• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Habitat, Relung, Daerah Jelajah dan Teritori

Habitat adalah suatu tipe komunitas biotik atau kesatuan komunitas biotik di mana seekor satwa atau populasi hidup (Bailey, 1984). Habitat adalah suatu unit lingkungan, alami maupun tidak (meliputi iklim, makanan, cover dan air) dimana seekor satwa, tumbuhan atau populasi secara alami dan normal hidup dan berkembang (Helms, 1998). Definisi habitat terbaru yang relevan untuk pengelola satwa liar datang dari Hall

et al. (1997) yaitu sumberdaya dan kondisi yang ada pada suatu tempat yang

76http://library.thinkquest.org/11234/leopard.html 77 http://www.travelafricamag.com/content/view/176/56 78 http://www.bio.davidson.edu/people/vecase/Behavior/Spring2002/friedman/Matingsystem.html 79 http://www.bio.davidson.edu/people/vecase/Behavior/Spring2004/bunton/bunton.html#social 80 http://www.catsurvivalstrust.org/leopard.htm

memberikan tempat hidup (occupancy), termasuk survival dan reproduksi suatu organisme. Definisi ini berimplikasi bahwa habitat adalah sejumlah sumberdaya spesifik yang dibutuhkan oleh suatu spesies (Hall et al., 1997).

Semua jenis satwa dapat hidup di suatu tempat hanya jika kebutuhan pokoknya seperti makanan, air, dan cover tersedia dan jika satwa memiliki daya adaptasi yang memungkinkannya menghadapi iklim yang ekstrim, kompetitor dan predator (Morrison

et al., 1992). Empat komponen dasar habitat adalah makanan, cover, air dan ruang (Shaw, 1985).

Komponen habitat paling penting bagi satwa adalah makanan. Ketersediaan

(availability) makanan biasanya berubah menurut musim. Bagi karnivora atau jenis pemangsa, ketersediaan makanan berarti ketersediaan satwa mangsa (Shaw, 1985). Kuantitas dan kualitas makanan yang dibutuhkan oleh setiap satwaliar bervariasi menurut spesies, jenis kelamin, kelas umur, fungsi fisiologis, musim, cuaca dan lokasi geografis (Bailey, 1984). Karnivora mengeluarkan banyak energi untuk mencari, memburu, menangkap dan membunuh mangsa, tetapi diimbangi dengan kandungan energi yang tinggi dari satwa mangsanya. Karena kandungan nutrisi daging mangsa yang lengkap dan mudah dicerna, spesies pemangsa jarang atau tidak pernah mengalami kekurangan gizi dari mangsa alaminya (Shaw, 1985). Masalah nutrisi bagi karnivora adalah masalah kuantitas dan ketersediaan (availability), bukan kualitas makanan (Bailey, 1984).

Cover didefinisikan sebagai sumberdaya struktural dari lingkungan yang

mendukung perkembangbiakan (reproduksi) dan/atau daya hidup (survival) satwa dengan menyediakan fungsi-fungsi alami untuk spesies tersebut (Bailey, 1984). Cover

biasanya digunakan untuk melarikan diri dari predator, walaupun predator yang memburu mangsanya juga memerlukan cover untuk dapat mendekati mangsanya.

Cover juga memberikan perlindungan yang penting terhadap iklim yang keras, tempat berteduh dari panas, angin dan hujan atau perlindungan dari udara malam yang dingin (Shaw, 1985).

Vegetasi bukan satu-satunya komponen struktural dari lingkungan yang mempengaruhi satwaliar. Badan air yang besar mungkin penting bagi itik penyelam, tebing penting bagi kambing gunung, lereng ke arah selatan penting bagi rusa karena lebih hangat dan makanannya tidak tertutup salju (Bailey, 1984). Cover dari vegetasi

seringkali lebih penting strukturnya daripada jenisnya. Sebagai pelindung, cover

mungkin lebih memberikan kesejahteraan satwa melalui fungsi-fungsi alaminya sebagai tempat berkembang biak, makan, perjalanan, melarikan diri, bersarang dan beristirahat (Bailey, 1984). Komponen struktural dari cover yang penting mungkin bentuk vegetasi (rumput, semak, perdu, pohon), kerapatan vegetasi, kedalaman air, topografi, lereng dan lain-lain. Komponen mikro-klimat yang penting mungkin temperatur, kelembaban, angin, intensitas cahaya dan lain-lain (Bailey, 1984).

Air merupakan komponen habitat yang dibutuhkan dalam banyak proses kimia dan fisik di dalam tubuh satwa. Air juga digunakan untuk pendinginan melalui evaporasi di lingkungan yang panas (Bailey, 1984). Kebanyakan satwa memenuhi kebutuhan airnya dengan minum dari air permukaan. Air dapat mempengaruhi satwa secara tidak langsung melalui perubahan di dalam habitat (Shaw, 1985). Respon satwa terhadap kelangkaan air ada tiga macam, menggali dasar sungai (seperti dilakukan gajah), migrasi ke sumber air dan meninggalkan daerah jelajahnya yang kekeringan selama musim kering dan berkumpul di sekitar sumber air. Hal ini dapat menguntungkan bagi satwa predator tetapi juga dapat menjadi media penularan penyakit dan parasit (Bailey, 1984).

Satwaliar secara individu membutuhkan berbagai ukuran ruang untuk mendapatkan makanan, cover dan air dengan cukup serta untuk menemukan pasangannya. Populasi satwaliar membutuhkan ruang yang lebih banyak. Ukuran luas yang dibutuhkan oleh suatu spesies tergantung pada ukuran satwa (biasanya semakin besar satwa, membutuhkan ruang semakin luas), makanan (karnivora membutuhkan ruang lebih luas daripada herbivora) dan produktivitas serta keanekaragaman habitat berkaitan dengan kebutuhan habitat dari spesies tersebut (Shaw, 1985).

2.2.2 Relung (Niche)

Satu hal terpenting dari konsep ekologi adalah relung (niche) atau peran yang dimainkan oleh setiap spesies dalam habitat alaminya. Karena relung lebih berbicara peran daripada tempat, maka hanya dapat digambarkan dengan interaksi antara spesies dan lingkungannya. Bagian paling penting dari relung adalah pemisahan makanan, walaupun relung lain juga penting seperti cara penggunaan cover, air, atau bahkan ruang (Shaw, 1985).

Konsep relung ekologi berkaitan dengan evolusi, adaptasi dan pembatasan. Ahli ekologi umumnya menggunakan dua definisi relung, satu lebih menekankan pada fungsi satwa, yang kedua menekankan pada sumberdaya habitat. Secara fungsional, relung ekologi adalah peran suatu spesies dalam komunitas biotiknya seperti yang dibedakan oleh penyebaran geografis dan ekologis serta oleh serangkaian adaptasi yang memisahkannya dari semua spesies lainnya. Fungsi makan biasanya menjadi pokok bahasan dalam konsep ini. Dalam karnivora terdapat spesialis pemangsa mamalia besar, mamalia kecil, burung, serangga dan sebagainya (Bailey, 1984).

Suatu relung ekologi adalah sekumpulan sumberdaya habitat (makanan, tipe

cover, air, dan lain-lain) yang digunakan oleh suatu spesies yang ditentukan oleh wilayah geografis, ekologis dan adaptasinya. Sumberdaya makanan sering menjadi penekanan dalam konsep niche ini, karena penggunaan makanan seringkali lebih mudah diukur dibandingkan penggunaan sumberdaya habitat lainnya. Relung makan (feeding niche) digunakan untuk membatasi definisi pada sumberdaya makanan (Bailey, 1984).

2.2.3 Daerah Jelajah dan Teritori

Daerah jelajah (home range) adalah daerah yang digunakan oleh individu satwa untuk mendapatkan makanan, pasangan dan memelihara anak (Burt, 1943 dalam Shaw, 1985). Suatu home range adalah daerah yang dijelajahi oleh seekor satwa atau populasi dalam aktivitas normal hariannya. Seekor satwa harus menemukan semua kebutuhan habitatnya di dalam home range-nya, jika tidak, ia akan memperluas home range-nya. Satwa penetap, mungkin hanya memiliki satu home range. Beberapa spesies biasanya memiliki beberapa home range yang digunakan secara musiman. Rute perjalanan atau migrasi antara home range bukan bagian dari home range karena pergerakan sepanjang rute ini bukan aktivitas harian (Bailey, 1984).

Ukuran home range bervariasi di antara jenis satwa (Sanderson, 1966 dalam

Bailey, 1984). Umumnya karnivora memiliki home range lebih besar daripada herbivora walaupun ukuran tubuhnya sama. Home range jantan sering kali lebih besar daripada betina spesies yang sama. Home range dapat mengecil pada beberapa musim, seperti masa mengasuh anak atau musim salju. Home range di habitat yang baik (kaya) akan lebih kecil daripada di habitat yang buruk (miskin). Home range populasi dengan

kepadatan tinggi lebih kecil karena mereka menempati habitat yang baik dan karena interaksi sosial mereka mungkin membatasi pergerakan (Bailey, 1984).

Teritori (territory) adalah bagian atau keseluruhan dari suatu home range yang dipertahankan dari satwa lain, khususnya dari spesies yang sama. Teritori mungkin dipertahanakan secara individual, pasangan yang sedang berkembang biak, atau kelompok sosial sepanjang tahun atau secara musiman. Sifat teritorial penting dalam pengaturan populasi pada beberapa spesies (Bailey, 1984). Schoener (1968) dalam

Shaw (1985) mendefinisikan secara sederhana bahwa teritori adalah daerah ekslusif, bisa secara spasial seperti pada banyak burung atau temporal seperti pada banyak mamalia karnivora