• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGGEMBALAAN KHUSUS

PERNIKAHAN GEREJAWI

PELAKSANAAN PENGGEMBALAAN KHUSUS

1. Terhadap Anggota

a. Jika ada seorang anggota baptisan atau anggota sidi dari sebuah Jemaat, yang diduga kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah dan/atau paham pengajarannya bertentangan dengan Firman Allah dan ajaran GKI, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi yang bersangkutan.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada:

1) Laporan tentang dugaan dari:

c. Bertolak dari laporan/dugaan itu, penatua dan/atau pendeta tersebut melakukan klarifikasi, termasuk kepada terlapor/terduga, untuk mengetahui kebenaran laporan/dugaan tersebut. Jika terlapor adalah anggota baptisan, maka orang tua/walinya diikutsertakan.

d. Jika laporan/dugaan tersebut tidak benar, penatua dan/atau pendeta tersebut memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada pelapor. Penatua dan/atau pendeta tersebut dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

e. Jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor, penatua dan/atau pendeta itu melakukan peneguran dan memberikan nasihat kepada terlapor dalam kasih agar ia bertobat. Jika terlapor bertobat, penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

f. Jika laporan/dugaan tersebut disangkal oleh terlapor, sedangkan penatua dan/atau pendeta itu berpendapat bahwa laporan/dugaan tersebut benar, atau jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor tetapi ia tidak bertobat, penatua dan/atau pendeta itu melaporkan hal itu kepada Majelis Jemaat secara lisan dan/atau tertulis.

g. Berdasarkan laporan dari penatua dan/atau pendeta itu, Majelis Jemaat melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kebenaran laporan itu.

1) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut tidak benar, Majelis Jemaat memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada anggota atau penatua atau pendeta yang melaporkan.

2) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut benar, Majelis Jemaat dalam kerangka penggembalaan umum mengadakan percakapan pastoral secara optimal dengan terlapor agar ia bertobat.

Jika terlapor bertobat, Majelis Jemaat memutuskan bahwa penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

3) Jika terlapor tidak bertobat dan terlapor adalah anggota baptisan, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 39.

4) Jika terlapor tidak bertobat dan terlapor adalah anggota sidi, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 40.

2. Terhadap Penatua

a. Jika ada seorang penatua yang melayani di sebuah Jemaat, yang diduga kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah dan/atau menganut dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah dan ajaran

GKI, termasuk menyalahgunakan dan/atau mengingkari jabatannya, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi yang bersangkutan.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada:

1) Laporan tentang dugaan dari:

a) Anggota dari Jemaat tersebut,

b) Anggota atau penatua atau pendeta dari Jemaat lain,

yang diterima oleh penatua dan/atau pendeta dari Jemaat tersebut.

Laporan tersebut disampaikan secara lisan dan/atau tertulis yang dapat disertai dengan bukti-bukti awal. Laporan tersebut belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

2) Dugaan dari penatua dan/atau pendeta dari Jemaat tersebut. Dugaan itu belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

c. Bertolak dari laporan/dugaan itu, penatua dan/atau pendeta tersebut melakukan klarifikasi, termasuk kepada terlapor/terduga, untuk mengetahui kebenaran laporan/dugaan tersebut.

d. Jika laporan/dugaan tersebut tidak benar, penatua dan/atau pendeta tersebut memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada pelapor. Penatua dan/atau pendeta tersebut dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

e. Jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor, penatua dan/atau pendeta itu melakukan peneguran dan memberikan nasihat kepada terlapor dalam kasih agar ia bertobat.

1) Jika terlapor bertobat, tetapi permasalahan ini diyakini oleh penatua dan/atau pendeta itu membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, penatua dan/atau pendeta itu harus melaporkannya kepada Majelis Jemaat secara lisan dan/atau tertulis. Berdasarkan laporan tersebut Majelis Jemaat melanjutkan penggembalaan terhadap yang

f. Jika laporan/dugaan tersebut disangkal oleh terlapor, sedangkan penatua dan/atau pendeta itu berpendapat bahwa laporan tersebut diduga benar, atau jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor tetapi ia tidak bertobat, penatua dan/atau pendeta itu melaporkan hal itu kepada Majelis Jemaat secara lisan dan/atau tertulis.

g. Berdasarkan laporan dari penatua dan/atau pendeta itu, Majelis Jemaat melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kebenaran laporan itu.

1) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut tidak benar, Majelis Jemaat memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada anggota atau penatua atau pendeta yang melaporkan. Majelis Jemaat dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

2) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut benar, Majelis Jemaat dalam kerangka penggembalaan umum mengadakan percakapan pastoral secara optimal dengan terlapor agar ia bertobat.

Jika terlapor bertobat tetapi permasalahannya tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, Majelis Jemaat memutuskan bahwa penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus. Jika terlapor bertobat tetapi permasalahannya ternyata membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, Majelis Jemaat melanjutkan penggembalaan terhadap yang bersangkutan untuk menolong ia memahami kembali hakikat panggilan spiritualnya sebagai penatua dan penerimaan Jemaat terhadapnya.

3) Jika terlapor tidak bertobat, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 41.

3. Terhadap Pendeta yang Melayani Jemaat dan Pendeta Tugas Khusus Jemaat a. Jika ada seorang pendeta yang melayani di sebuah Jemaat atau pendeta

tugas khusus jemaat dari sebuah Jemaat, yang diduga kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah dan/atau menganut dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah dan ajaran GKI, termasuk menyalahgunakan dan/atau mengingkari jabatannya, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi yang bersangkutan.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada:

1) Laporan tentang dugaan dari:

a) Anggota dari Jemaat tersebut,

b) Anggota atau penatua atau pendeta dari Jemaat lain,

yang diterima oleh penatua dan/atau pendeta dari Jemaat tersebut.

Laporan tersebut disampaikan secara lisan dan/atau tertulis yang dapat disertai dengan bukti-bukti awal. Laporan tersebut belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

2) Dugaan dari penatua dan/atau pendeta dari Jemaat tersebut. Dugaan itu belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

c. Bertolak dari laporan/dugaan itu, penatua dan/atau pendeta tersebut melakukan klarifikasi, termasuk kepada terlapor/terduga, untuk mengetahui kebenaran laporan/dugaan tersebut.

d. Jika laporan/dugaan tersebut tidak benar, penatua dan/atau pendeta tersebut memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada pelapor. Penatua dan/atau pendeta tersebut dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

e. Jika laporan tersebut diakui benar oleh terlapor, penatua dan/atau pendeta itu melakukan peneguran dan memberikan nasihat kepada terlapor dalam kasih agar ia bertobat.

1) Jika terlapor bertobat, tetapi permasalahan ini diyakini oleh penatua dan/atau pendeta itu membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, penatua dan/atau pendeta itu harus melaporkannya kepada Majelis Jemaat secara lisan dan/atau tertulis.

a) Sesudah menerima laporan tersebut, jika Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, penggembalaan umum terhadap yang bersangkutan dinyatakan selesai dan yang bersangkutan dapat melanjutkan pelayanannya sebagai pendeta pada Jemaat tersebut.

Jemaat bersama dengan para pelawat memberikan rekomendasi kepada Badan Pekerja Majelis Sinode mengenai pelayanan dari yang bersangkutan, apakah pelayanan yang bersangkutan akan dilanjutkan di Jemaat yang terkait atau yang bersangkutan harus menjalani mutasi. Rekomendasi tersebut dapat menjadi keputusan bersama untuk ditindaklanjuti jika disetujui oleh Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, dan Badan Pekerja Majelis Sinode.

2) Jika terlapor bertobat dan permasalahan ini diyakini oleh penatua dan/atau pendeta itu tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

f. Jika laporan/dugaan tersebut disangkal oleh terlapor, sedangkan penatua dan/atau pendeta itu berpendapat bahwa laporan tersebut diduga benar, atau jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor tetapi ia tidak bertobat, penatua dan/atau pendeta itu melaporkan hal itu kepada Majelis Jemaat secara lisan dan/atau tertulis.

g. Berdasarkan laporan dari penatua dan/atau pendeta itu, Majelis Jemaat melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kebenaran laporan itu.

1) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut tidak benar, Majelis Jemaat memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada anggota atau penatua atau pendeta yang melaporkan. Majelis Jemaat dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

2) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut benar, Majelis Jemaat dalam kerangka penggembalaan umum mengadakan percakapan pastoral secara optimal dengan terlapor agar ia bertobat.

a) Jika terlapor bertobat dan Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, penggembalaan umum terhadap yang bersangkutan dinyatakan selesai dan yang bersangkutan dapat melanjutkan pelayanannya sebagai pendeta pada Jemaat tersebut.

b) Jika terlapor bertobat tetapi Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini benar-benar membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan Jemaat dan keberlangsungan pelayanan Jemaat secara menyeluruh, Majelis Jemaat meminta kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait untuk melakukan perlawatan

khusus jemaat yang melibatkan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode untuk menentukan pelayanan dari yang bersangkutan. Melalui perlawatan khusus jemaat tersebut, Majelis Jemaat bersama dengan para pelawat memberikan rekomendasi kepada Badan Pekerja Majelis Sinode mengenai pelayanan dari yang bersangkutan, apakah pelayanan yang bersangkutan akan dilanjutkan di Jemaat yang terkait atau yang bersangkutan harus menjalani mutasi. Rekomendasi tersebut dapat menjadi keputusan bersama untuk ditindaklanjuti jika disetujui oleh Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, dan Badan Pekerja Majelis Sinode.

c) Jika terlapor tidak bertobat, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 42.

4. Terhadap Pendeta Tugas Khusus Klasis/Sinode Wilayah/Sinode

a. Jika ada seorang pendeta tugas khusus klasis atau pendeta tugas khusus sinode wilayah atau pendeta tugas khusus sinode, yang diduga kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah dan/atau menganut dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah dan ajaran GKI, termasuk menyalahgunakan dan/atau mengingkari jabatannya, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi yang bersangkutan.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada:

1) Laporan tentang dugaan dari:

a) Anggota dari Jemaat Tumpuan dari pendeta tugas khusus yang bersangkutan,

b) Anggota atau penatua atau pendeta dari Jemaat lain,

yang diterima oleh penatua dan/atau pendeta dari Jemaat di mana pendeta tugas khusus yang bersangkutan menjadi anggota. Laporan

mengetahui kebenaran laporan/dugaan tersebut.

d. Jika laporan/dugaan tersebut tidak benar, penatua dan/atau pendeta tersebut memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada pelapor. Penatua dan/atau pendeta tersebut dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

e. Jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor, penatua dan/atau pendeta itu melakukan peneguran dan memberikan nasihat kepada terlapor dalam kasih agar ia bertobat.

1) Jika terlapor bertobat, tetapi permasalahan ini diyakini oleh penatua dan/atau pendeta itu membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan klasis/sinode wilayah/sinode dan keberlangsungan pelayanan klasis/sinode wilayah/sinode secara menyeluruh, penatua dan/atau pendeta itu harus melaporkannya kepada Majelis Jemaat dari Jemaat Tumpuan dari pendeta yang bersangkutan secara lisan dan/atau tertulis.

a) Sesudah menerima laporan tersebut, jika Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan klasis/sinode wilayah/sinode dan keberlangsungan pelayanan klasis/sinode wilayah/sinode secara menyeluruh, penggembalaan umum terhadap yang bersangkutan dinyatakan selesai dan yang bersangkutan dapat melanjutkan pelayanannya sebagai pendeta tugas khusus.

b) Jika sesudah menerima laporan tersebut Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini benar-benar membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan klasis/sinode wilayah/sinode dan keberlangsungan pelayanan klasis/sinode wilayah/sinode secara menyeluruh, Majelis Jemaat meminta kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait untuk melakukan perlawatan khusus jemaat yang melibatkan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode untuk menentukan pelayanan dari yang bersangkutan. Melalui perlawatan khusus jemaat tersebut, Majelis Jemaat bersama dengan para pelawat memberikan rekomendasi kepada Badan Pekerja Majelis Sinode mengenai pelayanan dari yang bersangkutan, apakah pelayanan yang bersangkutan sebagai pendeta tugas khusus akan dilanjutkan atau yang bersangkutan harus menjalani mutasi. Rekomendasi tersebut dapat menjadi keputusan bersama untuk ditindaklanjuti jika disetujui oleh Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, dan Badan Pekerja Majelis Sinode.

2) Jika terlapor bertobat dan permasalahan ini diyakini oleh penatua dan/atau pendeta itu tidak membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan klasis/sinode wilayah/sinode dan keberlangsungan pelayanan klasis/sinode wilayah/sinode secara menyeluruh, penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

f. Jika laporan/dugaan tersebut disangkal oleh terlapor, sedangkan penatua dan/atau pendeta itu berpendapat bahwa laporan tersebut benar, atau jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor tetapi ia tidak bertobat, penatua dan/atau pendeta itu melaporkan hal itu kepada Majelis Jemaat dari Jemaat Tumpuan dari pendeta tugas khusus dengan salinan kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait /Badan Pekerja Majelis Sinode.

g. Berdasarkan laporan dari penatua dan/atau pendeta itu, Majelis Jemaat bersama Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kebenaran laporan itu.

1) Jika Majelis Jemaat bersama Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode menyimpulkan bahwa laporan tersebut tidak benar, Majelis Jemaat bersama Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada anggota atau penatua atau pendeta yang melaporkan. Majelis Jemaat dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

2) Jika Majelis Jemaat bersama Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait/Badan Pekerja Majelis Sinode menyimpulkan bahwa laporan tersebut benar, Majelis Jemaat bersama Badan Pekerja Majelis Klasis yang

sebagai pendeta tugas khusus.

b) Jika terlapor bertobat tetapi Majelis Jemaat berpendapat bahwa permasalahan ini benar-benar membawa dampak yang lebih luas bagi kesatuan klasis/sinode wilayah/sinode dan keberlangsungan pelayanan klasis/sinode wilayah/sinode secara menyeluruh, Majelis Jemaat meminta kepada Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait untuk melakukan perlawatan khusus jemaat yang melibatkan Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait dan Badan Pekerja Majelis Sinode untuk menentukan pelayanan dari yang bersangkutan. Melalui perlawatan khusus jemaat tersebut, Majelis Jemaat bersama dengan para pelawat memberikan rekomendasi kepada Badan Pekerja Majelis Sinode mengenai pelayanan dari yang bersangkutan, apakah pelayanan yang bersangkutan sebagai pendeta tugas khusus akan dilanjutkan atau yang bersangkutan harus menjalani mutasi. Rekomendasi tersebut dapat menjadi keputusan bersama untuk ditindaklanjuti jika disetujui oleh Badan Pekerja Majelis Klasis yang terkait, Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah yang terkait, dan Badan Pekerja Majelis Sinode.

c) Jika terlapor tidak bertobat dan terlapor adalah pendeta tugas khusus klasis, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 43.

d) Jika terlapor tidak bertobat dan terlapor adalah pendeta tugas khusus sinode wilayah, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 44.

e) Jika terlapor tidak bertobat dan terlapor adalah pendeta tugas khusus sinode, proses dilanjutkan ke Tata Laksana Pasal 45

5. Terhadap Pendeta Emeritus

a. Jika ada seorang pendeta emeritus, yang diduga kelakuannya bertentangan dengan Firman Allah dan/atau menganut dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah dan ajaran GKI, termasuk menyalahgunakan dan/atau mengingkari jabatannya, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang lain, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi yang bersangkutan.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada:

1) Laporan tentang dugaan dari:

a) Anggota dari Jemaat di mana pendeta emeritus tersebut menjadi anggota,

b) Anggota atau penatua atau pendeta dari Jemaat lain,

yang diterima oleh penatua dan/atau pendeta dari Jemaat di mana pendeta emeritus tersebut menjadi anggota. Laporan tersebut disampaikan secara lisan dan/atau tertulis yang dapat disertai dengan bukti-bukti awal. Laporan tersebut belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

2) Dugaan dari penatua dan/atau pendeta dari Jemaat di mana pendeta emeritus tersebut menjadi anggota. Dugaan itu belum dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

c. Bertolak dari laporan/dugaan itu, penatua dan/atau pendeta tersebut melakukan klarifikasi, termasuk kepada terlapor/terduga, untuk mengetahui kebenaran laporan/dugaan tersebut.

d. Jika laporan/dugaan tersebut tidak benar, penatua dan/atau pendeta tersebut memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada pelapor. Penatua dan/atau pendeta tersebut dapat melakukan langkah-langkah penggembalaan umum terhadap pelapor.

e. Jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor, penatua dan/atau pendeta itu melakukan peneguran dan memberikan nasihat kepada terlapor dalam kasih agar ia bertobat. Jika terlapor bertobat, penggembalaan umum terhadapnya dianggap selesai dan hal ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan penggembalaan khusus.

f. Jika laporan/dugaan tersebut disangkal oleh terlapor, sedangkan penatua dan/atau pendeta itu berpendapat bahwa laporan tersebut diduga benar, atau jika laporan/dugaan tersebut diakui benar oleh terlapor tetapi ia tidak bertobat, penatua dan/atau pendeta itu melaporkan hal itu kepada Majelis Jemaat dari Jemaat di mana pendeta emeritus menjadi anggotanya dengan tembusan kepada Badan Pekerja Majelis Sinode.

g. Berdasarkan laporan dari penatua dan/atau pendeta itu, Majelis Jemaat melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai kebenaran laporan itu.

1) Jika Majelis Jemaat menyimpulkan bahwa laporan tersebut tidak benar, Majelis Jemaat memutuskan bahwa kasus ini dianggap selesai, dan hal tersebut diberitahukan kepada anggota atau penatua atau

46.

6. Terhadap Majelis Jemaat

a. Jika ada Majelis Jemaat dari sebuah Jemaat yang diduga mengambil keputusan dan/atau melakukan praktik kehidupan dan pelayanan gerejawi yang bertentangan dengan Firman Allah dan/atau Tata Gereja dan Tata Laksana GKI dan/atau Ajaran GKI dan/atau keputusan-keputusan dari Majelis Klasis dan/atau Majelis Sinode Wilayah dan/atau Majelis Sinode, sehingga mengancam keutuhan Jemaat dan keutuhan GKI secara menyeluruh, menyebabkan meluasnya ajaran yang bertentangan dengan Firman Allah dan Ajaran GKI, dan menyebabkan meluasnya praktik bergereja yang tidak sesuai dengan Tata Gereja dan Tata Laksana GKI, terhadapnya dapat ditempuh langkah-langkah penggembalaan umum yang dapat menjadi dasar bagi pelaksanaan penggembalaan khusus bagi Majelis Jemaat tersebut.

b. Langkah-langkah itu harus didasarkan pada 1) Laporan tentang dugaan dari:

a) Majelis Jemaat dari Jemaat lain, b) Badan Pekerja Majelis Klasis,

c) Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah, d) Badan Pekerja Majelis Sinode,

yang diterima oleh Badan Pekerja Majelis Klasis dari Klasis yang terkait. Laporan tersebut disampaikan secara tertulis yang dapat disertai dengan bukti-bukti awal. Laporan tersebut belum dapat

yang diterima oleh Badan Pekerja Majelis Klasis dari Klasis yang terkait. Laporan tersebut disampaikan secara tertulis yang dapat disertai dengan bukti-bukti awal. Laporan tersebut belum dapat