• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKAR-AKAR RADIKALISME SURAKARTA SEBELUM REVOLUSI 1945

B. Radikalisme Surakarta pada masa Aksi

1. Gerakan Radikal Komunisme di Surakarta

Gerakan radikal kemudian bergeser dari Sarekat Islam kepada organisasi-organisasi berhaluan kiri. Dalam sejarah Surakarta suatu tonggak penting adalah tahun 1918 ketika munculnya suatu gerakan radikal yang menentang kedua istana, perusahaan perkebunan dan gubernemen. Peristiwa ini merupakan awal dari tahun-tahun yang bergejolak di kalangan sebagian rakyat jelata Kasunanan dan

commit to user

Mangkunegaran dari istana kerajaannya. Di samping masyarakat petani, gerakan ini juga menyusupi kalangan pegawai pribumi, polisi dan militer. Gerakan ini mendapat beberapa penganut di kalangan aristokrasi dan bangsawan. Pada masa puncaknya, pada tahun 1920 gerakan ini mempunyai 50.000 pengikut dan boleh dikatakan merasuki semua perkebunan di karesidenan ini. Walaupun gerakan ini akhirnya ditumpas oleh gubernemen, ia telah meninggalkan warisan yang merintis

jalan untuk gerakan komunis.6

Alasan dasar yang dikemukakan oleh para pemimpin radikal adalah bahwa gerakan mereka timbul karena suatu reaksi terhadap kesulitan yang sangat besar di kalangan ekonomi. Di samping itu faktor-faktor utama yang sesungguhnya mencetuskan gerakan ini adalah kehadiran beberapa pemimpin yang sangat bersemangat, terjadinya suatu bencana alam (wabah pes), kekesalan terhadap tindakan gubernemen menghadapi bencana ini, dan ketidakpuasan terhadap reorganisasi agraria yang dijalankan gubernemen.

Permasalahan bermula dari menjalarnya wabah pes pada bulan Maret 1915. Wabah ini dianggap sebagai bencana alam yang secara tradisional dianggap

sebagai pertanda berakhirnya dinasti raja.7 Upaya Belanda dalam memberantas

penyakit ini dengan mengambil beberapa tindakan, namun ironisnya, upaya dari Pemerintah justru meninggalkan jejak kekecewaan dan kemarahan yang membekas di hati masyarakat. Misalnya dua dokter Belanda melakukan multipunctie (mengambil sampel dari limpa yang diteliti), suatu praktek yang sangat memalukan dan menghina perasaan keagamaan. Kemarahan ini berlanjut dengan keresahan akan program perbaikan rumah pada saat masyarakat tidak

6Ibid, hal 131.

7

commit to user

mampu membiayai perbaikan tersebut.8 Perbaikan ini berjalan di atas

perekonomian yang sangat merosot. Laporan-laporan pada saat itu menyebutkan bahwa pada masa-masa tahun 1918 dan 1920 merupakan masa yang sulit. Kesulitan dapat diidentifikasikan dengan inflasi dan biaya hidup yang membumbung tinggi disaat gaji tetap. Hasil pertanian tidak mampu mencukupi isi

perut alias makan.9

Revolusi di Surakarta pada dasarnya bersifat radikal. Hal ini dikarenakan adanya sifat mudah memberontak di daerah ini yang dimulai sejak zaman penjajahan. Sebelum perang di Surakarta sudah ada tradisi melakukan protes yang sifatnya politik. Di kota misalnya oleh tokoh-tokoh seperti Tjipto Mangunkusumo dan Haji Misbach, dan di daerah pedesaan oleh PKS (Pakempalan Kawula

Surakarta) maupun oleh gerakan-gerakan Ratu Adil.10 Baik Tjipto maupun

Misbach dengan sukses telah memberikan pimpinan dalam gerakan protes yang dilakukan oleh kaum tani kebun tebu dari pabrik gula Klaten terhadap penguasa kolonial. Gerakan-gerakan tersebur makin lama semakin menjauh dari kraton, karena Sunan dan Mangkunegoro tidak lagi dianggap sebagai pemegang kekuasaan menurut adat, melainkan sebagai agen dari kaum penjajah yang mengeksploitasi rakyat, sebagian karena mereka (tidak seperti Sultan dan Paku

Alam) juga memiliki pabrik-pabrik gula.11

Kesulitan-kesulitan telah meggerakkan aksi-aksi radikal yang dipimpin Haji Muhammad Misbach dan Dr. Tjipto Mangunkusumo. Menurut Shiraisi, Haji Muhammad Misbach dapat diibaratkan sebagai "sang mubalich" dalam

8

George D. Larson, op.,cit, hal. 134.

9Ibid, hal. 158.

10

R.T. Muhammad Husodo Pringgokusumo, 1982, Ringkasan Disertasi Dr. Soejatno Kartodirjo:

Revolusi di Surakarta tahun 1945-1950, Surakarta: Rekso Pustoko, hal. 2.

11

commit to user

hubungannya dengan aksi-aksi radikal di Surakarta. Misbach lahir di Kauman Solo pada tahun 1876. Misbach menegaskan, "tanah bukan milik Susuhunan atau Gubernemen tetapi berasal dari nenek moyang kita dan kita harus mencari jalan untuk memperolehnya kembali". Kebencian terhadap kraton terutama ditunjukkan oleh Tjipto. Kritik-kritik Tjipto terhadap Kraton sangat pedas terutama ditujukan kepada Sunan dan Nasionalisme Jawa.

Di Surakarta ciri khas dari gerakan komunis adalah usahanya yang tekun untuk memadukan marxisme dengan Islam. Tokoh yang menyemaikan gagasan ini adalah H. Misbach yang sebelumnya telah menggunakan agama dengan mahir untuk mencetuskan bergeloranya gerakan radikal. Corak komunisme Islam yang dianut Misbach adalah suatu percampuran antara Muhammad, Marx dan wawasan abangan tradisional. Argumen dasar dari Misbach adalah bahwa semua penyakit sosial, ekonomi dan spiritual yang diderita oleh masyarakat Hindia Belanda disebabkan oleh sistem kapitalis di seluruh dunia yang secara tidak manusiawi menindas dan memeras rakyat jelata. Gubernemen, para kapitalis, raja bumiputera, arsitokrasi, bahkan orang muslim yang kaya raya semuanya merupakan bagian dari sistem penindasan dan ketidakadilan yang berlaku dimana-mana. Oleh karena itu, kelompok yang menikmati kekayaan dengan ketidakadilan

tersebut harus disingkirkan.12

"Ajaran" Misbach ini telah menggerakkan para anggota Sarekat Rakyat maupun anggota komunis lainnya untuk melakukan tindakan-tindakan teroris kecil-kecilan di Surakarta pada bulan-bulan awal tahun 1923. Aksi-aksi tersebut bertujuan mengganggu jalannya pemerintahan dan ketenangan masyarakat seperti

commit to user

sabotase jalan kereta api, pelemparan bom terhadap mobil pejabat maupun keraton

dan pembakaran terhadap rumah orang kaya.13 Pemerintah kemudian bertindak

dengan menangkap Misbach beserta beberapa pengikutnya pada bulan Oktober 1923 dan kemudian dibuang ke Manokwari pada tahun 1924.

Hubungan antara pimpinan Misbach dalam politik pedesaan di Surakarta dengan permulaan dari gerakan komunis lebih jelas. George D. Larson dalam Disertasinya menjelaskan bahwa gerakan komunis di Surakarta timbul tidak lama sesudah Haji Misbach dikeluarkan dari penjara Pekalongan pada bulan Agustus 1922, dan tenggelam setelah pemberontakannya yang terkenal dalam bulan

November 1926 menemui kegagalan.14

Pengaruh yang kuat dari agitasi yang dilakukan oleh Misbach di daerah perkebunan menimbulkan kesadaran politik diantara petani, sehingga mereka matang untuk menerima ide-ide dari organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan kaum komunis dalam masa revolusi. Sesungguhnya selama zaman kolonial Belanda selalu ada keresahan yang bersifat laten di perkebunan-perkebunan tebu.15

Setelah kepergian Misbach, tekanan-tekanan pemerintah terhadap kekuatan radikal yang tergabung dalam PKI, Sarekat Rakyat, Moe'alimin dan beberapa organisasi berhaluan komunis lainnya semakin intensif. Pemerintah semakin giat melakukan penangkapan-penangkapan terhadap aktivis-aktivis organisasi radikal ini. Tindakan penangkapan dan penekanan yang dilakukan pemerintah menyebabkan muncul aksi-aksi balasan yang bersifat kriminal.

13

Van der Marel, Memorie van Overgrave 1924, hal. 106-107

14

George D. Larson, 1979, Prelude to Revolution: Palace and Politics in Surakarta 1912-1942, Tesis dari Northern Illinois University, hal. 230.

15

commit to user

Tindakan kejahatan tersebut diorganisasikan oleh kekuatan radikal seperti PKI maupun Sarekat Rakyat baik di perkotaan maupun pedesaan untuk mengacaukan dan mengganggu keamanan. Beberapa tindak kejahatan tersebut mencapai puncaknya pada tahun 1926 dan 1927 yang merupakan aksi pemberontakan kaum komunis terhadap pemerintah. Pemberontakan ini tidak hanya berlangsung di Surakarta tetapi terjadi juga di Jawa Barat dan Sitiung Sumatra Barat.