• Tidak ada hasil yang ditemukan

DARI GEREJA LAIN YANG SEAJARAN

Pasal 115

TAHAP PRA-PEMANGGILAN

1. Jika sebuah Jemaat membutuhkan pendeta baru dan bermaksud memanggil pendeta dari gereja lain yang seajaran, Majelis Jemaat mewartakan dalam warta jemaat tentang kebutuhan dan maksud tersebut agar anggota dapat menyampaikan usulan nama atau nama-nama bakal calon pendeta dari gereja lain yang seajaran. Dalam warta jemaat tersebut harus juga disampaikan alasan mengapa bermaksud memanggil pendeta dari gereja lain yang seajaran di luar jalur kader pendeta dan mutasi pendeta.

2. Majelis Jemaat memeriksa usulan bakal calon yang diterima, apakah memenuhi ketentuan-ketentuan:

a. Bakal calon berasal dari gereja lain yang sejaran.

b. Pendidikan teologi dari bakal calon adalah pada perguruan tinggi teologi yang didukung oleh GKI, perguruan tinggi teologi yang ditetapkan oleh Majelis Sinode, atau perguruan tinggi teologi yang ditetapkan secara khusus oleh Majelis Sinode.

c. Profil bakal calon cocok dengan profil pendeta yang dibutuhkan.

3. Jika bakal calon memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut, Majelis Jemaat mengajukan nama atau nama-nama bakal calon tersebut secara tertulis kepada Badan Pekerja Majelis Sinode dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait. Surat permohonan tersebut harus disertai dengan profil Jemaat yang bersangkutan, profil pendeta yang dibutuhkan, dan profil bakal calon.

Majelis Sinode mengadakan tes psikologis terhadap bakal calon yang hasilnya dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan kelanjutan proses terhadap bakal calon.

6. Jika berdasarkan percakapan dan dengan mempertimbangkan hasil tes psikologis tersebut Badan Pekerja Majelis Sinode menetapkan bahwa proses terhadap bakal calon tidak dapat dapat dilanjutkan, proses pencalonan terhadap yang bersangkutan dihentikan. Hal itu diberitahukan secara tertulis kepada Majelis Jemaat yang terkait dan bakal calon dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait.

7. Jika berdasarkan percakapan dan dengan mempertimbangkan hasil tes psikologis tersebut Badan Pekerja Majelis Sinode menetapkan bahwa proses terhadap bakal calon dapat dilanjutkan, Badan Pekerja Majelis Sinode meminta persetujuan pencalonan dari Rapat Kerja Badan Pekerja Majelis Sinode.

8. Jika Rapat Kerja Badan Pekerja Majelis Sinode menyetujui pencalonan, Badan Pekerja Majelis Sinode meminta surat keterangan lolos butuh dari pimpinan sinode dari gereja asal bakal calon.

9. Jika surat keterangan lolos butuh diperoleh, proses terhadap bakal calon dapat dilanjutkan ke Tahap Perkenalan. Jika surat keterangan lolos butuh tidak diperoleh sampai batas waktu yang ditentukan, proses pencalonan terhadap yang bersangkutan dihentikan. Hal itu diberitahukan secara tertulis kepada Majelis Jemaat yang terkait dan bakal calon dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait.

10. Jika Rapat Kerja Badan Pekerja Majelis Sinode tidak menyetujui pencalonan, Badan Pekerja Majelis Sinode menetapkan penghentian pencalonan terhadap yang bersangkutan. Hal itu diberitahukan secara tertulis kepada Majelis Jemaat yang terkait dan bakal calon dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait.

Pasal 116

TAHAP PERKENALAN

1. Majelis Jemaat mewartakan dalam warta jemaat rencana perkenalan calon pendeta, dengan mencantumkan nama dan alamat calon pendeta selama tiga (3) hari Minggu berturut-turut, dalam rangka memberikan kesempatan kepada anggota untuk ikut mendoakan dan mempertimbangkannya.

2. Jika ada keberatan yang sah dari anggota sidi, rencana perkenalan di Jemaat

tersebut tidak dilanjutkan. Dalam hal ini Majelis Jemaat:

a. Mewartakan hal tersebut kepada anggota.

b. Memberitahukan hal tersebut kepada yang mengajukan keberatan.

c. Melaporkan hal tersebut secara tertulis kepada Badan Pekerja Majelis Sinode dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait.

3. Keberatan dinyatakan sah jika:

a. Diajukan tertulis secara pribadi dengan mencantumkan nama dan alamat yang jelas serta dibubuhi tanda tangan atau cap ibu jari dari anggota yang mengajukan keberatan tersebut dan tidak merupakan duplikasi dari surat keberatan yang lain mengenai hal yang sama.

b. Isinya mengenai tidak terpenuhinya salah satu atau lebih syarat sebagaimana yang tercantum dalam Tata Laksana Pasal 102.

c. Keberatan tersebut terbukti benar, sesuai dengan hasil penyelidikan Majelis Jemaat.

4. Jika tidak ada keberatan yang sah setelah warta terakhir, Majelis Jemaat menulis surat pemanggilan, yang formulasinya dimuat dalam Peranti Administrasi, kepada calon pendeta itu untuk memasuki Tahap Perkenalan.

Surat tersebut ditembuskan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode, dan pimpinan sinode dari gereja asalnya.

5. Calon pendeta yang bersangkutan diberi waktu untuk mempertimbangkan dan mendoakan pemanggilan tersebut, kemudian memberikan jawaban secara tertulis kepada Majelis Jemaat selambat-lambatnya satu (1) bulan setelah menerima surat pemanggilan. Surat jawaban, yang formulasinya dimuat dalam Peranti Administrasi, ditembuskan kepada alamat-alamat tembusan pada surat pemanggilan.

6. Tahap Perkenalan berlangsung paling lama tiga (3) bulan. Dalam tahap ini, Majelis Jemaat dan anggota mendapat pengenalan awal mengenai komitmen, karakter, dan kompetensi calon pendeta dalam melaksanakan tugas-tugas kependetaan. Pada pihak lain calon pendeta diharapkan mengenal keadaan

9. Jika Majelis Jemaat mengambil keputusan untuk melanjutkan proses terhadap calon pendeta dan calon pendeta menyatakan kesediaannya, proses kependetaan dilanjutkan ke Tahap Aplikasi. Pada masa di antara berakhirnya Tahap Perkenalan dan dimulainya Tahap Aplikasi, calon pendeta menerima jaminan kebutuhan hidup seperti pada Tahap Perkenalan.

10. Jika Majelis Jemaat mengambil keputusan untuk melanjutkan proses kependetaan terhadap calon pendeta tetapi yang bersangkutan menyatakan tidak bersedia, atau jika Majelis Jemaat mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan proses kependetaan terhadap calon pendeta, Majelis Jemaat melaporkan hal tersebut secara tertulis kepada Badan Pekerja Majelis Sinode dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait.

Pasal 117 TAHAP APLIKASI

1. Majelis Jemaat menulis surat pemanggilan kepada calon untuk menjalani Tahap Aplikasi. Formulasi surat pemanggilan dimuat dalam Peranti Administrasi. Surat tersebut ditembuskan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode, dan pimpinan sinode gereja asalnya.

2. Calon pendeta yang bersangkutan diberi waktu untuk mempertimbangkan dan mendoakan pemanggilan tersebut, kemudian memberikan jawaban secara tertulis kepada Majelis Jemaat selambat-lambatnya satu (1) bulan setelah menerima surat panggilan. Surat jawaban, yang formulasinya dimuat dalam Peranti Administrasi, ditembuskan kepada alamat-alamat tembusan pada surat pemanggilan.

3. Tahap Aplikasi dilaksanakan selama enam (6) bulan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan tentang Pelaksanaan Tahap Aplikasi.

4. Pada Tahap Aplikasi calon pendeta menerima jaminan kebutuhan hidup sebagaimana yang diatur dalam Tata Laksana Bab XXXV.

5. Pada akhir Tahap Aplikasi, Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait melakukan evaluasi. Jika hasil evaluasi tidak cukup, Tahap Aplikasi dapat diperpanjang selama maksimum tiga (3) bulan. Jika hasil evaluasi sesudah perpanjangan masih tidak cukup, proses terhadap calon dihentikan dan calon tidak diperkenankan menjadi pendeta GKI. Evaluasi pada akhir Tahap Aplikasi diatur dalam Pedoman Pelaksanaan tentang Evaluasi pada Akhir Tahap Aplikasi.

6. Jika hasil evaluasi dinyatakan cukup, proses dilanjutkan ke Tahap Pemanggilan.

7. Jika hasil evaluasi dinyatakan tidak cukup, proses kependetaan terhadap calon dihentikan.

Pasal 118

TAHAP PEMANGGILAN

1. Majelis Jemaat mewartakan rencana pemanggilan pendeta, dengan mencantumkan nama dan alamat calon selama tiga (3) hari Minggu berturut-turut dalam rangka memberikan kesempatan kepada anggota untuk ikut mendoakan dan mempertimbangkannya.

2. Jika ada keberatan yang sah dari anggota sidi, rencana pemanggilan dibatalkan. Hal itu diwartakan kepada anggota dan diberitahukan kepada yang mengajukan keberatan tersebut.

3. Keberatan dinyatakan sah jika:

a. Diajukan tertulis secara pribadi dengan mencantumkan nama dan alamat yang jelas serta dibubuhi tanda tangan atau cap ibu jari dari anggota yang mengajukan keberatan tersebut dan tidak merupakan duplikasi dari surat keberatan yang lain mengenai hal yang sama.

b. Isinya mengenai tidak terpenuhinya salah satu atau lebih persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam Tata Laksana Pasal 102.

c. Keberatan tersebut terbukti benar, sesuai dengan hasil penyelidikan Majelis Jemaat.

4. Jika tidak ada keberatan yang sah setelah warta terakhir, calon menjalani Percakapan Gerejawi.

5. Percakapan gerejawi itu dilaksanakan oleh Majelis Klasis yang terkait dengan Jemaat pemanggil, dalam Persidangan Majelis Klasis paling banyak tiga (3) kali, sesuai dengan Tata Laksana Pasal 114.

6. Jika dalam percakapan gerejawi calon dinyatakan layak untuk menjadi pendeta GKI, proses kependetaan dilanjutkan.

7. Majelis Jemaat menulis surat pemanggilan kepada calon yang formulasinya dimuat dalam Peranti Administrasi. Surat tersebut ditembuskan kepada Badan

Pasal 119 TAHAP PENEGUHAN

1. Majelis Jemaat bersama dengan calon menetapkan waktu peneguhan, selambat-lambatnya enam (6) bulan sejak surat calon yang menyatakan penerimaan atas panggilan kepadanya diterima oleh Majelis Jemaat.

2. Majelis Jemaat mewartakan peneguhan tersebut selama tiga (3) hari Minggu berturut-turut kepada anggota agar mereka ikut mendoakan.

3. Pelaksanaan

1) Peneguhan pendeta dilaksanakan dalam Kebaktian Peneguhan Pendeta dengan menggunakan Liturgi Peneguhan Pendeta.

2) Peneguhan dilayankan oleh pendeta yang ditetapkan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode.

3) Peneguhan dilaksanakan dengan penumpangan tangan oleh pendeta yang melayani dengan dikelilingi oleh para pendeta yang mengenakan toga.

4) Badan Pekerja Majelis Sinode memberikan Piagam Peneguhan Pendeta yang formulasinya dimuat dalam Peranti Administrasi.

4. Pendeta menerima jaminan kebutuhan hidup sebagaimana yang diatur dalam Tata Laksana Bab XXXV.

BAB XXIX