• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETENTUAN-KETENTUAN POKOK TENTANG JABATAN PENDETA

Pasal 95 STATUS

Pendeta berstatus pendeta Gereja Kristen Indonesia yang berbasis pada Jemaat, Klasis, Sinode Wilayah, dan Sinode.

Pasal 96 KEANGGOTAAN

1. Pendeta jemaat menjadi anggota dari Jemaat yang bersangkutan. Karena jabatan pendetanya, ia menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat yang bersangkutan.

2. Pendeta tugas khusus jemaat menjadi anggota dari Jemaat yang bersangkutan.

Karena jabatan pendetanya, ia menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat yang bersangkutan.

3. Pendeta tugas khusus klasis menjadi anggota dari sebuah Jemaat yang ditentukan oleh Klasis yang bersangkutan. Karena jabatan pendetanya, ia menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat tersebut.

4. Pendeta tugas khusus sinode wilayah menjadi anggota dari sebuah Jemaat yang ditentukan oleh Sinode Wilayah yang bersangkutan. Karena jabatan pendetanya, ia menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat tersebut.

5. Pendeta tugas khusus sinode menjadi anggota dari sebuah Jemaat yang ditentukan oleh Sinode. Karena jabatan pendetanya, ia menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat tersebut.

6. Pendeta emeritus menjadi anggota dari sebuah Jemaat. Sebagai pendeta emeritus ia tidak menjadi anggota Majelis Jemaat dari Jemaat tersebut.

Pasal 98

KEDUDUKAN DAN FUNGSI

1. Pendeta adalah pejabat gerejawi yang bersama-sama dengan penatua menjadi Majelis Jemaat, Majelis Klasis, Majelis Sinode Wilayah, dan Majelis Sinode.

2. Pendeta dipanggil untuk melaksanakan pelayanan kepemimpinan dalam kerangka pembangunan gereja secara penuh-waktu untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi dalam konteks masyarakat, bangsa, dan negara.

Pasal 99 MASA PELAYANAN

Pendeta melaksanakan pelayanan kepemimpinan dalam Majelis Jemaat, Majelis Klasis, Majelis Sinode Wilayah, dan Majelis Sinode sampai ia diberi status sebagai pendeta emeritus atau jabatannya diakhiri atau jabatannya ditanggalkan.

Pasal 100

LINGKUP DAN SARANA

PELAKSANAAN TUGAS PELAYANAN KEPEMIMPINAN

Pendeta melaksanakan pelayanan kepemimpinannya secara bersama (kolektif-kolegial) dan sendiri-sendiri (individual):

1. Di lingkup Jemaat dalam kerangka pembangunan jemaat dalam dan melalui Majelis Jemaat dan Badan Pekerja Majelis Jemaat (jika terdapat Badan Pekerja Majelis Jemaat).

2. Di lingkup Klasis dalam kerangka pembangunan klasis dalam dan melalui Majelis Klasis dan Badan Pekerja Majelis Klasis.

3. Di lingkup Sinode Wilayah dalam kerangka pembangunan sinode wilayah dalam dan melalui Majelis Sinode Wilayah dan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah.

4. Di lingkup Sinode dalam kerangka pembangunan sinode dalam dan melalui Majelis Sinode dan Badan Pekerja Majelis Sinode.

Pasal 101 TUGAS

Dalam rangka pembangunan gereja untuk melaksanakan pelayanan kepemimpinan, tugas pendeta adalah:

1. Tugas Khusus

a. Melaksanakan pemberitaan Firman Allah.

b. Melayankan sakramen-sakramen.

c. Menahbiskan/meneguhkan pendeta.

d. Meneguhkan penatua.

e. Melaksanakan peneguhan dan pemberkatan pernikahan.

f. Melantik badan pelayanan.

2. Tugas Umum

a. Mempelajari dan mengajarkan Firman Allah.

b. Berdoa untuk dan bersama dengan anggota.

c. Mendorong anggota untuk mengikuti dan berperanserta dalam kebaktian.

d. Memperlengkapi dan memberdayakan anggota bagi tugas-tugas mereka di gereja dan bagi tugas-tugas misioner mereka di masyarakat.

e. Melaksanakan penggembalaan umum, dengan perhatian khusus kepada mereka yang miskin, sakit, berduka, dalam kesulitan, dan menghadapi kematian.

f. Melaksanakan penggembalaan khusus.

g. Melaksanakan pelayanan ke dalam.

h. Melaksanakan kesaksian dan pelayanan ke luar.

i. Melaksanakan pendidikan dan pembinaan.

j. Memimpin katekisasi.

k. Memperhatikan dan menjaga ajaran.

3. Tugas Kepemimpinan Struktural

Melaksanakan tugas kepemimpinan sebagai anggota Majelis Jemaat, Majelis Klasis, Majelis Sinode Wilayah, dan Majelis Sinode.

Pasal 102 SYARAT

1. Komitmen

a. Menghayati panggilan sebagai pendeta yang adalah panggilan spiritual dari Allah melalui GKI dan bersedia hidup dalam anugerah Tuhan.

b. Bersedia melaksanakan tugas pendeta secara penuh dan dengan kesetiaan

b. Rela berkurban untuk orang lain.

c. Peduli kepada mereka yang lemah.

d. Jujur.

e. Rajin.

f. Tulus.

g. Pengampun.

h. Tidak membeda-bedakan orang.

i. Dapat dipercaya, khususnya dalam memegang rahasia jabatan.

3. Kemampuan

a. Mampu berkhotbah dan mengajar.

b. Mampu menggembalakan.

c. Mampu memimpin.

d. Mampu berpikir sistemik.

e. Mampu berpikir konseptual.

f. Mampu bekerja sama dengan orang lain.

g. Mampu hidup dalam konteks yang penuh kepelbagaian.

h. Mampu belajar secara mandiri.

i. Mampu menjadi agen pembaruan dalam lingkup hidup individual, gerejawi, dan kemasyarakatan

4. Pendidikan

a. Telah menyelesaikan pendidikan teologi minimal pada jenjang S-1 pada perguruan tinggi teologi yang didukung oleh GKI, atau

b. Telah menyelesaikan pendidikan teologi pada jenjang S-1 pada perguruan teologi yang ditetapkan oleh Majelis Sinode serta telah memenuhi persyaratan lain yang ditentukan dalam Tata Gereja dan Tata Laksana GKI dan yang ditetapkan oleh Majelis Sinode GKI.

c. Telah menyelesaikan pendidikan teologi pada jenjang S-1 pada perguruan teologi yang ditetapkan secara khusus oleh Majelis Sinode serta telah memenuhi persyaratan lain yang ditentukan dalam Tata Gereja dan Tata Laksana GKI dan yang ditetapkan oleh Majelis Sinode GKI.

5. Pelengkap

a. Untuk kader pendeta GKI, berusia paling tinggi empat puluh (40) tahun pada saat ia memulai Pendidikan Persiapan Kependetaan. Untuk pendeta dari gereja lain yang seajaran, berusia paling tinggi tiga puluh lima (35) tahun pada saat memasuki Tahap Pra-Pemanggilan.

b. Bersedia untuk tidak bekerja dalam bidang lain yang tidak ada hubungannya dengan pelayanan gerejawi.

c. Istri atau suaminya tidak menjadi batu sandungan.

d. Jika istri atau suaminya adalah pendeta, istri atau suaminya itu tidak diperkenankan menjadi pendeta dari Jemaat yang sama, namun ia

dimungkinkan untuk menjadi pendeta di Jemaat lain atau pendeta tugas khusus atau pendeta gereja lain yang seajaran.

e. Istri atau suaminya bersedia untuk menjadi anggota sidi dari Jemaat yang memanggilnya dan bersedia mendukung pelayanan pendeta tanpa mengurangi haknya untuk mempunyai pekerjaan tetap, kecuali jika istri atau suaminya menjadi pendeta di Jemaat lain atau pendeta tugas khusus atau pendeta gereja lain yang seajaran.

f. Jika ia berasal dari gereja lain, ia harus berasal dari gereja yang seajaran.

BAB XXV