• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Kondisi Sosial - Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

2.2 Kondisi KEK Mandalika

Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika yang telah diresmikan untuk aktif beroperasi sejak Oktober 2017 ini, berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah di Pulau Lombok, yang menjadi salah satu pulau utama di Provinsi Nusa Tenggara Barat. KEK Mandalika memiliki luas lahan 1.035,67 ha (10,36 km2) dengan status HPL, atau kurang dari 1% luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah (1.208,39 km2), sedangkan luas kabupaten tersebut sekitar 6% dari total luas wilayah Provinsi NTB (20.164,84 km2) pada tahun 2017 (BPS Provinsi NTB, 2018a). Kabupaten Lombok Tengah itu sendiri terdiri dari 12 kecamatan dan 139 desa/kelurahan. Berdasarkan sumber data dan tahun yang sama, jumlah penduduk Lombok Tengah sebanyak 19% dari jumlah penduduk se-Provinsi NTB, yang merupakan terbanyak kedua (930.797 jiwa) setelah Lombok Timur, dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi kedua (770,28 jiwa/km2) setelah Kota Mataram. Wilayah KEK Mandalika termasuk di dalam Kecamatan Pujut yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua (104.596 jiwa) setelah Kecamatan Praya (BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a). Dari total 16 desa di Kecamatan Pujut, empat desa yang merupakan wilayah ring pertama KEK Mandalika ialah Desa Kuta, Desa Sengkol, Desa Sukadana, dan Desa Mertak (“KEK Mandalika”, 2018).

19 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Berdasarkan data tingkat pendidikan, penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2017 mayoritas tamat sekolah hingga SD/MI (26,34%) dan SMA/MA (22,24%), sedangkan ijazah perguruan tinggi hanya dimiliki oleh kurang dari 4% penduduk. Hal ini serupa dengan kondisi secara umum di Provinsi NTB, namun dengan persentase rata-rata di NTB yang berijazah perguruan tinggi sedikit lebih besar (6,5%) daripada di Kabupaten Lombok Tengah tersebut. Lingkup data tingkat kecamatan menunjukkan masih lebih rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga di Kecamatan Pujut yang merupakan area ring pertama KEK Mandalika, sebagian besar tidak tamat SD (39%) dan tamat hanya hingga SD/SMP (31%) (BPS Kabupaten Belitung, 2018a; 2018b).

Sementara itu, Provinsi NTB dicanangkan oleh pemerintah sebagai salah satu dari 10 Bali Baru, yang menjadi salah satu pariwisata unggulan di Indonesia. Seperti yang tampak pada Gambar 2.1, jika dibandingkan dengan Provinsi Bali, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi NTB masih lebih rendah. Sejak tahun 2010 hingga tahun 2017, IPM Provinsi Bali telah lebih dari 70%, sedangkan IPM Provinsi NTB hingga kini masih di bawah 67%. Kemudian, jika melihat data per kabupaten, tampak bahwa IPM Kabupaten Lombok Tengah merupakan ke-2 terkecil se-Provinsi NTB, yakni hanya 64,36% pada tahun 2017. Secara spesifik per komponen dalam IPM tersebut, yakni pada data Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, dan Harapan Lama Sekolah, menunjukkan bahwa Kabupaten Lombok Tengah selalu di bawah rata-rata Provinsi NTB (BPS Provinsi NTB, 2018a).

20 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Gambar 2.1 Indeks Pembangunan Manusia Lingkup Nasional, Provinsi (Bali dan NTB), dan Kabupaten (Lombok Tengah) Tahun 2011-2017

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018a; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

Seperti halnya IPM Provinsi Bali yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional dan Provinsi NTB, data penggunaan listrik menunjukkan hal yang serupa (BPS, 2018). Pada Gambar 2.2 tampak bahwa persentase Rumah Tangga (RT) Miskin dan Rentan yang sumber penerangan utamanya menggunakan listrik, baik dari PLN maupun non-PLN, pada tahun 2015 dan 2016 tertinggi di Provinsi Bali dengan lebih dari 99% RT Miskin/Rentan. Sementara itu, Provinsi NTB sekitar 98% RT Miskin/Rentan yang telah memakai penerangan dari listrik, meskipun masih di atas rata-rata se-Indonesia yang kurang dari 96% pada dua tahun tersebut. Rasio elektrifikasi di Provinsi NTB secara umum hingga Desember 2017 menurut Kementerian ESDM baru sekitar 84,11%. 50 55 60 65 70 75 80 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011-2017

21 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Gambar 2.2 Persentase Rumah Tangga Miskin dan Rentan dengan Sumber Penerangan Utama Menggunakan Listrik Tahun 2015 dan 2016 (%)

Sumber: BPS, 2018

Di samping itu, persentase penduduk miskin2 di masing-masing lingkup wilayah, yakni di Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Tengah masih lebih banyak dibandingkan lingkup nasional dan jauh lebih tinggi daripada di Provinsi Bali pada periode tahun 2015-2017 (Gambar 2.3). Di antara empat lingkup wilayah tersebut, Provinsi Bali yang terendah dengan capaian persentase penduduk miskin 4,25% pada tahun 2017 (selalu di bawah 5% pada dua tahun sebelumnya), ketika lingkup nasional sekitar 10,64%. Berbeda dengan kondisi IPM seperti yang telah diuraikan di atas, persentase penduduk miskin di Kabupaten Lombok Tengah (15,31%) masih lebih rendah dibandingkan di Provinsi NTB (16,07%). Garis kemiskinan berbeda pada tiap lingkup wilayahnya, yang sama-sama mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 2.4). Dasar ukuran persentase penduduk miskin tersebut di Provinsi NTB (Rp345.341/kapita/bulan) masih lebih rendah dibandingkan di Provinsi Bali (Rp361.387/kapita/bulan). Garis kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah tertinggi di antara kedua wilayah tersebut, yakni senilai Rp369.645/kapita/bulan) pada tahun 2017. Dengan kata lain, meskipun garis kemiskinan di Provinsi NTB yang terendah pada data tersebut, persentase penduduk miskin di Provinsi NTB

2 Data persentase penduduk miskin merupakan persentase penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan pada periode tersebut berdasarkan data statistik dari BPS (2018). Garis kemiskinan yang menjadi ukuran ialah nilai pengeluaran kebutuhan minimum untuk makanan (setara 2.100 kkal/kapita/hari, diwakili 52 jenis komoditi kebutuhan dasar makanan) serta untuk non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan). 95.58 95.97 99.49 99.36 98.25 98.87 2015 2016

22 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

tetaplah yang tertinggi di antara wilayah lainnya yang ditunjukkan dalam Gambar 2.3 dan 2.4 (BPS, 2018).

Gambar 2.3 Persentase Penduduk Miskin dalam Lingkup Nasional, Provinsi (Bali dan NTB), dan Kabupaten (Lombok Tengah) Tahun 2015-2017 (%)

Sumber: BPS, 2018

Gambar 2.4 Garis Kemiskinan di Provinsi Bali, Provinsi NTB, dan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2015-2017 (dalam Rp/Kapita/Bulan)

Sumber: BPS, 2018; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

Lebih lanjut dalam hal kontribusi perekonomian daerah terhadap nasional, kontribusi PDRB NTB terhadap PDB Indonesia sejak tahun 2013 hingga tahun 2017 masih kurang dari 1% (antara 0,77-0,90% pada periode tersebut). Angka ini masih lebih rendah pula dari kontribusi PDRB Bali yang dapat mencapai lebih dari 1% (antara 1,40-1,56% tahun 2013-2017), seperti yang disebutkan dalam publikasi BPS Provinsi NTB (2018a). Lebih spesifik pada kondisi perekonomian

4.74 4.25 4.25 17.1 16.48 16.07 16.26 15.8 15.31 11.22 10.86 10.64 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7

BALI NUSA TENGGARA BARAT Lombok Tengah Indonesia

321,834 338,967 361,387 314,238 333,996 345,341 335,286 357,337 369,645 280,000 290,000 300,000 310,000 320,000 330,000 340,000 350,000 360,000 370,000 380,000 2015 2016 2017

23 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

masyarakat yang dapat direpresentasikan dari PDRB per kapita, data di Provinsi NTB menunjukkan nilainya antara Rp15,63 - Rp25 juta dalam lima tahun terakhir (2013-2017). Artinya, rata-rata setiap orang penduduk dalam satu tahun di Provinsi NTB memperoleh pendapatan sejumlah Rp25 juta pada tahun 2017. Lain halnya PDRB per kapita di tingkat Kabupaten Lombok Tengah yang jauh lebih rendah, yakni hanya senilai antara Rp11,46-17,14 juta pada periode lima tahun. Dengan kata lain, rata-rata tiap penduduk di tingkat kabupaten tersebut selama tahun 2017 menerima pendapatan dengan total selisih hampir Rp8 juta lebih rendah dibandingkan rata-rata tiap penduduk dalam lingkup Provinsi NTB (BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a).

Kemudian, jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah (5,67%) pada tahun 2016 merupakan yang tertinggi ke-5 se-Provinsi NTB. Dalam kurun waktu tujuh tahun (2011-2017), laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah mengalami trend yang menurun, meskipun pertumbuhan setiap tahunnya masih positif (Gambar 2.5). Pertumbuhan tertinggi yakni pada tahun 2012 (13,72%), sedangkan pada tahun 2015-2017 tampak peningkatan pertumbuhan kembali secara perlahan. Lain halnya dengan laju pertumbuhan ekonomi di lingkup Provinsi NTB dengan trend yang meningkat sejak tahun 2011, namun terdapat penurunan pertumbuhan secara signifikan antara tahun 2015-2017. Sempat mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2011 dan 2012, Provinsi NTB memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi tahun 2015 (21,77%). Akan tetapi, jika data sektor pertambangan bijih logam dihilangkan dalam PDRB, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB tampak lebih cenderung stabil. Tanpa sektor tersebut, pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 7,10%, sedangkan pertumbuhan PDRB secara keseluruhan sebenarnya hanya 0,11% pada tahun 2017. Seperti yang dijelaskan dalam BPS Provinsi NTB (2018a), hal tersebut erat kaitannya dengan performa PT Amman Mineral Nusa Tenggara yang memproduksi konsentrat tembaga di Pulau Sumbawa.

24 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Gambar 2.5 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 di Kabupaten Lombok Tengah dan Provinsi NTB Tahun 2011-2017 (%)

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018b; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

Gambar 2.6 PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi NTB Tahun 2017 (Miliar Rupiah)

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018b 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 -10 -5 0 5 10 15 20 25 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7

25 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Gambar 2.7 PDRB ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2017 (Miliar Rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

Dalam hal kontribusi sektoral terhadap PDRB di Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2017, ditunjukkan pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7. Terdapat empat lapangan usaha yang termasuk dalam lima besar penyumbang PDRB NTB dan Lombok Tengah, yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Perdagangan dan Reparasi Sepeda Motor/Mobil; Konstruksi; serta Transportasi. Berkaitan dengan sektor pertanian yang menjadi kontributor utama dalam PDRB ini, Provinsi NTB dikenal pula dengan sebutan Bumi Gora (Gogo-Rancah) karena lahannya, baik dengan kondisi kering maupun basah, dapat ditanami padi. Sektor lainnya yakni Pertambangan dan Penggalian yang menjadi kontributor terbesar ke-2 untuk PDRB NTB dan Industri Pengolahan sebagai terbesar ke-5 untuk PDRB Lombok Tengah pada tahun tersebut. Pada kontribusi utama sektoral tersebut, belum tampak peran sektor yang berkaitan dengan pariwisata secara langsung.

500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00

26 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Tabel 2.2 Lima Lapangan Usaha dengan Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Tertinggi di Provinsi NTB Tahun 2017 dan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2016 dan 2017 (%)

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018b; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a (diolah)

Akan tetapi, peran sektor pariwisata ini mungkin dapat terindikasi pada data laju pertumbuhan ekonomi per sektor. Tabel 2.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2017, empat lapangan usaha dalam PDRB NTB dan Lombok Tengah dengan laju pertumbuhan tertinggi yaitu Jasa Keuangan dan Asuransi; Informasi dan Komunikasi; Perdagangan dan Reparasi Sepeda Motor/Mobil; serta Konstruksi, meskipun dengan peringkat yang berbeda. Pertumbuhan tertinggi ke-5 dalam PDRB NTB (7,61%) tahun 2017 yaitu sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, yang juga sebagai tertinggi ke-3 di tingkat Kabupaten Lombok Tengah (9,54%) pada tahun 2016. Sementara itu, laju pertumbuhan sektor Pertambangan dan Penggalian termasuk yang tertinggi ke-4 dan ke-5 di tingkat kabupaten pada tahun 2016 dan 2017. Adapun lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas memiliki pertumbuhan tertinggi ke-2 di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2016 (9,85%). Sektor Pengadaan Listrik dan Gas ini juga menjadi penerima pinjaman terbesar ke-3 (Rp70,92 miliar) dari bank umum dan BPR di Provinsi NTB pada tahun 2017 (BPS Provinsi NTB, 2018a).

Di samping itu, sektor yang berkaitan langsung dengan pariwisata seperti hotel dan rumah makan, bersama dengan perdagangan besar/eceran, termasuk dalam lapangan pekerjaan

No Lombok Tengah 2016

1 Jasa Keuangan dan Asuransi 9.9

2 Pengadaan Listrik dan Gas 9.85

3 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 9.54

4 Pertambangan dan Penggalian 9.36

5 Informasi dan Komunikasi 9.05

No Lombok Tengah 2017

1 Jasa Keuangan dan Asuransi 11.57

2 Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8.1

3 Informasi dan Komunikasi 8.02

4 Konstruksi 7.24

5 Pertambangan dan Penggalian 7.12

No NTB 2017

1 Jasa Keuangan dan Asuransi 9.98

2 Informasi dan Komunikasi 8.66

3 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Sepeda

Motor dan Mobil 8.64

4 Konstruksi 7.62

27 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

utama yang menyerap tenaga kerja terbanyak ke-3 Provinsi NTB, atau terbanyak ke-2 se-Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan data BPS. Dari total penduduk usia kerja di se-Kabupaten Lombok Tengah, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ialah sekitar 69%, dengan jumlah pengangguran sebanyak 13.338 orang pada tahun 2017. Dari target penyerapan tenaga kerja sebanyak 58.700 orang, hingga saat ini telah mampu terealisasi sejumlah 1.241 tenaga kerja langsung yang terserap di KEK Mandalika (Dewan Nasional KEK, 2018). Di sisi lain, Tim LIPI melihat bahwa masih banyaknya pekerja anak di wilayah wisata KEK Mandalika. Di samping itu, pemerintah daerah ataupun pengelola KEK tampaknya perlu mengedukasi perilaku para pelaku usaha di wilayah tersebut agar dapat lebih meningkatkan kenyamanan wisatawan.

Tabel 2.3 Persentase Wisatawan Mancanegara terhadap Total Wisatawan yang berkunjung pada lingkup Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2013-2016 (%)

Wilayah 2013 2014 2015 2016

NTB 42% 46% 48% 45%

Lombok Tengah 71% 74% 77% 78%

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018b; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a (diolah)

Selain sebagai salah satu dari 10 Bali Baru, Provinsi NTB secara geografis pun terletak berdekatan dengan Provinsi Bali sehingga terdapat aktivitas wisata yang saling berkaitan pula. Travel atau kapal turis yang destinasi utamanya adalah ke Bali, umumnya juga singgah selama beberapa waktu di wilayah NTB, atau memang keduanya menjadi destinasi utama. Terdapat berbagai destinasi wisata yang menarik di Provinsi NTB, seperti Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Gunung Rinjani, Bukit Sembalun, Air Terjun Benang Kelambu, dan Pantai Kuta Mandalika. Menurut publikasi dari BPS, Provinsi NTB telah dikunjungi sebanyak lebih dari 3 juta wisatawan pada tahun 2016, dengan lebih dari 600 ribu turis yang mendatangi objek wisata di Kabupaten Lombok Tengah yang terdapat KEK Mandalika ini. Pada Tabel 2.3 tampak bahwa terdapat jauh lebih banyak wisatawan mancanegara dibandingkan wisatawan nusantara yang berkunjung khususnya ke Kabupaten Lombok Tengah, yakni lebih dari 70% dari total wisatawan setiap tahunnya pada periode 2013-2016. Berbeda halnya jika dilihat pada lingkup Provinsi NTB, masih lebih banyak kunjungan dari wisatawan domestik (kurang dari 49%) selama periode tersebut. Menurut publikasi dari Dewan Nasional KEK, terdata bahwa terdapat peningkatan jumlah

28 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

wisatawan yang berkunjung khususnya ke KEK Mandalika dan wilayah sekitarnya, dari tahun 2015 sebanyak 100.728 orang, hingga tahun 2016 menjadi 108.917 orang.

Banyaknya minat wisatawan mancanegara berkaitan dengan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Terdapat berbagai objek wisata di wilayah kabupaten ini, khususnya di Kecamatan Pujut yang dapat dinikmati oleh para pengunjung, antara lain (BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a):

1) Wisata bahari: berbagai pantai.

2) Wisata alam: pemandian, pemandangan alam dan air terjun, jalur treking.

3) Wisata budaya: antara lain Bau Nyale, Nyongkolan, Dusun Tradisional, Praje/Jaran Kamput di Kecamatan Pujut.

4) Wisata Seni: Oncer, Pepaosan.

5) Wisata Religi: seperti makam dan masjid. 6) Wisata Industri: tenun tradisional.

Sebagai akomodasi yang salah satunya digunakan oleh para wisatawan yang berkunjung tersebut, terdapat sejumlah 65 hotel bintang dan 882 hotel non bintang di Provinsi NTB pada tahun 2016, jumlah ini tetap sama dengan data tahun 2015 (BPS Provinsi NTB, 2018b). Apabila dikaji per kabupaten (Gambar 2.8), Lombok Tengah memiliki 5 hotel bintang, atau sebesar 8% dari total hotel di Provinsi NTB, dengan peringkat ke-4 terbanyak se-Provinsi. Hotel bintang yang terbanyak berada di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram (masing-masing sebanyak 22 hotel). Sementara itu, hotel non bintang sebagian besar (55% atau sebanyak 484 hotel) berada di Kabupaten Lombok Utara, kemungkinan karena adanya destinasi wisata favorit yaitu 3 Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air). Kabupaten Lombok Tengah di posisi ke-3 terbanyak, dengan

81 hotel non bintang. Gambar 2.9 menunjukkan bahwa jumlah

hotel/losmen/bungalow/akomodasi lainnya beserta jumlah kamarnya dengan trend yang meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2017 (BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a). Peningkatan jumlah hotel dan kamar tertinggi yakni pada tahun 2017, meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Khusus di wilayah KEK Mandalika, hingga saat ini telah terdapat lima hotel dalam status proses konstruksi dan ditargetkan menyediakan total 1.500 kamar hotel pada tahun 2019 (Dewan Nasional KEK, 2018).

29 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

Gambar 2.8 Persentase Banyaknya Hotel di Setiap Kabupaten/Kota terhadap Jumlah Hotel Bintang dan Non Bintang di Provinsi NTB Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi NTB, 2018b

Gambar 2.9 Banyaknya Hotel/Akomodasi Lainnya beserta Jumlah Kamar di Kabupaten Lombok Tengah pada Tahun 2011-2017

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

Jika ditinjau lama waktu menginapnya, wisatawan/tamu yang menginap relatif lebih lama dilihat di tingkat Kabupaten Lombok Tengah. Wisatawan/tamu umumnya menginap selama rata-rata 1-2 hari (<3 hari) apabila dilihat se-Provinsi NTB, namun jika dihitung se-Kabupaten Lombok Tengah lama menginap ialah rata-rata 3-4 hari selama lima tahun terakhir (2013-2017) (BPS Provinsi NTB, 2018a; BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018c). Jasa Akomodasi ini merupakan bidang usaha dengan realisasi investasi asing senilai US$1,38 juta, masih lebih rendah

40 44 44 47 51 50 102 447 447 447 528 686 675 1447 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 20 40 60 80 100 120 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah Hotel/Losmen/Bungalow Jumlah Kamar

Lombok Barat 34% Lombok Tengah 8% Lombok Timur 1% Sumbawa 5% Dompu 0% Bima 0% Sumbawa Barat 3% Lombok Utara 15% Mataram 34% Bima 0% Hotel Bintang Lombok Barat 9% Lombok Tengah 9% Lombok Timur 5% Sumbawa 4% Dompu 2% Bima 1% Sumbawa Barat 2% Lombok Utara 55% Mataram 11% Bima 2%

30 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

dari investasi asing pada bidang usaha Perumahan, Perdagangan, dan Industri di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2017. Akan tetapi, investasi asing pada Jasa Akomodasi merupakan yang tertinggi di wilayah tersebut pada tahun 2016, dengan nilai US$2,46 juta. Pada lingkup pengembangan KEK Mandalika sendiri, telah terdapat aliran investasi senilai Rp13 triliun hingga akhir tahun 2017, dalam pengembangan kawasan Tahap I pada luas lahan 396,53 ha (Dewan Nasional KEK, 2018).

Tabel 2.4 Jumlah Gardu dan Daya Terpasang Listrik PLN di Tiap Kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2017

Kecamatan Gardu Daya Terpasang (kVA)

1 Praya Barat 63 8.946

2 Praya Barat Daya 35 2.906

3 Pujut 102 13.685 4 Praya Timur 48 4.645 5 Janapria 47 4.370 6 Kopang 51 6.140 7 Praya 91 16.554 8 Praya Tengah 37 3.844 9 Jonggat 60 7.110 10 Pringgarata 45 4.305 11 Batukliang 60 9.090 12 Batukliang Utara 33 7.310

Total Lombok Tengah 672 88.905

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah, 2018a

KEK Pariwisata tentunya membutuhkan infrastruktur dasar, seperti air, jalan, dan listrik. Pada tahun 2017, tercatat bahwa perkiraan nilai Belanja Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah termasuk untuk yang berkaitan dengan Jalan (Rp103,24 miliar); Air (Rp28,48 miliar); dan Listrik (Rp1,28 miliar). Lebih khusus dalam hal listrik, terdapat 88.905 kVA daya terpasang dengan 672 gardu pendistribusi listrik pada tegangan rendah/menengah bagi konsumen PLN di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2017. Dibandingkan dengan tahun 2015, terdapat tambahan sebanyak 47 gardu dan sekitar 76% kenaikan daya terpasang pada tahun 2017 tersebut. Dikaji berdasarkan kecamatan (lihat Tabel 2.4), jumlah gardu dan daya terpasang tertinggi kedua berada di Kecamatan Pujut. Dengan kata lain, KEK Mandalika yang termasuk dalam wilayah kecamatan tersebut, telah tersedia akses listrik yang relatif lebih tinggi dibandingkan sebagian

31 | P u s a t P e n e l i t i a n E k o n o m i L I P I

besar wilayah lainnya. Kemudian, jika dilihat dalam data kelistrikan di Provinsi NTB pada periode tahun 2013-2017, kenaikan produksi listrik PLN tertinggi pada tahun 2016 (meningkat 18% dibandingkan tahun sebelumnya), setahun setelah dicanangkannya Program 35.000 MW. Pertumbuhan distribusi dan jumlah listrik PLN terjual di Provinsi NTB mencapai yang tertinggi pada tahun 2014 dan juga tahun 2016 (BPS Provinsi NTB, 2018a).

Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur wilayah guna mendukung pengembangan KEK Mandalika. Infrastruktur pendukung lainnya yang berkaitan langsung untuk konektivitas dengan KEK Mandalika yakni telah terdapat Pelabuhan Lembar dengan jarak 46 km dan rencana pembangunan jalan strategis nasional Penunjak-Kuta. Di samping itu, telah terdapat instalasi pengolahan air bersih Batu Jai Praya 200 L/detik dan rencana pembangunan Bendungan Mujur berjarak 21 km. Dalam hal kelistrikan khususnya yang menjangkau KEK Mandalika, telah terdapat Gardu Induk Kuta berkapasitas 150 kV. Di dalam KEK Mandalika itu sendiri, terdapat berbagai pembangunan, antara lain hotel bintang 5, jalan di dalam kawasan sepanjang 4 km, gedung perkantoran, Masjid Mandalika, teknologi Sea Water Reserve Osmosis (SWRO) untuk instalasi pengolahan air bersih, dan sebagainya (“Profil KEK Pariwisata”, 2018).