Usaha sesuai dengan standar pelayanan; dan c) menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala

80 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

dan insidental kepada Dewan Kawasan. Pelaksanaan tugas pemberian izin tersebut harus dilakukan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (TSP). Sehubungan dengan tugas utama ini, maka Administrator KEK memperoleh pendelegasian atau pelimpahan wewenang di bidang perizinan dari Pemerintah dan pemerintah daerah; dan dapat meminta penjelasan kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK mengenai kegiatan usahanya.

Pengaturan secara lebih rinci tentang tugas dan wewengan Administrator KEK tersebut, juga dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011, tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Misalnya, pada Pasal 44 (2) ditegaskan, bahwa dalam menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di kawasan KEK, maka Administrator mendapatkan Pendelegasian Wewenang dari menteri/kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, atau bupati/walikota yang memiliki kewenangan perizinan, fasilitas, dan kemudahan. Bagi menteri/kepala lembaga pemerintah non kememterian, gubernur, atau bupati/walikota yang berwenang mengeluarkan perizinan, fasilitas, dan kemudahan di KEK dapat menunjuk Penghubung dengan Administrator. Pada bagian lain, Pasal 43 (4) menyebutkan, bahwa dalam melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK, maka Administrator berwenang memberikan: arahan kepada Badan Usaha pengelola KEK untuk perbaikan operasionalisasi KEK; dan teguran kepada Badan Usaha pengelola KEK dalam hal terjadi penyimpangan dalam pengoperasian KEK.

Terkait dengan susunan organinasi dari Administrator KEK, telah diatur secara detail pada Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 124 Tahun 2012. Lebih jelasnya, pada Pasal 29 disebutkan bahwa Administrator ditetapkan melalui pembentukan satuan kerja perangkat daerah, atau penetapan satuan kerja perangkat daerah yang telah ada. Selanjutnya, pada Pasal 31 ditegaskan, Administrator dipimpin oleh seorang Kepala Administrator yang berasal dari PNS, dan ketentuan mengenai eselonisasi unit organisasi di lingkungan Administrator ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kelembagaan perangkat daerah.

81 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

4.3.4 Badan Usaha Pengelola (BUP) KEK

Badan Usaha Pengelolaan (BUP) adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Swasta, dan Usaha Patungan, untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK (lihat Pasal 26, UU No. 39 Tahun 2009).

Pengaturan secara lebih rinci tentang tugas, fungsi, dan tanggung jawab dari Badan Usaha Pengelola, selanjutnya telah diturunkan dalam PP Nomor 2 Tahun 2011, yang antara lain disebutkan, Badan Usaha Pengelola bertugas menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Badan ini harus sudah ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK, atau paling lambat sebelum KEK dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional (lihat Pasal 47, PP No. 2 Tahun 2011).

Lebih jauh, pada Pasal 48, juga telah diatur secara lebih spesifik tentang hak dan wewenang dalam penetapan Badan Usaha Pengelola KEK. Secara singkat dapat dikemukakan, untuk KEK yang merupakan usulan Badan Usaha, maka Badan Usaha pengusul ditetapkan sebagai Badan Usaha pengelola, sekaligus bertanggung jawab atas pembiayaan yang menyertainya. Jika KEK yang ditetapkan merupakan usulan pemerintah kabupaten/kota, maka penetapan Badan Usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan, untuk KEK yang merupakan usulan pemerintah provinsi, maka penetapan Badan Usaha pengelola dilakukan oleh pemerintah provinsi. Sementara, untuk KEK yang merupakan usulan kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian, maka penetapan Badan Usaha pengelola dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK, harus melaksanakan pengelolaan berdasarkan perjanjian yang ditandatangani bersama antara Badan Usaha dengan pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan kewenangannya. Substansi perjanjian yang dimaksud, sedikitnya harus memuat: 1) lingkup pekerjaan; 2) jangka waktu; 3) standar kinerja pelayanan; 4) sanksi; 5) pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa; 6) pemutusan perjanjian oleh pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dalam hal tertentu; 7) pengakhiran perjanjian; 9) pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah; 9) serah terima aset atau infrastruktur oleh Badan Usaha pengelola kepada kementerian/lembaga, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota setelah kerjasama

82 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

pengelolaan berakhir; dan 10) kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai (lihat Pasal 49, PP No. 2 Tahun 2011).