• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP REGULASI DAN

Dalam dokumen Menjaga Integritas Pencalonan (Halaman 47-71)

LOGISTIK

K

ata logistik berasal dari bahasa Yunani logos (λόγος)  yang berarti “rasio, kata, kalkulasi, alasan, pembicaraan, orasi”.Kata logistik memiliki asal kata dari Bahasa Perancis loger yaitu untuk menginapkan atau menyediakan.

Kegunaan asalnya untuk menjelaskan ilmu dari pergerakan, suplai & perawatan dari pasukan militer di lapangan.Nantinya digunakan untuk mendeskripsikan manajemen arus barang di sebuah organisasi, dari barang mentah menjadi barang jadi.

Logistik adalah konsep yang dianggap berevolusi dari kebutuhan pihak militer untuk memenuhi persediaan mereka ketika mereka beranjak ke medan perang dari markas. Pada kekaisaran Yunani, Romawi dan Bizantium kuno, ada perwira militer dengan gelar ‘Logistikas’, yang bertanggung jawab atas distribusi dan pendanaan persediaan perang.

Oxford English Dictionary mendeskripsikan logistik sebagai

“the branch of military science relating to procuring, maintaining and transporting materiel, personnel and facilities.”Definisi lainya adalah “the time-related positioning of resources.”Maka dari itu, logistik biasanya dilihat sebagai cabang umum dari ilmu teknik yang membuat “sistem manusia” bukan “sistem mesin”.

Pada awalnya, istilah logistik memang digunakan dalam bidang kemiliteran. Pada lingkup ini, logistik didefinisikan sebagai : “the science of planning and carrying out the movement and maintenance of forces.... those aspects of military operations that deal with the design and development, acquisition, storage, movement, distribution, maintenance, evacuation and disposition of material; movement, evacuation, and hospitalization of personnel;

acquisition of construction, maintenance, operation and disposition of facilities; and acquisition of furnishing of services”. Logistik merupakan ilmu perencanaan dan pelaksanaan pergerakan dan pemeliharaan dari kekuatan segala aspek operasi militer yang

33 Konsep dan Regulasi Logistik

berhubungan dengan : 1. desain dan pengembangan, akuisisi, penyimpanan, permindahan, distribusi, pemeliharaan, evakuasi dan pembagian/penempatan material 2. pergerakan, evakuasi, dan perawatan personel, akuisisi konsruksi, pemeliharaan, operasi dan penempatan fasilitas; dan akuisisi dari perlengkapan pelayanan.

Sedangkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan pengertian logistik sebagai : “Rangkaian kegiatan persiapan, pengelolaan (manajemen), dan tindakan, berupa : pengadaan, perawatan, distribusi, dan penyediaan (untuk mengganti) perlengkapan (peralatan), perbekalan, sumber daya manusia, dan transportasi, untuk memperoleh kondisi terbaik dan menguntungkan”

Rangkaian/rantai kegiatan perpindahan barang, informasi, dan juga uangnya, secara umum dikenal sebagai supply chain (rantai suplai). Istilah supply chain berkaitan dengan istilah demand chain dan value chain yang bersifat koordinasi dan integrasi dari rangkaian kegiatan pasokan mulai dari pemasok pertama untuk mensuplai kebutuhan konsumen akhir yang difasilitasi service providers (penyedia jasa). Evolusi pemikiran tentang logistik menurut Frazelle1, didasarkan pada pengelolaan yang paling efektif dan efisien atas pendistribusian barang dari produsen sampai ke konsumen akhir. Evolusi tersebut dimulai dari era-era : (a) 1950-an, workplace logistics, (b) 1960-an, facility logistics, (c) 1970-an, corporate logistics, (d) 1980-an, supply chain logistics, dan (e) 1990-an, global logistics. Selanjutnya, Council of Logistics Management (CLM) mendefinisikan logistik

1 Frazelle, E. H.; “World-Class Warehousing. Logistics Resources Interna-tional”, Atlanta, GA., 2001.

sebagai : “the process of planning, implementing and controlling the efficient, cost effective flow and storage of raw materials in process inventory, finished goods and related information flow from point of origin to point of consumption for the purpose to customer requirement”.

Menurut Donald J. Bowersox, David J. Closs, dan M. Bixby Cooper, logistik melibatkan kombinasi antara manajemen penawaran, persediaan barang, transportasi, dan pergudangan, penanganan bahan, dan kemasan, yang terintegrasi dalam setiap fasilitas jaringan yang bertujuan untuk mendukung pengadaan, manufaktur, dan operasional melalui koordinasi fungsi operasional secara terpadu yang berfokus pada pelayanan konsumen. Pada konteks yang lebih luas rantai pasokan, sinkronisasi operasional sangat penting bagi konsumen dan penyuplai/pemasok secara terintegrasi.2

Seiring berkembangnya zaman, arti logistik mengalami pergeseran. Menurut Siagian (2003) “Logistik adalah keseluruhan bahan, barang, alat dan sarana yang diperlukan dan dipergunakan oleh suatu organsasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya”. Dwiantara dan Rumsari3 menyebutkan “Logistik adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik (tangible), baik yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang (administrasi)”. Yolanda Siagian4

2 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002.

3 Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Rumsari Hadi. (2004) Manajemen Logistik, Pedoman Praktis. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

4 Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 Tahun 2016

Konsep dan Regulasi Logistik 35 melihat logistik dari segi dunia bisnis yakni “Logistik merupakan bagian dari proses rantai suplai yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan, pengelolaan, penyimpanan barang, pelayanan dan informasi mulai dari titik awal (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka misi logistik adalah

“mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi penyedia jasa logistik”.

Menurut Bowersox5 ada beberapa komponen yang terintegrasi yang membentuk sistem logistik. Pertama, Stuktur lokasi fasilitas yang meliputi Jumlah, besar, dan pengaturan geografis lokasi dari fasilitas-fasilitas yang digunakan seperti jasa-jasa khusus dari perusahaan pengangkutan mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan pelayanan terhadap konsumen perusahaan dan terhadap biaya logistiknya. Kedua, Transportasi. Dalam suatu jaringan fasilitas, transportasi merupakan suatu mata rantai penghubung. Sistem logistik dirancang untuk meminimalkan biaya transport. Ketiga, Persediaan (inventory). Pemilihan pengadaan suatu produk akan berpengaruh terhadap biaya transportasi.

Pada umumnya biaya transportasi didasarkan pada besarnya pengiriman, apabila volume pengiriman banyak, maka akan dapat menekan biaya transportasi. Keempat, komunikasi. Kecepatan arus komunikasi akan berkaitan dengan fasilitas, transportasi,

5 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002

dan persediaan. Kelima, Penanganan (handling). Penanganan dan penyimpanan meliputi pergerakan, pengepakan, dan pengemasan Pengertian Manajemen Logistik dari Lukas Dwiantara dan Rumsari Hadi,6 adalah rangkaian aktivitas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (monitoring) terhadap aktivitas pengadaan pencatatan (inventory), pendistribusian (distribution), penyimpanan (storage), pemeliharaan (maintenance) serta penghapusan dalam logistik agar upaya untuk mencapai tujuan dari organisasi bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Manajemen Logistik merupakan salah satu komponen penting dalam Supply Chain Management, yang dipakai untuk mewujudkan permintaan konsumen lewat perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), serta kontrol atas keefektifan dan keefisienan arus dan akumulasi barang. Ini termasuk juga pelayanan jasa dan informasi dari titik permulaan hingga titik tujuan. Manajemen Logistik dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan meningkatkan layanannya kepada para pelanggan. Tujuan dari Manajeman Logistik adalah memperoleh dan mendistribusikan bahan dan produk di tempat dan waktu yang tepat, dengan jumlah yang tepat dengan biaya seefisien mungkin.

Konsep dan fungsi logistik dalam konteks pemilihan serentak 2020 berdasarkan beberapa definisi umum logistik dapat diartikan sebagai kebutuhan pemilihan serentak 2020. Logistik yang dimaksud adalah aliran dengan obyek barang atau jasa dengan tujuan menyediakan barang dengan jumlah yang tepat, waktu yang tepat, lokasi yang tepat, dan biaya yang tepat.

6 Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Rumsari Hadi. (2004) Manajemen Logistik, Pedoman Praktis. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

37 Konsep dan Regulasi Logistik

Kegiatan utama logistik adalah pengadaan, penyimpanan, persediaan, pengangkutan, pergudangan, pengemasan, keamanan, dan penanganan barang dan jasa baik dalam bentuk bahan baku, barang antara, dan barang jadi yaitu logistik pemilihan serentak tahun 2020.

Regulasi Logistik Pemilihan

Amandemen UUD 1945 telah membawa perubahan yang cukup mendasar terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia.

Salah satu substansi materi perubahan UUD 1945 terkait dengan pengisian jabatan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang menyebutkan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

Untuk menjamin Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota dilaksanakan secara demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka dibentuklah undang-undang tentang pemilihan kepala daerah.

Mekanisme pengisian jabatan kepala daerah di Indonesia pernah mengikuti berbagai sistem sejak kemerdekaan. Retno Saraswati, dalam artikelnya di jurnal Masalah-Masalah Hukum yang berjudul “Calon Perseorangan: Pergeseran Paradigma Kekuasaan dalam Pemilu”,7 menyebutkan empat sistem pemilihan kepala daerah yang pernah digunakan di Indonesia sebelum pemilihan

7 Saraswati, Retno. “Calon Perseorangan : Pergeseran Paradigma Kekua-saan dalam Pemilukada.” Masalah-Masalah Hukum, vol. 40, no. 2, 2011, pp. 196-201

langsung. Pertama, sistem penunjukan atau pengangkatan oleh pusat. Sistem ini sudah digunakan sejak masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, penjajahan Jepang, serta setelah kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pemerintah menggunakan sistem ini berdasarkan UU 1/1945, UU 22/1948, dan UU 1/1957.

Kedua, sistem penunjukan. Sistem ini digunakan berdasarkan Penetapan Presiden 6/1959 jo Penetapan Presiden 5/1960, UU 6/1956, dan UU 18/1956, atau yang dikenal dengan era Dekrit Presiden. Selain itu, sistem ini juga diberlakukan berdasarkan Penetapan Presiden 6/1959 jo Penetapan Presiden 5/1960 disertai alasan “situasi yang memaksa”.

Ketiga, sistem pemilihan perwakilan. Sistem ini merupakan perwujudan UU 5/1974. Dengan sistem ini, pemilihan kepala daerah dilakukan oleh lembaga DPRD. Selanjutnya, presiden akan menentukan calon kepala daerah terpilih. Dan keempat, sistem pemilihan perwakilan (murni). Sistem ini mendasarkan pelaksanaannya pada UU 18/1965 dan UU 22/1999. Dengan sistem ini, kepala daerah dipilih secara murni oleh lembaga DPRD tanpa intervensi pemerintah pusat.

Sejak tahun 2005, pemilihan kepala daerah diatur dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang dua kali mengalami perubahan, terakhir diubah pada tahun 2008 melalui Undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan atas undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. berdasarkan UU 12/2008, sumber calon kepala daerah maupun wakilnya tak lagi hanya berasal dari partai politik, tetapi juga dari calon perseorangan.

Munculnya kesempatan bagi calon perseorangan berawal dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Calon Perseorangan. Putusan MK tersebut

39 Konsep dan Regulasi Logistik

lantas ditindaklanjuti dengan pembentukan UU 12/2008. Dengan terbitnya UU 12/2008, terbuka kesempatan bagi calon kepala daerah untuk maju dalam pemilihan tanpa harus melalui pengajuan dari partai politik.

Pada tahun 2014 berdasarkan evaluasi yang dilakukan pemerintah dan legislatif, sempat ditetapkan UU Nomor 22 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Undang-Undang tersebut mengembalikan mekanisme pemilihan kepala daerah kepada DPRD. Namun, ini mendapatkan penolakan yang luas oleh rakyat sehingga pemerntah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang melalui UU nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Menjadi Undang-Undang. UU 1/2015 mengalami empat kali pembaruan. Pembaruan pertama melalui UU 8/2015 tentang Perubahan atas UU 1/2015. Pembaruan kedua terjadi melalui UU 10/2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU 1/2015. Pembaruan ketiga dilakukan melalui Perppu 2/2020 tentang Perubahan Ketiga atas UU 1/2015. Perppu 2/2020 ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 4 Mei 2020. Produk hukum ini mengatur perlunya penundaan pelaksanaan pilkada serentak di tengah pandemi. Perubahan keempat terjadi melalui UU 6/2020 tentang Penetapan Perppu 2/2020 Menjadi Undang-Undang. Dengan demikian, UU 6/2020 merupakan aturan terbaru sebagai dasar penyelenggaraan pilkada serentak

Dalam Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Wali Kota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah beberapa kali diubah, dan yang terakhir dengan Undang-undang nomor

6 tahun 2020, terdapat ketentuan Pasal 77 ayat (1) dan ayat (2), yang menyebutkan bahwa KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara. Kemudian, Sekretaris KPU Provinsi dan sekretaris KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.

Memerhatikan hal tersebut, KPU mengeluarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengakapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tahun 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/

atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Peraturan ini telah digunakan dalam pelaksanaan pemilihan serentak tahun 2017 dan 2018.

Selanjutnya, berdasarkan evaluasi hasil penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, serta untuk memudahkan pemahaman mengenai perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan lainnya dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, maka memasuki pelaksanaan pemilihan serentak tahun 2020 dirasa perlu mengganti Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar,

41 Konsep dan Regulasi Logistik

Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tahun 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi. Maka KPU menerbitkan PKPU Nomor 7 tahun 2020 Tentang Perlengkapan Pemungutan Suara Dan Perlengkapan Lainnya Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota.

Dalam PKPU Nomor 7 tahun 2020 tersebut, ketentuan Pasal 2 mengatur bahwa KPU Provinsi menyediakan perlengkapan Pemilihan untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, KPU Kabupaten menyediakan perlengkapan Pemilihan untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, dan KPU Kota menyediakan perlengkapan Pemilihan untuk Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Dalam hal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur diselenggarakan bersamaan dengan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, maka KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menyediakan perlengkapan yang dapat digunakan untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota berdasarkan Keputusan KPU Provinsi setelah berkoordinasi dengan KPU Kabupaten/Kota. Adapun perlengkapan Pemilihan tersebut terdiri atas perlengkapan

pemungutan suara dan perlengkapan lainnya. Perlengkapan pemungutan suara terdiri atas kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan suara, segel, alat untuk memberi tanda pilihan, dan TPS.

Sementara jenis perlengkapan lainnya terdiri atas sampul kertas, tanda pengenal KPPS, petugas ketertiban dan saksi, karet pengikat surat suara, lem/perekat, kantong plastik, ballpoint, gembok/kabel ties/alat pengaman lainnya, spidol, formulir, stiker nomor kotak suara, tali pengikat alat pemberi tanda pilihan, dan alat bantu tunanetra.

Dalam PKPU ini selanjutnya diatur secara rinci standar dari seluruh perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan lainnya, serta pengadaan dan pendistribusiannya. Selain itu, penyediaan semua perlengkapan Pemilihan harus dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut, :

1. Tepat jumlah;

2. Tepat jenis;

3. Tepat sasaran;

4. Tepat waktu;

5. Tepat kualitas; dan 6. Efisien.

Untuk waktu penyediaan perlengkapan pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota berpedoman pada jadwal, program, dan tahapan pemilihan yan diatur melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,

Konsep dan Regulasi Logistik 43 dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020 sebagaimana beberapa kali diubah, yang terakhir dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020;

Dalam ketentuan ini diatur bahwa Pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara terdiri dari Proses pengadaan perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara mulai dari tanggal 7 agustus 2020 sampai dengan 20 November 2020, dan Produksi dan pendistribusian perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara mulai tanggal 24 September 2020 sampai tanggal 8 Desember 2020.

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 82 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota menjadi Undang-Undang, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota menjadi Undang-Undang menjadi Undang-Undang maka KPU menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 tahun 2020 tentang Pengamanan Surat Suara dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Surat Suara adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh pemilih untuk memberikan suara pada Pemilihan. Surat suara sering disebut sebagai mahkota dari seluruh logistik pemilian oleh karena suara pemilih akan dikoversi dari surat suara. Oleh karenanya surat suara harus menjadi perhatian terkait pengamanannya. Pengamanan Surat Suara adalah kegiatan mengamankan Surat Suara mulai dari pencetakan, penghitungan, pengepakan, penyimpanan, dan sampai pada pendistribusian ke tujuan. Ketentuan pasal 2 PKPU tersebut mengatur bahwa pengamanan surat suara pemilihan meliputi pengamanan di percetakan dan pengamanan di KPU Kabupaten/kota.

Masih terkait dengan surat suara, KPU menerbitkan Surat Keputusan Nomor 399/Pp.09.2-Kpt/01/KPU/VIII/2020 Tentang Desain Surat Suara Dan Desain Alat Bantu Coblos (Template) Pada Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota Tahun 2020.

Surat Keputusan ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (3), Pasal 11 ayat (3), dan Pasal 25 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan, dan Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal

45 Konsep dan Regulasi Logistik

90 ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/

atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Dalam SK tersebut berisi empat desain surat suara dan tamplate tuna netera. Pertama, desain Surat Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, kedua, desain Alat Bantu Coblos (Template) bagi Pemilih Tunanetra pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, ketiga, desain Surat Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/

atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan Satu Pasangan Calon, dan keempat, desain Alat Bantu Coblos (Template) bagi Pemilih Tunanetra pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan Satu Pasangan Calon.

Untuk menjamin logistik Pemilihan diterima oleh Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara secara tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu, tepat tempat tujuan, dan tepat waktu, maka Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota memegang peranan penting dan strategis pada tahap pemeliharaan dan inventarisasi logistik Pemilihan. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu pedoman yang dapat digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pemeliharaan dan inventarisasi logistik Pemilihan. Maka disusunlah Pedoman Teknis ini yaitu sebagai panduan bagi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dalam melakukan pemeliharaan dan inventarisasi

logistik Pemilihan yang ditetapkan melalui Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 421/Hk.03-Kpt/07/

Kpu/Ix/2020 Tentang Pedoman Teknis Tata Kelola Pemeliharaan Dan Inventarisasi Logistik Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota. Ruang Lingkup dari Pedoman Teknis ini meliputi, :

1. Penerimaan logistik Pemilihan;

2. Penyimpanan logistik Pemilihan;

3. Penyortiran, pelipatan, dan pengesetan surat suara dan formulir Pemilihan;

4. Pengepakan, pemeliharaan, penyaluran, dan inventarisasi logistik

5. Pemilihan; dan 6. Pembinaan.

Pemeliharaan Logistik dan Inventarisasi Logistik dilakukan sebelum sampai dengan pelaksanaan pemungutan dan perhitungam suara, yang meliputi perlengkapan pemungutan suara serta dukungan perlengkapan lainnya. Mekanisme kegiatan Pemeliharaan Logistik dan Inventarisasi Logistik terdiri dari tahap Penerimaan Logistik, Penyimpanan Logistik, Penyortiran Logistik, Pengesetan Logistik, penghitungan, Pengepakan Logistik, Pemeliharaan

Pemeliharaan Logistik dan Inventarisasi Logistik dilakukan sebelum sampai dengan pelaksanaan pemungutan dan perhitungam suara, yang meliputi perlengkapan pemungutan suara serta dukungan perlengkapan lainnya. Mekanisme kegiatan Pemeliharaan Logistik dan Inventarisasi Logistik terdiri dari tahap Penerimaan Logistik, Penyimpanan Logistik, Penyortiran Logistik, Pengesetan Logistik, penghitungan, Pengepakan Logistik, Pemeliharaan

Dalam dokumen Menjaga Integritas Pencalonan (Halaman 47-71)

Dokumen terkait