• Tidak ada hasil yang ditemukan

Green Logistic

Dalam dokumen Menjaga Integritas Pencalonan (Halaman 136-144)

Smart and Green Logistics

2. Green Logistic

Green  Logistic  adalah konsep logistik mulai dari proses pengolahan barang hingga konsumen dapat menggunakan barang tersebut, dengan penekanan tidak merusak lingkungan dan menggunakan sebanyak mungkin bahan mentah yang ramah lingkungan. Setelah pemakaian, barang dikirim kembali

121 dari konsumen kepada produsen untuk diperbaiki atau diolah menjadi barang yang tetap ramah lingkungan ( recycle ).

Pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus merupakan arena kompetisi yang paling adil bagi partai politik, sejauh mana telah melaksanakan fungsi dan perannya serta pertanggungjawaban atas kinerjanya selama ini kepada rakyat yang telah memilihnya. Rakyat berdaulat untuk menentukan dan memilih sesuai aspirasinya. Pemilu sendiri bisa dilihat dari banyak sisi: sistem, aktor, tahapan, manajemen, pembiayaan, etika, penegakan hukum dan lain-lain. Semua menunjukkan, bahwa pemilu adalah masalah teknis, bagaimana mengkonversi suara rakyat menjadi kursi. Namun dalam melihat persoalan pemilu, tidak boleh terjebak pada masalah teknis semata. Bagaimanapun pemilu sesungguhnya adalah instrumen demokrasi. Sebagai alat demokrasi, pemilu berusaha mendekati obsesi demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (6) (Didik, 2009).

Upaya mewujudkan pelaksanaan logistik pemilu ramah lingkungan, diperlukan perubahan mindset (pola pikir) atau paradigma. Dari paradigma pertumbuhan ekonomi (economic growth) ke sustainable development. Hak – hak konstitutional memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan minset penentu kebijakan publik. Ada semacam daya paksa agar penentu kebijakan melakukan harmonisasi terhadap hak-hak konstitusional dengan

“ancaman adanya gugatan melalui “constitutional  review” di Mahkamah Konstitusi (7) (Mas Achmad Santosa, 2016).

Penyusunan regulasi teknis terkait spesifikasi bahan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara ramah

7 Santosa, M. A. (2016). Alam pun butuh hukum dan keadilan. Pe nerbit A @-Prima Pustaka, Jakarta.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan

lingkungan oleh penyelenggara pemilu belum melibatkan instansi lingkungan hidup pemerintah dan LSM atau penggiat lingkungan. Pencegahan dan monitoring adanya limbah industri dalam pengadaan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara, belum dilakukan penyelenggara pemilu yang bekerja sama dengan instansi lingkungan hidup pemerintah serta upaya monitoring buat perusahaan pengadaan pemungutan dan penghitungan suara yang menerapkan 6 (enam) prinsip dasar pencetakan ramah lingkungan berupa Refine,  Reduce,  Reuse,  Recycle, Recovery, dan Retrieve belum secara optimal dilakukan penyelenggara pemilu.

Penyelenggara Pemilu harus secara aktif melakukan monitoring ke tempat percetakan, mengawal perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara mulai dari pelabuhan atau tempat kedatangan sampai ke KPU. Untuk dilakukan penyortiran, pengepakan, dan penyaluran sampai ke TPS.

Hasil dari penyortiran dan pelipatan surat suara dari KPU Menurut Muhaimin (2015) terdapat enam indikator yang termasuk ke dalam pengetahuan konsep ramah lingkungan, yaitu: 1) Pengetahuan tentang penyebab masalah lingkungan, 2) Pengetahuan tentang dampak dari masalah lingkungan, 3) Pengetahuan tentang prediksi masalah lingkungan di masa mendatang, 4) Pengetahuan mengenai solusi untuk menyelesaikan masalah lingkungan, 5) Pengetahuan tentang masalahmasalah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, 6) Pemahaman tentang ketergantungan manusia dan lingkungan serta saling ketergantungan individu, masyarakat dan bangsa dalam pengelolaan lingkungan hidup baik dalam konteks lokal maupun global.

Sikap yang dapat mendorong perilaku ramah lingkungan

123 adalah empati terhadap lingkungan. Empati ini ditemukan dari definsi yang dibuat untuk menjelaskan konsep kecerdasan ekologis. Dikatakan bahwa kecerdasan ekologis merupakan keterampilan memadukan kompetensi kognitif dengan empati terhadap lingkungan. Kompetensi kognitif dimaksudkan sebagai pengetahuan lingkungan, sedangkan rasa empati dimaksudkan sebagai kemampuan emosi untuk merasakan dari pihak korban kerusakan lingkungan (Goleman, 2009).

Indikator yang digunakan mengukur empati atau sikap peduli lingkungan diambil dari New Ecological Paradigm (NEP) yang disusun oleh Van Liere dan Dunlap. NEP merupakan paradigma lingkungan yang menempatkan manusia sejajar dengan makhluk hidup lainnya dalam ekosistem. Indikator New Ecological Paradigm (NEP) terdiri dari 1) Limit to growth, 2) Anti Antrophosentrisme, 3) The Fragiliti of Natures Balances, 4)  Rejection of Exemtionalism, 5) The possibility of An Ecocrisis (8).

Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku sadar yang dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan, seperti efisiensi sumber daya alam, menghemat konsumsi energi, menggunakan zat yang tidak mengandung racun dan mengurangi produksi sampah (Kollmuss dan Agyeman, 2002) Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku yang tidak banyak merubah ketersediaan sumber daya dan energi di lingkungan atau perilaku yang tidak banyak merubah struktur dan dinamika dalam ekosistem dan biosper itu sendiri.

Dari kedua pengertian tersebut selanjutnya dipahami

8 Stern, P. C., Dietz, T., & Guagnano, G. A. (1995). The new eco-logical paradigm in social-psychoeco-logical context. Environment and behavior, 27(6), 723-743.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan

bahwa perilaku ramah lingkungan adalah aktivitas keseharian individu yang memberikan dampak buruk sekecil mungkin bagi lingkungan. Perilaku ramah lingkungan dapat diukur melalui indikator 1) fasilitas lingkungan yang terdiri dari ketersediaan area terbuka, penggunaan pencahayaan matahari untuk penerangan ruangan, ketersediaan resapan air, keberadaan tanaman keras. 2) Pemanfaatan energi dan air secara bijak dengan menggunakan peralatan yang hemat energi. 3) Penggunaan transportasi yang ramah lingkungan, 4) Pengelolaan sampah, dan 5) Partisipasi pemeliharaan lingkungan.

Pemilu ramah lingkungan ditentukan oleh peran partisipasi masyarakat. Penelitian menyangkut partisipasi masyarakat dalam pengembangan pembangunan berkelanjutan disimpulkan bahwa masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Mekanisme partisipasi yang dirumuskan dalam pembangunan berkelanjutan yang dirumuskan menjadi tangga partisipasi bertahap yaitu tahap 1) Informasi, 2) Konsultasi, 3) Kerjasama, 4) Kontrol dan 5) Adaptasi disimpulkan bahwa partisipasi masyakat seharusnya mengikuti alur tersebut. Ini sejalan dengan kebutuhan penerapan green  constitusi sebagai masa depan pemilu di Indonesia agar dapat diterima oleh masyarakat (9) (Warouw et al., 2019).

Effendi (2019) menyatakan pula ramah lingkungan merupakan wawasan yang berorientasi agar senantiasa menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem.

9 Warouw, F. F., Langitan, F. W., & Alamsyah, A. T. (2018, February). Com-munity Participation for Sustainable Tourism Model in Manado Coastal Area. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol.

306, No. 1, p. 012039). IOP Publishing.

125 Dengan demikian, setiap kegiatan yang ramah lingkungan tidak mengakibatkan kerusakan atau pemusnahan pada sumber daya alam karena kegiatan ini senantiasa menyerasikan dan meyelaraskan dengan unsur-unsur atau komponen lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Kegiatan itu pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan terhadap kelestarian lingkungan hidup dan tidak menyebabkan penurunan kualitas hidup serta tidak mengganggu keseimbangan ekosistem. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan itu dapat diperkirakan belum maksimal tetapi senantiasa meningkat secara berkelanjutan dengan kualitas yang semakin baik dan kondisi lingkungan hidup yang lestari setiap saat(10).

Pendayagunaan yang ramah lingkungan yaitu mendayagunakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang tersedia secara bertanggung jawab dan proporsional terhadap kebutuhan input dalam proses produksi sehingga tidak berlebihan dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Pendayagunaan yang tidak ramah lingkungan dengan mendayagunakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang tersedia dilakukan secara tidak bertanggung jawab yaitu pendayagunaan dan pemanfaatan secara berlebihan dan tidak proporsional terhadap kebutuhan input dari suatu proses produksi. Kebutuhan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan terjadinya deplesi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan.

Pemilu ramah lingkungan sebagai wujud dari penerapan green  constitution adalah penyelenggaraan pemilihan umum yang menempatkan demokrasi dan lingkungan hidup secara seimbang yang berarti bahwa kebebasan dalam demokrasi

Model Logistik Pemilihan Masa Depan

tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup atau demokrasi yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Indikatornya adalah substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Hal ini dapat dinilai dari ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menciptakan sebuah sistem yang mengarahkan seluruh kegiatan negara dan masyarakat pada kegiatan yang berwawasan lingkungan hidup.

Suatu pemilu yang baik dari aspek regulasi maupun implementasinya di lapangan selalu memperhatikan aspek kesehatan lingkungan. Artinya, bahwa penyusunan regulasi pemilu termasuk peraturan teknis yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilu betul-betul harus memperhatikan kesehatan lingkungan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hak asasi manusia berupa komitmen dan konsistensi pengurangan penggunaan kertas dalam setiap aktifitas kepemiluan, adanya atribut kampanye yang menggunakan bahan yang mengandung plastik yang pada akhirnya tertumpuk sampah plastik, atribut kampanye yang tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan kota, pemasangan alat peraga kampanye di tempat yang telah ditentukan, tidak merusak tumbuhan atau pepohonan, alat peraga dan bahan kampanye yang berasal dari bahan ramah lingkungan.

`Pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara harus diakui, masih menggunakan kertas sebagai surat suara dan formulir-formulir. Pada tahapan pemungutan dan penghitungan di Kota Manado tersebut diatas, diperoleh data bahwa penggunaan kertas sebesar 5.338.695 lembar atau 5.338.695 : 500 (1 rim) = 10.677, 39 rim kertas. Berdasarkan data penggunaan kertas pada tahapan pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih sebesar 617, 14 rim kertas

127 serta tahapan pemungutan dan penghitungan suara di kota Manado sebesar 10.678 rim kertas yang secara keseluruhan menggunakan 11.294, 53 rim kertas, maka apabila konversi penggunaan pohon sebagai bahan kertas (pulp) sebesar : 11.295 batang pohon pinus berusia lima tahun. Apabila kita kalkulasikan penggunaan pohon dalam Pemilu tahun 2019 di Indonesia didapati data : 11.295 pohon x 514 Kabupaten / Kota = 5.805.388 pohon. Dengan demikian, untuk mengganti 5.805.388 pohon berusia lima tahun, maka menjadi kewajiban kita untuk menggantinya di kurun waktu lima tahun melalui program penanaman pohon. Suatu tugas yang tidak gampang, dikala kita masih belum terlalu optimal dalam program penanaman pohon(11).

Salah satu solusi yang bisa ditawarkan mengatasi persoalan ini adalah dengan menerapkan pemilu elektronik (e-election) berupa e-voting, e-counting, dan e-recapitulation.

Belum banyak daerah yang menggunakan e-voting dalam pelaksanaan pemilihan umum. Berdasarkan data dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2019, telah dilakukan pemilihan umum secara elektronik di lebih dari 900 pilkades di mana secara hasil dan bukti pelaksanaan Pemilu dengan e-voting dan hasilnya bisa cepat keluar pada saat TPS tutup.

11 Malonda, H., Hakim, A., Hanafi, I., & Yanuwiadi, B. (2020). Envi-ronmental Sustainability Policy with Green Constitution Implementa-tion Models in Indonesia. InternaImplementa-tional Journal of Applied Engineer-ing Research, 15(1), 89-93.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan

AKHIR tahun 2019 dunia dikejutkan dengan Corona Virus Diseases (Covid-19) di Wuhan, China. Media asing maupun media di Indonesia memberitakan dengan instens perkembangan Covid-19 di Wuhan. Setelah itu, masyarakat dunia dipertontonkan dengan berbagai dampak mengerikan dari perkembangan Pandemi Covid-19.

Indonesia yang ikut terkena Pandemi Covid-19 mendapatkan dampak negatif yang tidak kalah hebatnya. COVID-19 mempunyai dampak yang luar biasa bagi kehidupan sosial politik di Indonesia. Dalam kehidupan sosial misalnya, wabah COVID-19 yang statusnya kini ditetapkan sebagai bencana nasional telah mengubah berbagai tata cara kehidupan sosial dengan diberlakukannya jarak fisik (physical distancing) dan jarak sosial (social distancing). Dengan aturan ini, warga diminta untuk menghindari kerumunan, tempat-tempat umum, dan melarang acara-acara yang menghadirkan banyak orang.

Selain memukul sektor ekonomi dan sosial, tahapan Pemilihan Serentak Tahun 2020 ikut terpengaruh dengan signifikan, jadwal penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang semula rencananya akan diselenggarakan pada bulan September 2020. Tak pelak beberapa tahapan yang ditunda di antaranya pelantikan Panitia Pemungutan Suara (PPS), verifikasi faktual syarat dukungan bakal calon perseorangan, pembentukan petugas

PENGELOLAAN LOGISTIK

Dalam dokumen Menjaga Integritas Pencalonan (Halaman 136-144)

Dokumen terkait