• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macan Tutul

2.1.7 Kebiasaan dan Perilaku

Macan tutul termasuk satwa yang gemar mengembara dan kurang bersifat menetap, tetapi suka kembali ke tempat persembunyiannya semula (Direktorat PPA, 1978). Macan tutul pemalu, cerdik dan berbahaya, khususnya ketika terluka18.

Seperti halnya harimau loreng (Panthera tigris), macan tutul biasanya hidup menyendiri (soliter), kecuali pada musim kawin dan masa mengasuh anak. Di Jawa tidak ada peneliti yang menyebutkan adanya kelompok macan tutul yang lebih dari dua ekor atau seekor induk yang diikuti oleh lebih dari dua ekor anak (Hoogerwerf, 1970).

Walaupun mungkin merupakan pemangsa paling nokturnal, tetapi macan tutul juga berburu di siang hari19. Di siang hari yang panas, macan tutul berteduh, baik di pohon, gua maupun naungan batu. Pohon dan batu berfungsi ganda sebagai tempat yang baik untuk mengamati areal perburuan dan untuk berlindung. Macan tutul kadang-kadang berjemur matahari pagi20.

Macan tutul membuang kotoran (feces) tanpa disembunyikan, tetapi diletakkan di tempat-tempat terbuka misalnya di atas batu-batu besar (Medway, 1975). Gunawan (1988) mendapati kotoran macan tutul di tengah-tengah persimpangan jalan di hutan jati Perum Perhutani di Subah (Kabupaten Batang) dan batas kawasan Cagar Alam Pringombo (Kabupaten Banjarnegara).

Macan tutul adalah perenang yang baik tetapi tidak akan berendam dalam air seperti harimau, bahkan macan tutul menghindari genangan air seperti kucing rumah yang tidak senang menjadi basah21. Seperti halnya kucing besar lainnya, secara umum macan tutul menghabiskan waktu sekitar dua per tiga waktu untuk istirahat dan

17 http://www.katzenseite.net/infos/habitat.htm 18 http://www.sa-venues.com/wildlife/wildlife_leopard.htm 19 http://www.dataid.com/junglegallery.htm 20 http://www.ecotravel.co.za/Guides/Wildlife/Vertebrates/Mammals/Big5/Leopard/Leopard_Information.htm 21 http://www.catsurvivalstrust.org/leopard.htm

mempelajari lingkungannya (Seidentsicker and Susan, 1991). Sebagian besar waktunya untuk berbaring di pohon, di atas batu besar atau di sarangnya22.

Macan tutul adalah satwa arboreal, yang berarti mereka makan, tidur, kawin dan memburu mangsanya dari atas pohon (Alderton, 1998). Mata mereka sangat spesialis untuk melihat pada malam hari dengan lapisan pemantul di belakang matanya yang disebut tapetum lucidum yang membuat cahaya melewati mata dua kali, menciptakan

image yang lebih cemerlang bahkan di cahaya yang redup (Kitchener, 1991). Seperti halnya banyak kucing lainnya, macan tutul menggunakan kumisnya untuk merasakan jalan mereka ketika melewati semak yang lebat di malam yang gelap (La Brasca, 2007).

b. Perilaku Berburu

Macan tutul merupakan pemburu soliter23. Pada umumnya macan tutul mencari mangsa pada senja hingga malam hari, jarang mereka berburu pada siang hari (Grzimek, 1975). Menurut Goudriaan (1948) dalam Hoogerwerf (1970), waktu aktif macan tutul mengadakan perburuan adalah antara pukul 15.00 sampai 20.00 dan antara pukul 03.00 sampai 06.00, jadi tidak selalu dalam keadaan gelap. Tidak ada kecenderungan yang kuat baik pada aktivitas nokturnal maupun diurnal (Rabinowitz, 1989). Di Afrika macan tutul berburu pada siang hari untuk menghindari kompetisi dengan singa dan hyena (Guggisberg, 1975; Leyhausen & Tonkin, 1979). Dalam beberapa kasus, macan tutul di Pulau Jawa juga berburu pada siang hari.

Macan tutul adalah pemburu dan penyergap yang berburu dengan indera penglihatannya, suaranya dan penciumannya. Macan tutul mengincar atau mengintai mangsanya dari atas pohon atau dari balik semak-semak (Direktorat PPA, 1978). Ketika mengintai, macan tutul merundukkan badannya ke tanah dan ekornya horisontal, sementara matanya melokalisir mangsanya menggunakan penglihatan malamnya yang tajam, berdiam jika mangsanya menengok ke sekitar karena curiga; kemudian macan tutul menyergap dengan tepat dan cepat24.

22

http://www.catsurvivalstrust.org/leopard.htm

23

Macan tutul memburu mangsanya pada jarak pendek (umumnya kurang dari 30 m) dengan meloncat mangsanya disergap dan diterkam bagian tengkuknya25. Jika mangsa tertangkap, lehernya digigit dan moncongnya dicakar dengan kaki depan serta diserangnya sampai mangsa tidak berdaya (Direktorat PPA, 1978). Mangsa dibunuh dengan mencekik atau menggigit bagian belakang kepala sehingga memutuskan saluran syaraf tulang belakang26.

c. Perilaku Berkomunikasi

Macan tutul umumnya pendiam. Karakteristik suaranya paling banyak adalah suara geraman parau, batuk serak berulang-ulang dalam interval, yang mirip dengan suara gergaji mesin (chainsaw). Panggilan serak biasanya dikeluarkan oleh macan tutul jantan untuk mengumumkan teritorinya yang akan dibalas oleh macan tutul lainnya, jika ada individu lain di sekitarnya maka akan terus berulang-ulang mengeluarkan suara tersebut sampai individu lain itu pergi. Macan tutul mempunyai suara individual yang berbeda dan ini mungkin menguntungkan bagi satwa soliter seperti macan tutul untuk mengenali satu dengan lainnya dari kejauhan melalui suara seperti juga mereka saling menghindar satu sama lain. Dua macan tutul jantan teritorial akan selalu saling menggeram. Macan tutul betina akan memanggil bila sedang oestrus. Macan tutul juga dikenal mendengkur selama makan27.

Penandaan teritori oleh macan tutul juga merupakan cara yang penting dalam komunikasi intra spesifik28. Batas-batas teritori secara teratur ditandai dengan urin,

feces, kemunculan/kehadiran, cakaran di tanah dan pohon29.

d. Perilaku Sosial

Sistem sosial merupakan cara adaptasi macan tutul, karena macan tutul merupakan karnivora berukuran sedang sehingga tidak memiliki banyak pemangsa dan dapat berburu sendiri dengan efisien. Cara berburu mereka membuat mereka harus hidup menyendiri tanpa tergantung pada saudara kandung atau induknya untuk keberhasilan perkembangbiakan. Tekanan seleksi utama yang membentuk sistem sosial 25 http://www.ecotravel.co.za/Guides/Wildlife/Vertebrates/Mammals/Big_5/Leopard/Leopard_Information.htm 26 http://www.ecotravel.co.za/Guides/Wildlife/Vertebrates/Mammals/Big_5/Leopard/Leopard_Information.htm 27 http://www.ecotravel.co.za/Guides/Wildlife/Vertebrates/Mammals/Big_5/Leopard/Leopard_Information.htm 28 http://www.ecotravel.co.za/Guides/Wildlife/Vertebrates/Mammals/Big_5/Leopard/Leopard_Information.htm 29 http://www.lioncrusher.com/animal.asp?animal=57

macan tutul adalah lingkungan. Keanekaragaman jenis mangsa macan tutul merupakan penyumbang utama sistem sosial ini. Karena macan tutul tidak tergantung pada satu jenis sumber makanan, maka jumlah pesaingnya sedikit30.

Dalam sistem sosial, macan tutul jantan mempertahankan teritorinya yang dapat mencakup teritori dari dua atau tiga macan tutul betina. Macan tutul jantan mempertahankan teritori dari jantan lain, dan betina mempertahankan teritori dari betina lain. Tampaknya anak betina membangun teritorinya di dalam teritori induknya, sementara anak jantan dikeluarkan dari teritori induk jantan sampai membentuk teritori di luar tempat kelahirannya31.

Karena macan tutul soliter, pertemuan para dewasa dari jenis kelamin yang sama umumnya jarang. Macan tutul dewasa dari jenis kelamin yang sama dan memiliki daerah jelajah bersebelahan atau overlap biasanya saling menghindar, tetapi perkelahian bisa terjadi khususnya untuk memperebutkan mangsa32.

Interaksi antara macan tutul dan spesies pemangsa besar lainnya sangat kompleks (Bertram, 1982). Macan tutul cenderung menghindari daerah kekuasaan harimau33. Keberadaan pohon atau batu sebagai tempat menyelamatkan diri memungkinkan macan tutul dapat hidup bersama (co-exist) dengan pesaing-pesaing besarnya. Macan tutul dapat masuk dalam teritori singa yang kosong (Bertram 1982).

Dimana ada harimau, macan tutul cenderung sedikit (Schaller, 1967; 1972; M.K. Ranjitsinh pers. comm.dalam La Brasca, 2007), tetapi ini bukan aturan yang baku. Di Taman Nasional Chitwan, Nepal, macan tutul dan harimau co-exist dengan cara berburu pada waktu yang berbeda dan mangsa yang berbeda serta menggunakan komplek vegetasi yang berbeda (Seidensticker, 1976). Macan tutul makan mangsa yang lebih kecil (biasanya kurang dari 75 kg) (Seidensticker, 1976; Johnsingh, 1983), pembagian mangsa juga terjadi antara singa dan macan tutul di Serengeti (Bertram, 1982) dan Gir Forest (R. Chellam in litt., 1993 dalam La Brasca, 2007).

30 http://www.bio.davidson.edu/people/vecase/Behavior/Spring2004/bunton/bunton.html#social 31 http://www.travelafricamag.com/content/view/176/56 32 http://www.bio.davidson.edu/people/vecase/Behavior/Spring2004/bunton/bunton.html#social

2.1.8 Perkembangbiakan dan perilaku berkembangbiak