• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjaga Integritas Pencalonan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Menjaga Integritas Pencalonan"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

KPU PROVINSI SULAWESI UTARA

Pemilihan Tahun 2020 di Sulawesi Utara

Menjaga Integritas Pencalonan

PENULIS:

Yessy Y. Momongan, S.Th., M.Si, Prof. DR. Donald A. Rumokoy, SH., MH,

DR. Srinuryanti, MA, Mohamad Fadlilah, M.Si,

Drs. Johnly Pengemanan, M.Si, Asep Sabar, S.IP, Dolvie Tutu, SE., M.Si, Rudy Lalonsang S.Sos, Jemmy R. Mantiri, SE,

Yanti Soga, SE, Enra Paendong, Romy Polli, Rangga Paonganan Iten I. Kojongian, SE,

Robby Golioth, H. Darul Halim, SH,

Moch. Syahrul, HS, Christiani Rorimpandey, S.IP,

Abdul Kader Bachmid, S.Pd, Fijey Bumulo, SE,

2021

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

1. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;

2. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;

3. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan 4. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan

suatu Ciptaan dan/ atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3)

iii

TATA KELOLA

LOGISTIK

Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si, Efvendi Sondakh, S.IP., M.Si Franky Rengkung, S.IP., MA, Dr. Viktory Rotty, M.Teol., M.Pd.

Dr. Felly Ferol Warouw, SH, ST, M.Eng, Zulkifli Golonggom, S,Pd, M.Si Stenly Kowaas SP, Charles Worotitjan, SH., MH

Evans Tulungen, SKom, MM, Yohanes Pahargyo, SS

Pemilihan Serentak Tahun 2020 di Sulawesi Utara

(4)

PENGARAH:

Ardiles M.R Mewoh Yessy Y. Momongan

Lanny A. Ointu Salman Saelangi Meidy Y. Tinangon

EDITOR:

Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si Stenly Kowaas SP Yohanes Pahargyo, SS DESAIN DAN TATA LETAK:

Febriano Purnawinata, Ikwila Rewur

Ukuran : Jumlah Halaman, Judul, Jumlah Halaman Isi, Ukuran: 14.8 x 21 cm

ISBN : No ISBN Cetakan : 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2021 by KPU PROVINSI SULAWESI UTARA All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT

(KPU PROVINSI SULAWESI UTARA)

Jalan Diponegoro No. 25, Teling Atas, Wenang, Mahakeret Tim., Kec. Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara 95112

Website: www.sulut.kpu.go.id

(5)

v

ANGGOTA KPU RI

PRAMONO UBAID

SAMBUTAN

Sambutan

(6)

ANGGOTA KPU RI

PRAMONO UBAID

(7)

vii Tahun 2020, merupakan tahun bersejarah

dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Karena baru pertama kalinya, Indonesia menyelenggarakan pemilihan kepala daerah serentak pada masa pandemi

Covid-19. Pemerintah mempunyai agenda besar, yaitu pena- nganan penyebaran Covid-19 dan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara serentak pada 187 daerah. Keduanya berjalan lancar, simultan dan saling melangkapi.

Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam penyeleng- garaan pilkada adalah tata kelola logistik. Komisi Pemilihan Umum harus melakukan semua proses dengan baik. Baik dari sisi perencanaan, pengadaan, dan distrbusi. Termasuk mela- kukan monitoring dan supervisi. Pada pelaksanaan pilkada di Provinsi Sulawesi Utara, KPU Provinsi Sulawesi Utara melaku- kan proses tata kelola logistik pemilihan kepala daerah bekerja sama, berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagi pihak.

Pada proses distribusi, KPU Provinsi Sulawesi Utara bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota, TNI dan Polri. Sehingga sebelum hari H, semua logistik telah tiba di lokasi, termasuk di daerah kepulauan. Pada proses monitoring dan supervisi, KPU Provinsi Sulawesi Utara bersama dengan Ba- waslu Provinsi Sulawesi Utara, Pjs. Gubernur dan Forkompimda Sulawesi Utara melakukan peninjauan pencetakan kertas suara,

SAMBUTAN

Sambutan Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si

Kepala Badan Litbang Kemendagri (Pjs. Gubernur Sulawesi Utara Tahun 2020)

(8)

untuk memastikan ketepatan waktu dan kualitas pada pelaksa- naan pemilihan kepala daerah pada masa pandemi Covid-19.

KPU Provinsi Sulawesi Utara telah banyak melakukan inovasi dan terobosan dalam mengatasi berbagai permasalahan tata kelola logistik pemilihan kepala daerah.

Kami memberikan apresiasi dan penghargaan atas penerbitan buku tata kelola logistik pemilihan kepala daerah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada KPU dan Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara, Forkopimda dan semua pihak yang telah me- laksanakan, mendukung, membantu dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pilkada di Provinsi Sulawesi Utara, sehingga berjalan lancar, sukses, aman, damai, dan sehat.

Semoga buku ini bermanfaat, sebagai referensi dalam tata kelola logistik pemilihan kepala daerah.

(9)

ix Bagi pemilih, surat suara dan rupa-rupa

jenis logistik di Tempat Pemungutan Suara (TPS) mungkin dianggap kelaziman normatif pada hari H pemungutan suara. Padahal sebelum tiba di TPS, logistik pemilihan

melewati rangkaian panjang lengkap dengan kerumitannya.

Tata kelola logistik pemilihan membutuhkan totalitas dari semua pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu sejak perencanaan, produksi sampai distribusi di TPS, bahkan de- tail-detail kecil saja menjadi sedemikian krusial. Tidak berlebihan karena logistik adalah elemen dalam pemilihan yang harus benar-benar terukur.

Kesalahan, apalagi yang sifatnya elementer, sama sekali ti- dak boleh terjadi. Makanya mindset semua pihak di KPU yang terlibat di logistik diisolasi dalam tagline yang paten: Tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas, tepat sasaran dan efisien (5T + 1E). Konkrit dan tidak bias.

Karena pemilihan kepala daerah kali ini dilaksanakan di era Pandemi Covid-19, pressure-nya makin kuat. Menormalkan tata kelola logistik di situasi yang tidak normal tentu saja menjadi tantangan yang luar biasa besar buat KPU Provinsi dan jajaran di bawah. Selain mengelola logistik untuk dipakai dalam proses pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi berjenjang, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota harus membentengi jajaran

KATA PENGANTAR

Kata Pengantar Efvendi Sondakh, S.IP, M.Si

Editor

(10)

badan Adhoc dan pemilih dengan rupa-rupa Alat Pelengkap Diri (APD).

Meski bukan sebuah pekerjaan yang mudah, tapi secara makro tata kelola logistik Pemilihan Serentak 2020 oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bisa dikatakan berproses re- latif baik, lancar dan terarah. Praktis tidak ada letupan masalah yang mempengaruhi proses pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi di semua jenjang. Selain karena tata kelola logistik yang semakin rapi dan terstruktur di internal KPU, kontribusi pihak eksternal seperti Bawaslu, Kepolisian, TNI, pemerintah daerah dan peserta pemilihan juga sangat strategis sehingga tahapan inti pemilihan serentak bisa happy ending.

Buku ini sendiri berisi potret tentang konsep dan regulasi, manajemen, sampai dengan inovasi KPU Provinsi soal proses pengawasan dan monitoring logistik dalam wujud aplikasi Tarsius. Agar lebih kompilatif, disertakan juga testimoni yang berisikan cerita suka duka dari beberapa KPU Kabupaten/Kota, plus suplemen tata kelola logistik APD.

Tentu saja buku ini masih jauh dari sempurna. Tapi keluhur- an niat semua penulis yang terlibat dalam buku ini diharapkan bisa memperkaya literasi kepemiluan dari spektrum tata kelola logistik, juga tentu saja misi besar semua pihak yang ada dalam ekosistem kepemiluan tentang Pemilu yang makin berkualitas di waktu yang akan datang. Semoga

(11)

xi

Sambutan Anggota KPU RI Pramono Ubaid... v

Sambutan Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si ... vii

Kata Pengantar... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Istilah... xiii

Bagian I Pendahuluan... 2

Manajemen Risiko untuk Pengelolaan Logistik yang Berkepastian... 7

Logistik yang Efisien dan Berbiaya Murah... 10

Logistik Pemilihan di Masa yang Akan Datang... 16

Metode Kajian/Penulisan... 19

Suplemen 1: Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik... 22

Bagian II Konsep dan Regulasi Logistik... 32

Regulasi Logistik Pemilihan... 37

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Logistik Pemilihan... 52

Suplemen 2: Pengawasan Logistik Berbasis Teknologi.... 55

DAFTAR ISI

Daftar Isi

(12)

Bagian III

Manajemen Logistik Pemilihan... 62

Suplemen 3: Krusialnya Manajemen Logistik... 94

Bagian IV Model Logistik Pemilihan Masa Depan... 104

Suplemen 4: Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi... 128

Survei Evaluasi Logistik Pemilihan tahun 2020... 151

Daftar Pustaka... 158

(13)

xiii

TPS Tempat Pemungutan Suara

PEMILU Pemilihan Umum

PPS Panitia Pemungutan Suara

PPK Panitia Pemilihan Kecamatan

KPU Komisi Pemilihan Umum

PERPRES Peraturan Presiden

PPK Pejabat Pembuat Komitmen

POKJA Kelompok Kerja

COVID19 Corona Virus Disease 19

KPPS Kelompok Penyelenggara

Pemungutan Suara

ASN Aparatur Sipil Negara

DARING Dalam Jaringan

TNI Tentara Nasional Indonesia

POLRES Kepoliasian Resort

UUD Undang Undang Dasar

NRI Negara Republik Indonesia

UU Undang Undang

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah PERPPU Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang Undang

DAFTAR SINGKATAN

Daftar Singkatan

(14)

PKPU Peraturan Komisi Pemilihan Umum

SK Surat Keputusan

APD Alat Pelindung Diri

RI Republik Indonesia

KWK Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah

PILKADA Pemilihan Kepala Daerah

SEKJEN Sekretaris Jenderal CCTV Closed Circuit Television DVR Digital Video Recorder

RAB Rencana Anggaran Belanja

KAK Kerangka Acuan Kerja

HPS Harga Perkiraan Sendiri

DKB Data Kebutuhan Barang

DPT Daftar Pemilih Tetap

RUP Rencana Umum Pengadaan

KPA Kuasa Pengguna Anggaran

ULP Unit Layanan Pengadaan

PA Pengguna Anggaran

LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah

SPPBJ Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

(15)

xv SPK Surat Perjanjian Kerjasama

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

SiRUP Sistem Informasi Rencana

Umum Pengadaan

LPSE Layanan Pengadaan Secara

Elektronik

SPSE Sistem Pengadaan Secara

Elektronik

BAST Berita Acara Serah Terima

SPP Surat Perintah Pengiriman BAHP Berita Acara Hasil Pemeriksaan

FGD Focus Group Discussion

SOP Standar Operasional Prosedur

WITA Waktu Indonesia Tengah

AI Artificial Intelligence

IoT Internet of Things

WT Wearable Technology

AR Advanced Robotic

3DP 3D Printing

SIPOL Sistem Informasi Partai Politik SIDALIH Sistem Informasi Data Pemilih

SITUNG Sistem Informasi

Penghitungan Suara

Daftar Singkatan

(16)

SILON Sistem Informasi Pencalonan

SITAP Sistem Informasi Tahapan

Pemilihan

JDIH Jaringan Dokumentasi dan

Informasi Hukum

SIDAKAM Sistem Informasi Dana Kampanye SILOG Sistem Informasi Logistik

TARSIUS Sistem Informasi Monitoring dan

Evaluasi Distribusi Logistik

(Basis KPU Provinsi Sulawesi Utara) BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

PPDP Petugas Pemutakhiran Data

Pemilih

UKPBJ Unit Kerja Pengadaan Barang/

Jasa

PARPOL Partai Politik

(17)

17

BAGIAN I

PENDAHULUAN

(18)

S

etelah merampungkan seluruh persiapan H-1 pemungutan suara pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud tahun 2013 yaitu dengan melakukan rapat pengecekan akhir dengan seluruh komisioner dan sekretariat KPU Talaud, selanjutnya hendak kembali ke penginapan tempat saya tinggal kurang lebih 14 hari terakhir oleh karena harus mengambilalih pelaksanaan tugas KPU Kabupaten Kepulauan Talaud yang diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), kira-kira pukul 21.00, saya menerima telepon dari salah seorang anggota PPK di Kecamatan Beo Selatan yang menginformasikan, bahwa kotak suara yang sudah tiba di salah satu desa di Kecamatan tersebut, diduga telah dibuka oleh PPS setempat. Tanpa berpikir panjang, saya atas persetujuan komisioner yang lain langsung bergegas menuju ke desa tersebut yang jaraknya kurang lebih 4 jam dari Melonguane ibukota Kabupaten Talaud.

Sesampainya di desa tersebut, saya langsung menuju ke tempat dimana logistik disimpan sebelum digunakan pada esok harinya. Setibanya di tempat tersebut, saya memastikan terlebih dahulu apakah benar terkait adanya laporan bahwa kotak suara TPS di desa tersebut telah dibuka dan dilakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan yang ada.

Para petugas penyelenggara pemilihan di tempat itu, yaitu PPS membantah informasi tersebut dan menyatakan bahwa hal itu tidak benar. Syukurlah laporannya tidak benar, namun untuk memastikan hal tersebut benar tidak terjadi, saya meminta kotak suara yang berisi perlengkapan pemungutan suara untuk dibuka dan disaksikan oleh pengawas pemilihan yang ada di desa tersebut serta petugas keamanannya juga. Ketika kotak suara dibuka, dilakukan pengecekan kembali isi kotak suara tersebut, apakah isinya masih sesuai sebagaimana sebelum

(19)

Pendahuluan 3 dikirimkan logistik tersebut ke desa itu. Setelah dipastikan masih sama, maka kotak suara ditutup kembali, dan disimpan. Semua peristiwa tersebut dibuatkan berita acara sebagai pembuktian telah dilaksanakan langkah-langkah untuk memastikan logistik yang akan digunakan pada pemungutan suara besoknya sesuai dengan ketentuan yang ada.

Logistik pemilihan (election materials) berkedudukan sebagai media menjaga kedaulatan rakyat, karena logistik pemilihan dijadikan media untuk mengonversi suara yang diberikan oleh rakyat menjadi kursi yang memimpin pemerintahan maupun parlemen. Misalnya surat suara yang digunakan dalam pemilihan umum yang mana salah satu asas pelaksanaannya adalah rahasia.

Untuk melaksanakan asas rahasia tersebut, pemberian suara oleh pemilih harus tertutup. Maka dibutuhkan surat suara, karena tanpa surat suara, suara rakyat tidak dapat dikonversi.

Jika pun pemilihan dilakukan melalui e-voting misalnya, tetap saja membutuhkan media elektronik sebagai pengganti surat suara yang juga menjadi bagian dari election material dimaksud.

Pertanyaannya adalah, jika logistik tidak tersedia, bagaimana pemilihan dilaksanakan? Tentu pemilihan tidak dapat dilaksanakan.

Hal ini misalnya terjadi masih di tempat yang sama yaitu di Kabupaten Kepulauan Talaud pada pemilihan yang sama juga yaitu di tahun 2013. Oleh karena salah satu calon di nyatakan tidak memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan, maka pendukung calon tersebut melakukan upaya untuk menghalangi terselenggaranya pemungutan suara di dua desa, yaitu di Desa Riung dan Riung Utara. Cara mereka menghalangi adalah dengan menutup jalan menuju dua desa tersebut sehingga logistik pemilihan tidak bisa masuk. Upaya mereka berhasil, dua desa tersebut akhirnya tidak dapat melaksanakan pemungutan suara di hari yang ditentukan, dan harus ditunda oleh karena logistik yang

(20)

tidak tiba di tempat tujuannya.

Masalah-masalah pengelolaan logistik dapat saja muncul oleh karena kelalaian atau keabaian dari penyelenggara sendiri, namun ada juga yang dikontribusi oleh pihak eksternal. Misalnya saja masih ada logistik digunakan sebagai alat untuk melakukan tindakan curang dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah, yang mana segelintir orang secara sistematis menggunakan surat suara yang tidak terpakai digunakan untuk calon tertentu, dengan cara surat suara tersebut dicoblos dan dimasukkan ke dalam kotak sebelum perhitungan suara dimulai.

Sementara itu, masalah akibat kelalaian internal atau oleh penyelenggara sendiri dapat diakibatkan oleh banyak hal, misalnya masalah keterlambatan distribusi logistik karena kurang baiknya perencanaan yang dilakukan. Seperti pada pemilihan Bupati dan wakil Bupati Sangihe tahun 2017, dimana harus dilakukan pemungutan suara susulan untuk 12 TPS di satu kecamatan oleh karena logistik di semua TPS tersebut terlambat tiba.

Pemungutan suara di satu kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Nusa Tabukan tidak dapat diselenggarakan serentak dengan kecamatan-kecamatan yang lain karena sampai dengan hari pemungutan suara logistik belum tiba di TPS. Keterlambatan logistik terjadi oleh karena tidak matangnya perencanaan jalur distribusi logistik yang disusun oleh penyelenggara.

Selain keterlambatan logistik yang memang pada akhirnya berdampak pada ditundanya pelaksanaan pemungutan suara, masalah lainnya terkait kelalaian penyelenggaran pemilihan adalah misalnya kekurangan logistik. Betapa Kekurangan logistik amat berimplikasi pada proses pemungutan suara sehingga bisa berpotensi memunculkan asumsi ditengah masyarakat terkait electoral fraud. Fabrice Lehoucq dalam

(21)

5 Pendahuluan

bukunya Electoral Fraud: Causes, Types, and Consequences menyebutkan bahwa Electoral fraud atau biasa disebut dengan kecurangan pemilu/pemilihan adalah upaya klandestin1 untuk membentuk hasil pemilu. Ini berimplikasi pada hasil pemungutan suara yang dijalankan2. Singkatnya akibat dari keterlambatan logistik, masyarakat dapat menuduh ada upaya melakukan kecurangan oleh penyelenggara pemilihan yang tentu saja berpotensi menurunkan public trust terhadap penyelenggara.

Betapa penting dan strategisnya logistik pemilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pemilihan kepala daerah, karenanya penatakelolaan logistik dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah menjadi salah satu core businness nya penyelenggara pemilihan. Salah satu ukuran sukses atau tidaknya pemilu atau pemilihan adalah keberhasilan menata kelola logistik pemilihannya. Bahkan tidak sedikit penyelenggara pemilihan yang pada akhirnya dinyatakan melanggar kode etik atau bahkan berhadapan dengan ancaman pidana oleh karena melakukan tindakan mis manajemen logistik.

Melihat betapa penting dan strategisnya manajemen

1 Klandestin adalah kegiatan yang dilakukan secara rahasia atau diam-di- am dengan tujuan tertentu. Klandestin biasanya dilakukan dalam operasi intelejen, perang atau kegiatan yang berbahaya dan berisiko lainnya. Un- tuk dapat melakukan kegiatan klandestin dalam konteks operasi intelejen, maka pelaku atau petugas perlu menguasai beberapa ketrampilan, antara lain pengamatan dan penggambaran, penyamaran, penjejakan, percakapan yang biasanya dilakukan dengan teknik elisitasi, dan penyurupan untuk memasuki area sasaran. Penyamaran dan percakapan klandestin merupa- kan beberapa hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh petugas intelejen.

2 Lehoucq, F. (2003). Electoral fraud: Causes, Types, and Consequences.

Annual Review of Political Science, 6(1), 233–256.

(22)

logistik pada pemilu atau pemilihan kepala daerah, maka sudah seharusnya para penyelenggara, pegiat pemilu maupun akademisi yang concern terhadap kepemiluan untuk banyak melakukan kajian, menelaah, serta menemukan konsep pengelolaan logistik pemilihan yang lebih baik.

Buku-buku yang membahas tentang pengelolaan logistik pemilihan harusnya semakin mewarnai literatur kepemiluan.

Saat ini literatur kepemiluan yang paling banyak ditemukan adalah yang terkait dengan perilaku memilih, kampanye, registrasi pemilih, kandidasi, dan lain sebagainya. Literatur tentang logistik masih kurang ditemui.

Berbekal menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, para penulis buku ini berupaya menguraikan melalui tulisan tentang pengelolaan logistik dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020.

Modal mengelola logistik yang berhasil pada pemilihan serentak tahun 2020, para penulis mencoba melakukan lompatan pemikiran tata kelola logistik ke depan yang bertransformasi.

Logistik yang ramah lingkungan, logistik yang lebih efisien dan berbiaya murah, serta logistik yang lebih berkepastian.

Ke depan, tata kelola logistik harusnya tidak akan lagi bermasalah.

Karena tentu dari waktu ke waktu penyelenggaraan pemilu atau pemilihan kepala daerah para penyelenggara maupun para pemangku kepentingan telah banyak sekali mengenyam pengalaman mengelola logistik pemilihan.

Baik menyangkut masalah yang dapat di perkirakan maupun masalah yang muncul yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, seperti kondisi cuaca, geografis, maupun gangguan keamanan.

(23)

7 Pendahuluan

Manajemen Risiko untuk

Pengelolaan Logistik yang Berkepastian

Secara umum tata kelola logistik dilakukan untuk mewujudkan logistik yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat sasaran, tepat kualitas, dan efisien. Semua proses pengelolaan logistik mulai dari perencanaan, pengadaan, produksi, distribusi, sampai pada penggunaannya harus memenuhi prinsip-prinsip tersebut. Jika tidak, maka berbagai potensi masalah akan muncul sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang di atas.

Logistik yang berkepastian menjadi kunci terwujudnya prinsip- prinsip tersebut. Berkepastian secara kharafiah diartikan sebagai sesuatu yang terjamin pelaksanaannya, bukan juga berarti tidak akan pernah terjadi perubahan lagi. Namun berkepastian dalam hal ini adalah, jikapun situasi menghendaki sebuah perubahan, maka perubahan tersebut telah terencana. Dalam organisasi yang modern dan pembelajar, perubahan bukanlah suatu kesalahan, perubahan dapat saja terjadi di tengah langkah saat menuju pada tujuan, namun perubahan tersebut sama sekali tidak memengaruhi arah dan tujuan organisasi yang utama.

Dalam mengelola logistik pemilihan di Indonesia yang merupakan negara maritim dimana terdiri dari banyak sekali daerah kepulauan, menjadi potensi masalah terbesar adalah kondisi alam dan geografis yang akan sangat memengaruhi misalnya dalam melakukan distribusi logisitik. Bisa saja skema awal atau perencanaan awal distribusi logistik berubah oleh karena kondisi-kondisi alam dan geografis. Jika memang kondisi negara Indonesia sudah seperti demikian maka seharusnya dalam menyelenggarakan pemilu atau pemilihan sudah dapat di duga risiko dari permasalahan-permasalahan yang berpotensi muncul.

Selain daripada itu memang penyelenggaraan pemilu atau

(24)

pemilihan selalu saja diperhadapkan dengan banyak persoalan yang dilapisi dengan berbagai risiko.

Jika masalah-masalah itu benar-benar terjadi, dan tidak dipersiapkan strategi untuk menghadapinya maka konsekunsinya dapat menjadi sangat serius. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah penyelenggara pemilu sejak awal telah menyusun strategi mengatasi permasalahan tersebut jika benar muncul? Karena jikapun masalah-masalah tersebut benar muncul paling tidak dampak dari permasalahan tersebut telah diminimalisasi. Inilah yang disebut dengan manajemen risiko. Manajemen risiko telah banyak diakui oleh berbagai profesi untuk menangani tugas-tugas yang kompleks. Dalam hal menghadapi kompleksitas permasalahan penyelenggaraan pemilu terlebih khusus pengelolaan logisitik maka perlu dilakukan pelembagaan manajemen risiko dalam pemilu khususnya dalam pengelolaan logisitik sebagaimana fokus bahasan buku ini.

Manajemen risiko, didefiniskan sebagai kebijakan, prosedur dan praktik yang terlibat dalam identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dan penghindaran, minimalisasi atau penghilangan risiko yang tidak dapat diterima3. Terdapat banyak definisi risiko.

Penyebutan yang umum berhubungan dengan kemungkinan adanya ancaman dan bahaya yang dapat dicegah atau dikurang.

Definisi manajemen risiko biasanya merujuk pada proses- proses untuk mengidentifikasi dan menganalisis ancaman- ancaman untuk mengambil tindakan pencegahan dan mitigasi.

Secara khusus dalam hal penyelenggaraan pemilu, Sead Alihodžić dalam buku Manajemen Risiko dalam Pemilu menjelaskan

3 Kildow A. B., A Supply Chain Management Guide to Business Continuity [Panduan Manajemen Rantai Pasokan untuk Keberlangsungan Bisnis] (New York: AMACOM, 2011) hal. 31

(25)

9 Pendahuluan bahwa manajemen risiko pemilu merupakan upaya sistematis yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan tentang dan kesadaran situasional akan risiko internal maupun eksternal terhadap proses pemilu, untuk memulai tindakan pencegahan dan mitigasi yang tepat waktu4.

Tindakan pencegahan dan mitigasi terhadap potensi masalah pengelolaan logistik pemilihan harus dilakukan secara sistematis sehingga risiko yang berpotensi terjadi jika masalah pengelolaan logistik muncul dapat diatasi atau paling tidak dampak buruknya dapat diminimalisasi. Pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 di provinsi Sulawesi Utara, merefleksi pada pemilihan-pemilihan sebelumnya dimana sering terjadi keterlambatan pengiriman logistik yang diakibatkan oleh karena kondisi cuaca yang bisa menjadi sangat ekstrim pada waktu-waktu tertentu terutama di wilayah kepulauan, maka seluruh produksi logistik diprioritaskan untuk wilayah di bagian kepulauan.

Ada tiga daerah kepulauan di Sulawesi Utara, dan dua daerah diantaranya memiliki wilayah yang berbatasan dengan negara Filipina atau menjadi wilayah pulau terluar di negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu pulau Miangas di Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Pulau Marore di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

Kapal laut adalah satu-satunya sarana transportasi untuk menuju pada pulau-pulau tersebut. Tentu sarana transportasi laut akan sangat bergantung pada kondisi cuaca untuk bisa dioperasikan.

Pada waktu tertentu cuaca di dua pulau tersebut tidak dapat diakses oleh karena tinggi gelombang bisa mencapai 6-7 meter.

4 Sead Alihodžić, Manajemen Risikio dalam Pemilu: Makalah Kebijakan no. 14, International IDEA, 2016, hal. 11

(26)

Oleh karena kondisi ini telah sering terjadi, apalagi di saat musim curah hujan yang tinggi yaitu memasuki bulan Desember, yang mana pemilihan serentak tahun 2020 dilaksanakan pada bulan Desember, maka sejak awal KPU Sulawesi Utara telah menyusun perencanaan distribusi logistik dengan daerah prioritas satu adalah tiga Kabupaten di wilayah kepulauan. Hal ini berhasil dilakukan, karena walaupun kondisi cuaca ekstrim akhirnya benar terjadi pada saat distribusi logistik dimulai, namun untuk tiga daerah Kabupaten di kepulauan tersebut tidak ada satupun logistik yang terlambat tiba di tempat pemungutan suara. Bahkan sejak tiga hari sebelum pemungutan suara berlangsung, logistik di Pulau Miangas dan Pulau Marore telah tiba, sehingga pemilih yang tinggal di pulau terluar, di wilayah paling ujung utara Indonesia, dapat menggunakan hak pilihnya serentak bersamaan dengan pemilih di Kota Manado di ibukota Provinsi Sulawesi Utara.

Logistik yang Efisien dan Berbiaya Murah

Dalam berbagai kesempatan, Arif Budiman5 selalu menyebut bahwa ia memiliki sebuah pemikiran di masa yang akang datang biaya pemilu atau pemilihan kepala daerah akan lebih murah.

Keinginan ini harus disambut oleh semua pihak yang terkait di dalamnya. Baik pemerintah, penyelenggara, masyarakat sipil, penggiat pemilu, para akademisi, dan seluruh pemangku kepentingan dalam pemilu harus terus melakukan kajian-kajian untuk menjadikan pemilu lebih murah dari yang sekarang ini.

Salah satu kajian yang dapat didorong guna mewujudkan keinginan tersebut adalah bagaimana menyediakan logistik

5 Ketua KPU RI periode 2017-2022

(27)

11 Pendahuluan

pemilihan yang efisien. Menyediakan logistik pemilihan adalah salah satu dari kegiatan pemilu atau pemilihan kepala daerah yang membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Apalagi untuk pemilu atau pemilihan kepala daerah di Indonesia yang memiliki ciri khas, antara lain adalah pelaksanaan yang dilakukan serentak dalam satu hari di seluruh wilayah, terdiri dari banyak sekali tempat pemungutan suara, serta dilaksanakan di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia yang adalah negara kepulauan yang sangat beragam kondisi geografisnya. Namun demikian, efisiensi terhadap pengelolaan logistik tetap harus diupayakan secara serius.

Secara teoritis, efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja sebagai salah satu indikator yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran efisiensi kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, organisasi dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Intinya, efisiensi secara tradisional didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan menggunakan input dalam porsi seminimum mungkin, sehingga efisiensi merupakan tingkat output dibagi dengan tingkat inputnya.

Pengukuran efisiensi modern mulai dikenalkan oleh Farrel yang membagi tingkat efisiensi ke dalam kedua kategori yakni technical efficiency (efisiensi teknis) yakni kemampuan organisasi menghasilkan output maksimal sesuai dengan tingkat input yang digunakan, serta allocative efficiency (efisiensi alokasi) yakni kemampuan organisasi dalam menggunakan input secara optimal sesuai dengan biaya input tersebut. Input dalam konteks

(28)

kedua kategori tersebut terutama dalam bentuk sumber daya manusia dan sumber anggaran6

Secara sederhana, agar dapat efisien, logistik pemilihan harus tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan hemat anggaran7. Namun upaya menyeluruh yang dapat dilakukan oleh penyelenggara sendiri adalah melalui efisiensi dalam keseluruhan proses pengelolaan logistik, mulai dari perencanaannya, pengadaannya, serta penyiapan dan distribusinya. Pertama, dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan logistik yang efisien, kedua adalah melakukan efisiensi pada proses pengadaan, dan ketiga adalah dengan menggunakan logistik pemilihan secara efisien.

Kebutuhan logistik pemilihan sangat tergantung dari perencanannya. Perencanaan yang berorientasi pada tepat jumlah, tepat jenis, dan tepat waktu akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi kebutuhan logistik. Menjadi permasalahan yang masih saja terjadi adalah perencanaan logistik yang kurang efisien, misalnya waktu pengadaan yang sangat singkat sehingga harga produksi menjadi lebih mahal. Juga masih ada saja perencanaan kebutuhan yang tidak tepat dari sisi jumlah dan jenis, sehingga harus dilakukan pengadaan kembali atau harus diganti barang yang telah tersedia.

Efisiensi perencanaan logistik pemilihan juga sangat bergantung dari kepastian hukum pelaksanaan tahapan-tahapan lainnya,

6 Hanafi, Syafik Mahmadah. (2008). Analisis Efisiensi Bank Umum Syari- ah di Indonesia”. Tesis Magister Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta

7 Azizah, Nur., Ariyani., Rina dan Susilo, Eko Budi, Modul Pembelajaran Manajemen Logistik Pemilu Kurikulum Program S2 Konsentrasi Tata Kelo- la Pemilu, Konsorsium Pendidikan Tinggi Tata Kelola Pemilu Indonesia.

(29)

13 Pendahuluan

misalnya tahapan pemutahiran daftar pemilih yang bisa mengalami keterlambatan penetapan oleh karena harus diselesaikan terlebih dahulu catatan-catatan dari pihak lain. Atau tahapan pencalonan yang mengalami perubahan oleh karena sengketa berkepanjangan yang kemudian baru berkekuatan hukum tetap sementara surat suara sudah dicetak. Kondisi-kondisi tersebut berakibat pada terjadinya perubahan pada perencanaan kebutuhan logistik yang kemudian berkensekuensi terhadap efisiensi yang dicita- citakan tadi.

Hal ini memberikan penegasan bahwa perencanaan logistik sangat penting dilakukan, karena hambatan-hambatan seperti diatas sangat mungkin terjadi dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah. Perencanaan yang baik juga dapat menjadi cara melakukan estimasi terhadap hambatan-hambatan yang berpotensi terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan logistik pemilihan.

Langkah berikutnya untuk melakukan efisiensi pengelolaan logistik adalah pada proses pengadaannya. Kegiatan pengadaan menjadi aktifitas yang paling menentukan dalam rangkaian manajemen logistik, terkhusus tentu dalam bahasan terkait melakukan efisiensi. Fungsi pengadaan ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis, spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

Peraturan Presiden nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Presiden 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, mengatur bahwa pengadaan barang/jasa menerapkan

(30)

prinsip-prinsip, antara lain efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Prinsip efisien adalah prinsip utama yang harus diterapkan dalam setiap pengadaan barang/jasa oleh pemerintah.8 Efisien maksudnya adalah pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya seminimal mungkin untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sejalan dengan hal tersebut, efisiensi pengadaan logistik pemilihan harus menjadi perhatian, tentu selain enam prinsip lainnya sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Presiden tersebut di atas. Efisiensi pengadaan logistik sebagaimana pengadaan barang dan jasa lainnya adalah dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Antara lain melalui penerapan e-procurement. Impelementasi e-procurement memiliki beragam manfaat diantaranya untuk menghemat keuangan negara, mendapatkan penawaran yang lebih banyak dan kompetitif, mempermudah proses administrasi, mempermudah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kelompok Kerja (Pokja) dalam mempertanggungjawabkan proses pengadaan barang/jasa yang telah dilakukan. E-procurement juga mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat, perluasan peluang usaha, terbukanya kesempatan pelaku usaha untuk mengikuti tender, serta mengurangi biaya peserta tender dalam keikutsertaannya pada proses tender karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Dalam pengadaan logistik pemilihan, upaya yang dilakukan oleh KPU untuk melakukan efisiensi terus dilakukan, dan salah

8 Pasal 6 Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemer- intah telah diubah dengan Perpres 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

(31)

15 Pendahuluan

satunya melalui pengadaan dengan metode katalog elektronik.

Katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, merek, jenis, spesifikasi teknis, harga, dan jumlah ketersediaan barang/jasa tertentu dari berbagai penyedia. Mengapa harus menggunakan e-katalog sehubungan dengan efisiensi? Pengadaan barang/jasa dengan metode e-katalog sudah pasti akan lebih menghemat sumber daya, baik manusia, waktu, dan biaya. Harga barang/jasa dan spesifikasi teknisnya juga lebih transparan dan bisa diakses oleh siapa saja.

Dari pemilihan kepala daerah ke pemilihan kepala daerah, jumlah item barang logistik yang diadakan melalui katalog elektronik terus bertambah. Pemilihan serentak tahun 2017 saat pengadaan melalui e-katalog mulai tersedia, sudah 5 (lima) item logistik yg diadakan melalui e-katalog. Pemilihan 2018 menjadi 9 item, dan pemilihan serentak tahun 2020 terakhir sudah ada 11 item logistik. Hal ini menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dari KPU untuk terus melakukan efisiensi pengadaan logistik pemilihan. Semakin banyak item logistik yang diadakan melalui metode katalog elektronik akan semakin efisien pengadaannya baik dari aspek waktu maupun biaya.

Setelah logistik diadakan, langkah selanjutnya adalah di persiapkan untuk didistribusikan ke tempat-tempat pemungutan suara. Pada proses ini, efisiensi juga harus dilakukan. Dengan kondisi geografis yang sangat beragam, maka dalam melakukan penyiapan dan pendistribusian logistik pemilihan harus sangat terukur dan sedapat mungkin menghindari kesalahan yang dilakukan oleh penyelenggara misalnya kekurangan jenis dan jumlah logistik yang dikirimkan, atau kesalahan tujuan pengiriman logistik, dan lain sebagainya. Selain kesalahan-kesalahan tersebut yang harus dihindari, ada faktor iklim dan cuaca yang juga harus

(32)

menjadi pertimbangkan dalam pendistribusian logistik. Adanya wilayah yang sulit dijangkau mengharuskan penyelenggara untuk menyusun daerah prioritas dalam jalur distribusi bagi daerah- daerah yang sulit dijangkau tersebut. Sarana yang digunakan dalam pendistribusian logistik juga harus di pilih secara tepat dengan berbagai pertimbangan terutama untuk daya jangkau yang berhubungan dengan jenis armadanya, serta keluasan dan karakter wilayah yang berhubungan dengan jumlah armada.

Aktifitas-aktifitas pengelolaan logistik tersebut jika di dilaksanakan dengan baik maka akan mendorong terwujudnya efisiensi. Dan jika hal-hal tersebut terus dijadikan perhatian oleh para penyelenggara, maka keinginan yang dilontarkan oleh Arif Budiman di atas menjadi semakin dekat dengan kenyataan.

Logistik Pemilihan di Masa yang Akan Datang

Pemilu dan pemilihan kepala daerah akan terus berlangsung karena sampai saat ini berdemokrasi adalah pilihan utama masyarakat dunia menuju pada kesejahteraannya, sementara pemilu atau pemilihan kepala daerah adalah wujud dari demokrasi itu sendiri. Seiring dengan waktu rekayasa elektoral (electoral enginnering) terus dilakukan untuk menciptakan pemilihan yang terus menjadi lebih baik. Bagi para perekayasa di waktu lalu, mereka telah merekayasa sehingga pemilihan di masa sekarang lebih baik dari pemilihan di masa lalu. Maka bagi kita perekayasa di masa sekarang, punya tanggung jawab moral untuk merekayasa pemilihan berdasar evaluasi penyelenggaraannya saat ini untuk pemilihan di masa yang akan datang yang lebih baik lagi.

(33)

17 Pendahuluan

Demikian juga dalam hal logistik pemilihan, semua kita yang telah menyelenggarakan pemilihan di masa sekarang, berbekal pengalaman dan evaluasi yang kita lakukan terhadap pemilihan yang kita selenggarakan, maka kita harus memikirkan bagaimana logistik pemilihan di masa yang akan datang agar lebih baik dari sekarang, baik dari sisi jenisnya, pengelolaannya, maupun pemanfaatannya.

Bagaimana logistik pada pemilihan di masa yang akan datang?

Logistik memang sangat bergantung dari teknis pemilihan yang digunakan. Namun, apapun model teknis pemilihan yang digunakan di masa yang akan datang, jenis maupun pengelolaan logistik harus terus diupayakan lebih baik dari masa sekarang.

Inovasi harus terus dilakukan untuk menuju pada logistik pemilihan yang lebih baik pada masa yang akan datang, mulai dari perencanaan, pengadaan, produksi, pengepakan, distribusi, penggunaan, dan penyimpanan logistik yang telah digunakan.

Di dalam setiap aspek pengelolaan logistik tersebut harus terus dilakukan langkah-langkah pembaruan. Van de Ven, Andrew H., mengatakan bahwa inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi di dalam tatanan organisasi tertentu. Gagasan-gagasan baru terkait tata kelola logistik yang bertujuan untuk perbaikan- perbaikan menuju pada kesempurnaan harus terus dimunculkan.

Kita mungkin masih ingat adanya isu hoax tercoblosnya 7 (tujuh) kontainer surat suara pada pemilu tahun 2019 lalu yang cukup menggemparkan. Informasi hoaks tersebut tersebar secara masif, padahal pada saat itu proses pengadaan surat suara Pemilu 2019 masih dalam tahap lelang dan karenanya surat suara Pemilu 2019 belum dicetak.

(34)

Isu-isu hoax seperti ini sangat merepotkan pihak penyelenggara, yang semestinya tidak terjadi. Hal ini diperparah dengan literasi masyarakat Indonesia yang masih sangat lemah. Untuk mengatasi hal tersebut agar di masa depan tidak terjadi lagi, maka dibutuhkan strategi untuk meningkatkan transparansi dan keterbukaan informasi publik. Sekecil apapun informasi harus disampaikan kepada publik.

Pada pemilihan di masa yang akan datang, membangun sistem informasi yang andal menjadi pilihan wajib, seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang cepat.

Sistem informasi tentang pengelolaan logistik sangat baik dan efektif dalam membantu keterbukaan infomasi publik.

Menu yang disajikan harus bersifat informatif dan komprehensif. Semisal, dengan adanya menu perusahaan pemenang tender di setiap jenis barang dan membuka secara transparan peta distribusi logistik disertai dengan jadwal produksi hingga distribusi.

Selain itu, penting juga terintegrasi antara penyelenggara (KPU) dengan perusahaan pemenang tender. Tujuannya agar memudahkan pengawasan logistik seperti berapa jumlah yang sudah dan belum diproduksi, apa kendala pada proses produksi dan distribusi, apakah sudah sesuai spesifikasi atau belum, bagaimana pengelolaannya dan lain sebagainya. Jika hal-hal ini terpenuhi maka tentu sangat mudah menangkal isu hoax seperti yang terjadi pada pemilu 2019 lalu.

Pemilihan serentak tahun 2020, KPU Sulawesi Utara telah mulai mengembangkan sistem informasi sebagaimana menjadi kebutuhan yang selaras dengan gagasan di atas. Ke depan, sistem informasi pengelolaan logistik seperti yang dimiliki oleh

(35)

19 Pendahuluan

KPU Sulawesi Utara yang diberi nama Tarsius9, harus terus dikembangkan sehingga semakin andal dan secara komprehensif menghadirkan jawaban atas kebutuhan semua pemangku kepentingan atas keinginan mereka untuk pemilihan di masa yang akan datang yang lebih baik.

Metode Kajian/Penulisan

Buku ini disusun di akhir tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak di Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil evaluasi dari pengelolaan logistik pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020 di Sulawesi Utara, penulis ingin memberikan sumbangsih pemikiran untuk pengelolaan logositik pada pemilihan yang akan datang yang lebih baik. Pada bagian pertama, penulis memberikan uraian tentang problematika pengelolaan logistik dan posisi strategisnya dalam penyelenggaraan pemilihan kepala

9 Tarsius adalah Sistem informasi pengelolaan logistik yang diluncurkan oleh KPU Sulawesi Utara dalam pemilihan Gubernur dan wakil gubernur tahun 2020. Nama Tarsius diambil dari salah satu hewan khas yang ada di Sulawesi Utara yaitu primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.

Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara. Dalam sistem informasi tarsius ini, menya jikan informasi mulai dari pengadaan sampai pendistribusian logisitik di wilayah Sulawesi Utara. Pada proses pengadaannya dapat dilihat perusahan yang memproduksi logistik, progres produksi yang dilakukan di pabrik, distribusi dari pabrik ke gudang KPU, jumlah logisitik yang diterima di gu- dang KPU, berapa jumlah kekurangan, berapa jumlah rusak dan tidak lay- ak pakai, berapa jumlah permintaan barang yang rusak, distribusi logistik ke TPS, dan lain sebagainya. Untuk lebih detail dapat mengunjungi website tarsius secara langsung di https://tarsius.kpu-sulutprov.go.id/public/

(36)

daerah. Pada bagian ini juga penulis menyajikan isue-isue strategis terkait pengelolaan logistik pemilihan, yaitu logisitik yang berkepastian, logistik yang efisisen dan murah, serta logistik untuk pemilu di masa yang akan datang.

Pada bagian kedua, secara umum diuraikan tentang konsep dan regulasi logistik pemilihan kepala daerah. Hal ini penting untuk membingkai pemahaman dari para pembaca tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan logistik, selanjutnya tentu logisitik dalam pemilihan. Pada bagian ini juga diuraikan regulasi-regulasi yang digunakan dalam pengelolaan logistik pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020.

Pada bagian ketiga diberi judul manajemen logistik pemilihan.

Secara berurutan dibahas bagaimana siklus pengelolaan logistik pemilihan. Dimulai dari perencanaan sampai pada pemeliharaan dan penyimpanannya.

Bagian keempat, para penulis menunjukkan bahwa pengelolaan logistik dalam pemilihan kepala daerah harus dengan upaya- upaya inovasi sehingga terpenuhi lebih maksimal target-target pengelolaan yang ditetapkan. Pada bagian ini juga di uraikan tentang bagaimana cita-cita pengelolaan logistik di masa yang akan datang. Baik dari sudut pandang para penulis sendiri maupun menurut hasil survei sederhana maupun fokus group discussion yang dilakukan dalam rangka penulisan buku ini.

Dalam buku ini juga ditambahkan suplemen yang berisi testimoni dari beberapa penyelenggara pemilihan di Kabupaten/

Kota terkait dengan pengelolaan logistik pada pemilihan serentak 2020. Selain itu, secara khusus akan diuraikan tentang pengelolaan logistik di masa pandemi covid 19. Hal ini menjadi bahasan yang sangat menarik karena pemilihan serentak tahun 2020

(37)

21 Pendahuluan

adalah pemilihan yang dilaksanakan pada saat pandemi covid 19 masih sementara berlangsung. Semua pihak yang memangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemilihan sama sekali belum mempunyai pengalaman terkait dengan itu. Selain itu, mengelola logistik di masa pandemi menambah besar tingkat kerumitan. Ini menarik untuk diceritakan kepada para pembaca.

(38)

Lilik Mahmudah

(Ketua KPU Bolaang Mongondow) Dalam perhelatan Pemilihan Umum, setiap satker mengetahui tugas dan wewenang akhir dari pelaksanaan tahapan yaitu menyediakan logistik Pemilu. Logistik adalah puncak faktor terpenting. Bagaimana tidak? Kalau

diibaratkan keberadaan logistik adalah sebagai urat nadi, apalah sebuah jantung kalau tidak bernadi, penentu dalam keberhasilan Pemilu. Jika saja semua proses tahapan terlaksana dengan rapi tetapi logistik tidak tersusun, tidak tersedia sesuai kebutuhan, tentu saja tidak akan terlaksana pemungutan suara. Namun begitu, tentu saja dibarengi dengan kesiapan dan profesionalitas penyelenggara dengan menyiapkan sarana dan prasarananya.

Kata kunci yang harus diwujudkan pada tahapan ini adalah soliditas kelembangaan, mulai dari KPU sampai di KPPS.

Logistik pemilu adalah perlengkapan penyelenggaraan yang berfungsi sebagai sarana konversi suara yang wajib diadakan dalam setiap penyelenggaraan pemilu. Tentu dengan memedomani prinsip tujuan logistik yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat kualitas dan efisiensi penyediaan.

Dengan begitu pemilu berintegritas dan memiliki legitimasi kuat dalam pelaksanaannya. Selanjutnya secara administrasi urusan logistik diadakan secara berjenjang dari KPU RI ke bawah, dan pengelolaannya semua ada di tingkat kabupaten/kota. Bolaang Mongondow, kabupaten ketiga dengan pemilih terbesar setelah Kota Manado dan Kabupaten Minahasa, dalam menyiapkan logistik

Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik

(39)

23 tentu saja memiliki strategi tersendiri dan memerlukan kesiapan yang tidak biasa jika dibandingkan kabupaten atau kota lainnya di Sulawesi Utara. Apa sebab? Meskipun Bolaang Mongondow di wilayah daratan bukan kepulauan, tetapi jarak antar kecamatan berjauhan. Juga memiliki beberapa desa terjauh yang hampir tidak layak lagi disebut sebuah desa. Pengelompokan wilayah ini bukan karena adanya diskriminasi tetapi memang begitulah kondisi real wilayah Bolaang Mongondow.

Dibagi dalam wilayah pantai yaitu kecamatan-kecamatan yang berada di jalur pesisir pantai utara (pantura). Yang secara geografis kecamatan-kecamatan di pantura hampir semuanya terjangkau, meskipun ada satu desa terjauh di salah satu kecamataan tetapi transportasi menuju lokasi cukup memadai. Kedua, bagian daratan Dumoga yaitu ada lima kecamatan yang semuanya meskipun jauh bisa ditempuh dengan satu alat transportasi. Di sebelah daratan Dumoga ada satu kecamatan yang berbatasan dengan kabupaten lain. Dan selanjutnya wilayah lereng gunung yang terdapat tiga kecamatan. Maka, dengan kondisi wilayah yang berbeda tentu saja ada kiat untuk mengatur semuanya.

Secara sekilas bisa disampaikan kondisi personil sekretariat KPU Bolaang Mongondow sangat sedikit, sementara volume pekerjaan sangat banyak. Khusus untuk tim logistik kalau dihitung tidak cukup 10 (sepuluh) orang, itupun hanya ada 1 (satu) ASN yang ditunjuk sebagai operator Silog. Yang bertugas melaporkan seluruh aktivitas penerimaan dan pendistribusian, dan jika ada kekurangan. Dengan keterbatasan personil tim, mengantisipasinya tidak sekedar menambahkan dengan merekrut tenaga pendukung saja. Yang paling utama adalah bagaimana mengatur dengan personil yang terbatas menjadi sebuah tim yang bisa menjalankan seluruh pekerjaan. Kalau mengikuti aturan apapun tahapan yang sedang berjalan, maka wajib semua tanpa terkecuali ikut

23 Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik

(40)

bekerja. Tetapi, secara realitas sangat tidak mungkin dilakukan.

Mengapa? Karena antara tahapan divisi satu dengan divisi lainnya saling beririsan. Hal inilah yang menyebabkan seringkali terjadi keluhan dengan minimnya tim kerja. Akhirnya, apapun tahapan yang sedang dilaksanakan itulah yang diselesaikan.

Dan berapapun personil tim yang ada tidak perlu dipersoalkan.

Nah, tantangan-tantangan inilah yang justru membuat terpacu semangat. Yah, rasanya akan sangat bangga jika sedikit orang tetapi mampu merampungkan semua.

Awal dari keberhasilan pekerjaan tim logistik adalah bagaimana menyamakan persepsi, menyatukan pemahaman, bagaimana seharusnya memperlakukan logistik sejak penerimaan, pengelolaan sampai mendistribusikannya. Tentu saja, dalam rangkaian pengelolaan logistik ini soliditas hal yang semestinya dijaga.

Tentu saja pilihannya adalah rapat tim. Dengan melakukan rapat internal secara kontinyu, akan tersusun jadwal pekerjaan, pembagian tugas dan evaluasi setiap kali menyelesaikan pekerjaan.

Dilaksanakan se-enjoy mungkin. Menikmati keterbatasan dengan kebersamaan.

Ini terlihat langsung ketika masing-masing personil tim secara kesadaran memilih sendiri bagian-bagian pekerjaan yang dirasa mampu dengan segera diselesaikan. Tim laki-laki misalnya, dengan tidak bermaksud meremehkan tim perempuan apalagi sampai ada arah bias gender, mereka dengan sigap merakit kotak suara tanpa meminta tim perempuan terlibat. Sebaliknya, tim perempuan sadar betul jika yang bekerja di tim logistik tidak melulu mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga memerlukan ketelitian. Maka, dengan otomatis merekalah yang menangani bagian-bagian penyortiran perlengkapan-perlengkapan TPS.

Kombinasi indah selalu manis hasilnya.

Memang secara alur pekerjaan mereka sudah terbiasa melakukan

(41)

25 pekerjaan logistik. Itulah yang menyebabkan mereka percaya diri dalam kondisi yang serba terbatas personil. Mereka mengetahui dan sudah bisa memprediksi sendiri jika satu pekerjaan dalam logistik yang tidak dilaksanakan maka akibatnya akan fatal di hari pemungutan. Sehingga setiap kali rapat, dengan tetap dilakukan pengecekan hasil kerja tiap personil, juga langsung dievalusi secara keseluruhan. Memberikan info deadline pekerjaan, agar tidak melewati tahapan. Dan secara kontinyu menyampaikan perkembangan regulasi.

Penerimaan dan Pengelolaan Logistik

Merunut lagi pekerjaan logistik pemilu di Bolaang Mongondow, jelas akan sangat panjang jika semua disampaikan di tulisan ini. Berbagai suka dan duka yang dilalui sangat kompleks, tak henti-henti problemnya tetapi situasi pekerjaan paling spesial yang pernah terjadi dalam sejarah pemilu di Indonesia.

Secara umum, pelaksanaan penerimaan logistik lancar. Seperti biasa rutinitas awal pada tahapan penerimaan logistik adalah sebelum masuknya kotak suara dan bilik suara, menyiapkan gudang logistik dengan memasang palet/alas lantai. Hal ini dilakukan agar terjaga sirkulasi udara di lantai sehingga uap lantai tidak langsung menembus kotak dan bilik suara yang berbahan karton. Selain itu jarak antara kedatangan kotak dan bilik suara dengan kelengkapan pemungutan suara agak jauh rentang waktunya, maka antisipasi kemungkinan buruk rusaknya kotak dan bilik suara benar-benar harus dilakukan.

Bagaimana kelengkapan TPS disiapkan oleh kabupaten/

kota? Sesuai kewenangan pengadaan kelengkapan TPS ada di masing-masing kabupaten/kota. Sehingga dengan disesuaikan tahapan tidak perlu menunggu distribusi dari provinsi. Ini akan lebih mudah dalam hal pengelolaan. Sambil terus menunggu

25 Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik

(42)

distribusi logistik lainnya, waktu senggang digunakan untuk menyortir kelengkapan TPS. Seperti menyiapkan alat coblos dan alasnya, spidol, lem, karet, dan kelengkapan lainnya.

Hal yang ditunggu adalah kedatangan surat suara. Suasana dimana seluruh tim logistik bisa berkumpul bersama-sama.

Ramai-ramai menyelesaikan satu pekerjaan, sambil berlomba siapa yang paling banyak mampu melipat. Biasanya diantara tim logistik ada yang dinobatkan sebagai kepala gudang, karena dianggap paling cakap diantara personil tim lainnya. Maka ketika sudah tiba jadwal penyortiran dan pelipatan surat suara, dengan dipandu Kasubag Logistik membuat tata tertib. Sehingga dengan adanya tata tertib diharapkan pekerjaan bisa selesai tepat waktu. Balik lagi dengan keterbatasan personil, kali ini dalam penyortiran dan pelipatan surat suara menambah orang dari luar kantor. Dengan harapan kerja lebih maksimal dan cepat selesai.

Proses penerimaan surat suara hingga sampai ke gudang tergolong panjang prosedurnya. Setiap kabupaten/kota menjemput langsung ke pelabuhan Bitung dengan dikawal pengamanan ketat. Itupun setibanya di pelabuhan bukan langsung mengambil begitu saja tetapi masih dipastikan jumlah kardus dengan jumlah permintaan yang diajukan. Ini dimaksudkan menghindari kesalahan jumlah penerimaan dan memastikan surat suara benar- benar sesuai kabupaten/kota. Jangan sampai kabupaten A menerima kardus surat suara milik kabupaten C. Belum lagi antrian transportasi yang digunakan untuk memuat tidak bisa sembarang masuk parkir. Harus sesuai panggilan kontainer yang didalamnya memuat surat suara kabupaten/kota. Yang paling seru ketika kardus surat suara tidak dalam satu kontainer yang sama, bisa dibayangkan itu artinya masih harus menunggu giliran antri lagi. Rasanya ingin cepat sampai apa daya logistik

(43)

27 masih harus dinanti.

Jenis logistik yang belakangan masuk ke gudang sebelum packing logistik adalah jenis formulir-formulir. Jumlahnya tak kalah banyak dengan surat suara. Langkah yang biasanya diambil adalah terjadi pergeseran personil agar semua sama-sama bisa diselesaikan. Maka tim logistik yang dianggap seniorlah yang ditunjuk untuk undur diri dari pelipatan dan bergeser ke bagian pengesetan formulir. Sambil juga berkoordinasi dengan divisi Teknis untuk memastikan lagi apakah sudah sesuai kebutuhan ataukah masih ada yang kurang. Dengan kondisi logistik yang semakin menumpuk rasanya memang tidak akan mampu menyelesaikan, tetapi dengan kesadaran menjalankan tanggung jawab antar personil tim justru menjadi sebuah kekuatan untuk menyelesaikan target.

Sampailah pada pengepakan. Jangan membayangkan kalau pengepakan artinya tinggal memasukkan sesuai daftar logistik dan bereslah urusan. Tidak demikian. Pertama yang harus dilakukan adalah memilah dulu jenis logistik yang akan masuk dalam kotak, dengan logistik yang di luar kotak. Karena masing- masing memiliki fungsi kerja yang penting. Bukan yang di dalam kotak penting yang di luar kotak tidak penting. Jika sudah terbagi maka selanjutnya tinggal memasukkan kedalam kotak.

Didampingi juga dari teman-teman Divisi Teknis dengan maksud jika ada kekeliruan maka akan segera teratasi.

Cara kerja pengepakan logistik tidak bisa sembarang orang. Di antara tim yang ada ditunjuk yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Ada yang di bagian barang, bagian memasukkan barang, dan ada yang di bagian mengecek daftar logistik. Jika belum ada instruksi memegang logistic, jangan sekali-kali memegang, apalagi memasukkan ke dalam kotak. Karena pekerjaan di luar

27 Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik

(44)

komando akan mengacaukan pekerjaan, Kemungkinan yang terjadi adalah terdapat dua kali barang yang sama masuk dalam satu kotak atau justru sebaliknya tidak dimasukkan dalam kotak.

Bayangkan kalo itu terjadi di kecamatan yang terdapat desa terjauh. Jelas akan sangat kacau.

Logistik di Tingkatan Adhoc

Penyelenggara di tingkatan kecamatan selalu memiliki antusias dalam menjalankan tahapan. Energi positif ini sudah selayaknya dijaga agar kerja-kerja yang sudah tersusun dan terjadwal tidak timpang. Dengan menyamakan pemahaman maka ini akan mampu meminimalisir kesalahan. Koordinasi yang sering dilakukan mengingat situasi pandemi adalah lewat media sosial.

Dibentuklah grup whatsapp yang dengan begitu akan lebih mudah mengontrol pekerjaan, dan mudah pula mengevaluasi.

Sesekali jika mendesak maka dilakukan rapat koordinasi secara daring melalui zoom meeting. Ini sangat membantu memberikan informasi dan penjelasan-penjelasan jika ada regulasi yang kurang dipahami ataupun memang belum sampai.

Distribusi logistik pemilu ke kecamatan sampai ke TPS memiliki banyak kesan pada setiap penyelenggaraan. Di Bolaang Mongondow karena terdapat desa jauh di beberapa kecamatan, maka itu menjadi prioritas utama. Disusunlah rute distribusi sesuai prioritas. Tetapi untuk efisien waktu dan pekerjaan maka kecamatan yang sejalur juga bisa didistribusi sekalian. Jadwal pertama adalah di tiga kecamatan yang memang terdapat desa jauh jangkauan transportasinya. Yaitu Desa Pomoman Kecamatan Poigar, Desa Kolingangaan Kecamatan Bilalang dan Desa Mengkang Kecamatan Lolayan. Ketiga desa memiliki karakteristik yang berbeda. Pomoman misalnya selain berbatu juga banyak sungai yang harus dilewati. Sesuai pengaturan yang

(45)

29 dilaporkan PPK Poigar, menuju ke desa ini sebaiknya pagi hari agar terhindar dari luapan sungai yang seing terjadi di sore hari dan bisa dimungkinkan juga hujan di seputaran gunung. Lain halnya kondisi di Desa Kolingangaan. Jalan yang dilalui menanjak terus di antara gunung dan jurang, kondisi jalan yang belum beraspal sangat menyulitkan untuk bisa diakses mobil. Tidak semua jenis mobil bisa digunakan untuk sampai ke lokasi.

Yang paling memungkinkan adalah menggunakan motor trail.

Nah, kalau Desa Mengkang meskipun dibandingkan kedua desa lainnya, jalur akses menuju kesana memang tergolong tidak sulit tetapi memang jaraknya jauh ke dalam hutan. Yang juga memiliki tingkat rawan banjir yang tinggi. Selain ketiga desa dalam hal pendistribusian lancar dan sampai dengan selamat.

Pengamanan Logistik

Dalam pemilihan serentak 2020 pihak kepolisian dan TNI benar-benar full power mendukung pelaksanaan tahapan.

Dalam setiap kegiatan apapun tidak pernah tanpa didampingi kepolisian. Pengawalan ketat mulai dari penerimaan, pengelolaan, hingga distribusi logistik. Ini menunjukkan bahwa antara KPU Bolaang Mongondow dengan Kepolisian benar- benar bersinergi , sesuai dengan tugas masing bertanggung jawab mengawal pemilu. Yang menarik adalah Bolaang Mongondow dalam mengawal pemilihan berkoordinasi dengan dua resort kepolisian, yaitu Polres Bolaang Mongondow dan Polres Kota Kotamobagu. Mengapa? Karena ada dua kecamatan yang terdapat di Bolaang Mongondow masuk dalam wilayah pengawasan Kota Kotamobagu. (*)

29 Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik

(46)
(47)

31

BAGIAN II

KONSEP REGULASI DAN

LOGISTIK

(48)

K

ata logistik berasal dari bahasa Yunani logos (λόγος)  yang berarti “rasio, kata, kalkulasi, alasan, pembicaraan, orasi”.Kata logistik memiliki asal kata dari Bahasa Perancis loger yaitu untuk menginapkan atau menyediakan.

Kegunaan asalnya untuk menjelaskan ilmu dari pergerakan, suplai & perawatan dari pasukan militer di lapangan.Nantinya digunakan untuk mendeskripsikan manajemen arus barang di sebuah organisasi, dari barang mentah menjadi barang jadi.

Logistik adalah konsep yang dianggap berevolusi dari kebutuhan pihak militer untuk memenuhi persediaan mereka ketika mereka beranjak ke medan perang dari markas. Pada kekaisaran Yunani, Romawi dan Bizantium kuno, ada perwira militer dengan gelar ‘Logistikas’, yang bertanggung jawab atas distribusi dan pendanaan persediaan perang.

Oxford English Dictionary mendeskripsikan logistik sebagai

“the branch of military science relating to procuring, maintaining and transporting materiel, personnel and facilities.”Definisi lainya adalah “the time-related positioning of resources.”Maka dari itu, logistik biasanya dilihat sebagai cabang umum dari ilmu teknik yang membuat “sistem manusia” bukan “sistem mesin”.

Pada awalnya, istilah logistik memang digunakan dalam bidang kemiliteran. Pada lingkup ini, logistik didefinisikan sebagai : “the science of planning and carrying out the movement and maintenance of forces.... those aspects of military operations that deal with the design and development, acquisition, storage, movement, distribution, maintenance, evacuation and disposition of material; movement, evacuation, and hospitalization of personnel;

acquisition of construction, maintenance, operation and disposition of facilities; and acquisition of furnishing of services”. Logistik merupakan ilmu perencanaan dan pelaksanaan pergerakan dan pemeliharaan dari kekuatan segala aspek operasi militer yang

(49)

33 Konsep dan Regulasi Logistik

berhubungan dengan : 1. desain dan pengembangan, akuisisi, penyimpanan, permindahan, distribusi, pemeliharaan, evakuasi dan pembagian/penempatan material 2. pergerakan, evakuasi, dan perawatan personel, akuisisi konsruksi, pemeliharaan, operasi dan penempatan fasilitas; dan akuisisi dari perlengkapan pelayanan.

Sedangkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan pengertian logistik sebagai : “Rangkaian kegiatan persiapan, pengelolaan (manajemen), dan tindakan, berupa : pengadaan, perawatan, distribusi, dan penyediaan (untuk mengganti) perlengkapan (peralatan), perbekalan, sumber daya manusia, dan transportasi, untuk memperoleh kondisi terbaik dan menguntungkan”

Rangkaian/rantai kegiatan perpindahan barang, informasi, dan juga uangnya, secara umum dikenal sebagai supply chain (rantai suplai). Istilah supply chain berkaitan dengan istilah demand chain dan value chain yang bersifat koordinasi dan integrasi dari rangkaian kegiatan pasokan mulai dari pemasok pertama untuk mensuplai kebutuhan konsumen akhir yang difasilitasi service providers (penyedia jasa). Evolusi pemikiran tentang logistik menurut Frazelle1, didasarkan pada pengelolaan yang paling efektif dan efisien atas pendistribusian barang dari produsen sampai ke konsumen akhir. Evolusi tersebut dimulai dari era-era : (a) 1950-an, workplace logistics, (b) 1960-an, facility logistics, (c) 1970-an, corporate logistics, (d) 1980-an, supply chain logistics, dan (e) 1990-an, global logistics. Selanjutnya, Council of Logistics Management (CLM) mendefinisikan logistik

1 Frazelle, E. H.; “World-Class Warehousing. Logistics Resources Interna- tional”, Atlanta, GA., 2001.

(50)

sebagai : “the process of planning, implementing and controlling the efficient, cost effective flow and storage of raw materials in process inventory, finished goods and related information flow from point of origin to point of consumption for the purpose to customer requirement”.

Menurut Donald J. Bowersox, David J. Closs, dan M. Bixby Cooper, logistik melibatkan kombinasi antara manajemen penawaran, persediaan barang, transportasi, dan pergudangan, penanganan bahan, dan kemasan, yang terintegrasi dalam setiap fasilitas jaringan yang bertujuan untuk mendukung pengadaan, manufaktur, dan operasional melalui koordinasi fungsi operasional secara terpadu yang berfokus pada pelayanan konsumen. Pada konteks yang lebih luas rantai pasokan, sinkronisasi operasional sangat penting bagi konsumen dan penyuplai/pemasok secara terintegrasi.2

Seiring berkembangnya zaman, arti logistik mengalami pergeseran. Menurut Siagian (2003) “Logistik adalah keseluruhan bahan, barang, alat dan sarana yang diperlukan dan dipergunakan oleh suatu organsasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya”. Dwiantara dan Rumsari3 menyebutkan “Logistik adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik (tangible), baik yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang (administrasi)”. Yolanda Siagian4

2 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002.

3 Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Rumsari Hadi. (2004) Manajemen Logistik, Pedoman Praktis. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

4 Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 Tahun 2016

(51)

Konsep dan Regulasi Logistik 35 melihat logistik dari segi dunia bisnis yakni “Logistik merupakan bagian dari proses rantai suplai yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan, penyimpanan barang, pelayanan dan informasi mulai dari titik awal (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka misi logistik adalah

“mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistik”.

Menurut Bowersox5 ada beberapa komponen yang terintegrasi yang membentuk sistem logistik. Pertama, Stuktur lokasi fasilitas yang meliputi Jumlah, besar, dan pengaturan geografis lokasi dari fasilitas-fasilitas yang digunakan seperti jasa-jasa khusus dari perusahaan pengangkutan mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan pelayanan terhadap konsumen perusahaan dan terhadap biaya logistiknya. Kedua, Transportasi. Dalam suatu jaringan fasilitas, transportasi merupakan suatu mata rantai penghubung. Sistem logistik dirancang untuk meminimalkan biaya transport. Ketiga, Persediaan (inventory). Pemilihan pengadaan suatu produk akan berpengaruh terhadap biaya transportasi.

Pada umumnya biaya transportasi didasarkan pada besarnya pengiriman, apabila volume pengiriman banyak, maka akan dapat menekan biaya transportasi. Keempat, komunikasi. Kecepatan arus komunikasi akan berkaitan dengan fasilitas, transportasi,

5 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002

Gambar

Gambar 4. Prinsip- Prinsip Penyediaan Perlengkapan Pemilihan Yang dimaksud dengan prinsip- prinsip Penyediaan Perlengkapan  Pemilihan yang diterapkan oleh KPU sebagaimana juga tercantum  dalam Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2018 (9)  pasal 3 yaitu  sebagai be

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan (nilai p<0,05) dengan niat Ibu hamil dalam memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gondokusuman, Kota Yogyakarta

dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang diidentifikasi. Output yang tak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindari dari sistem yang

Teknik Industri 17 Nia Budi Puspitasari,ST.MT Teknik Industri 18 Novie Susanto, S.T.M.Eng Teknik Industri 19 Purnawan Adi Wicaksono, S.T.MT Teknik Industri 20 Rifky Ismail,ST.MT

Kegiatan pengembangan Hotel dan Resort di tahun 2009 difokuskan pada pembangunan Pullman Bali Legian Nirwana yang ditargetkan untuk dapat beroperasi pada pertengahan

Leukemia myeloid akut atau Acute Myeloblastic Leukemia (AML) sering juga dikenal dengan istilah Acute Myelogenous Leukemia atau Acute Granulocytic Leukemia merupakan penyakit

Namun pada penelitian ini tidak dapat mencerminkan penggunaan terapi yang sesungguhnya pada kasus dermatofitosis di Divisi Mikologi URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler – kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis kandungan serta stabilitas karotenoid ekstrak kasar buah pisang tongkat langit, dan hasilnya menunjukkan bahwa pisang tongkat