• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM HAK ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA

D. Hak-Hak Anak Angkat

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.88 Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat hak-hak anak, yakni:

a. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

b. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.

c. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

d. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.

e. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

87 Beni Ahmad, Fiqh Mewaris, Pustaka Setia, Bandung, 2009, h. 51.

88 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

53

f. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

h. Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

i. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

j. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantraan, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya.

k. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

l. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan pelibatan dalam peperangan.

54

m. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

n. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.89

2. Hak Asuh

Ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa mengasuh, merawat dan mendidik anak merupakan hak pengasuh baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih diutamakan kepada pihak perempuan, karena biasanya lebih mampu mencurahkan kelembutan dan kasih sayang serta membimbing anak, sedangkan laki-laki biasanya hanya punya kemampuan dan kewajiban untuk menjaga, melindungi memberikan yang terbaik kepada anak secara fisik.90

Akan tetapi Hanafiyah mensyaratkan bahwa perempuan yang merupakan kerabat dari anak (zata rahima mahram min al-shigar), seperti bibi (khalah) dari pihak ibu atau dari pihak ayah (ammah), atau nenek dari anak, karena biasanya mereka akan lebih serius dan telaten dalam mengasuh anak tersebut disebabkan masih mempunyai hubungan nasab dan kekerabatan dengan mereka.

Peunoh Dali menyatakan, apabila ibu yang melahirkan tidak ada, maka yang lebih utama melaksanakan pengasuhan anak adalah sebagai berikut:

a. Ibu, ibu dari ibu dan seterusnya menurutnya garis lurus ke atas, b. Ibu dari bapak dan seterusnya menurut garis lurus ke atas, c. Saudara perempuan,

d. Saudara perempuan dari ibu (bibi),

e. Anak perempuan dari saudara perempuan, f. Anak perempuan dari saudara laki-laki

89 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

90 Al-Kasani. Badai’ al-Shanai’, (Mesir: Maktabah al-Ilmiyah, tth.), Juz VII, hal. 234. Lihat juga Andi Syamsu dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, h. 116.

55

g. Saudara perempuan dari bapak (bibik).91

Haruslah didahulukan saudara, bibi dan bibi yang seibu sebapak dari pada yang seibu saja. Wanita dari keluarga kerabat, yaitu mereka yang bukan mahram seperti anak perempuan bibi, bibi atau anak perempuan paman seibu berhak juga mengasuh.

Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan hak hadhanah merupakan hak berserikat ibu, ayah dan anak. Apabila terjadi pertentangan antara ketiga orang ini, maka yang diprioritaskan adalah hak anak yang diasuh. Dalam pengertian, diserahkan kepada anak untuk memilih siapa yang akan mengasuhnya.92

Dalam hal melakukan hadhanah terdapat ketentuan yang harus terpenuhi oleh seseorang sebelum melakukan hadhanah, antara lain:

a. Baligh, menjadi ketentuan dan ketetapan bagi seorang yang terbebani hukum (taqlif) dengan demikian batasan baligh usia dewasa bukan anak kecil, maka syarat untuk pengasuhan anak adalah baligh.

b. Berakal, yakni sehat jasmani dan rohani pada diri seseorang yang akan melakukan pengasuhan anak.

c. Mampu, menjadi prasyarat untuk mengasuh anak, sehingga ia mampu mengasuh, memelihara serta mendidik baik dalam materi ataupun immateri.

d. Amanah, merupakan syarat untuk seseorang dalam hal pengasuhan anak sehingga orang tersebut tidak melakukan perbuatan dzalim dan tidak menjerumuskan anak kelembah kejahatan yang dilarang oleh agama.

e. Fathanah (cerdas), seseorang yang melakukan pengasuhan anak harus tidak gila, pandir.93

Satria Effendi M. Zein, merumuskan beberapa syarat bagi yang melakukan hadhanah, antara lain:

91 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-Negara Islam, h. 100-101.

92 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa adillatuhu, h. 60.

93 Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia (Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil), Tangerang Selatan, YASMI (Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia), 2018, h. 252.

56

a. Seseorang yang melakukan hadhanah hendaklah sudah baligh berakal, tidak terganggu ingatannya.

b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik mahdun (anak yang di asuh), dan tidak teriakat dengan suatu pekerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.

c. Seseorang yang melakukan hadhanah hendaklah dapat dipercaya memegang Amanah sehingga dengan itu dapat lebih menjamin pemeliharaan anak.

d. Jika yang melakukan hadhanah itu ibu kandung dari anak yang akan diasuh, disyaratkan tidak kawin dengan lelaki lain.

e. Seseorang yang melakukan hadhanah harus beragama Islam. 94

3. Hak Waris

Dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia wasiat wajibah diberikan bukan untuk cucu yang mahjub (terhalang) oleh anak laki-laki, tetapi wasiat wajibah diberikan kepada anak angkat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam pasal 209 Kompilasi Hukum Islam. Menurut Hukum Islam, anak angkat tidak dapat diakui untuk bisa dijadikan dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam kewarisan Islam adalah hubungan darah/nasab/keturunan.

Wasiat merupakan pemberian dari seseorang kepada orang lain, baik berupa benda, piutang, maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang berlaku setelah wafatnya orang yang berwasiat.

Menurut Kompilasi Hukum Islam, wasiat yaitu pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris

94 Satri Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah, h. 172.

57

meninggal dunia. Wasiat berlaku setelah seseorang wafat dan merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh ahli waris.

Dengan kata lain bahwa peristiwa pengangkatan anak menurut hukum kawarisan Islam, tidak membawa pengaruh hukum terhadap status anak angkat, yakni bila bukan merupakan anak sendiri, tidak dapat mewarisi dari orang yang setelah mengangkat anak tersebut. Hal ini, tentunya akan menimbulkan masalah di kemudian hari apabila dalam hal warisan tersebut tidak dipahami oleh anak angkat, dikarenakan menurut hukum Islam, anak angkat tidak berhak mendapatkan pembagian harta warisan dari orang tua angkatnya, maka sebagai solusinya menurut Kompilasi Hukum Islam adalah dengan jalan pemberian

“Wasiat Wajibah” sebanyak- banyaknya 1/3 (sepertiga) harta warisan orang tua angkatnya.95

Wasiat wajibah bagi anak angkat Pembagian harta warisan bagi umat Islam adalah suatu kewajiban, karena merupakan tasaruf terhadap harta peninggalan yang dilakukan setelah meninggalnya orang yang berwasiat dan berlaku setelah orang yang berwasiat meninggal dunia. Status dan keberadaan anak angkat akibat hukum pengangkatan anak dalam hukum Islam adalah sebagai berikut : bahwa status anak angkat tidak dihubungkan dengan orang tua angkatnya, tetapi seperti sedia kala, yaitu nasab tetap dihubungkan dengan orang tua kandungnya. Dari sudut hukum kewarisan Islam anak angkat tidak berhak menjadi ahli waris, namun dalam perkembangan hukum kewarisan Islam terdapat satu doktrin yang diterapkan dalam praktik yaitu wasiat wajibah.

Artinya satu wasiat yang wajib diberikan kepada orang yang tidak mungkin untuk memperoleh hak waris sesuai dengan hukum kewarisan islam. Golongan

95 Subiyanti, Jumadi Purwoatmodjo, Budi Santoso, Implementasi Wasiat Wajibah Untuk Anak Angkat Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), Jurnal Notarius Vol.12 Nomor 1 (2019), h. 314.

58

oang yang tidak berhak menjadi ahli waris yaitu diantaranya anak angkat. Oleh karena itu, anak angkat berhak menerima wasiat wajibah sebesar 1/3. Selain anak angkat, orang tua angkat juga berhak menerima wasiat wajibah dari anak angkatnya sebesar 1/3. Hal tersebut telah diatur di dalam kompilasi hukum Islam (KHI) Pasal 209 yang menjelaskan bahwa “terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak banyaknya 1/3 dari harta warisa orag tua angkatnya.”

Aturan mengenai wasiat wajibah yang ada dalam KHI merupakan reformasi hukum, pemberian bagian harta warisan sebanyak 1/3 bagi anak angkat dan orang tua angkat sebagai bentuk penyesuaian ketetapan hukum berdasar atas kebiasaan masyarakat di Indoneisa. Adanya Pasal 209 KHI tentang wasiat wajibah yang merupakan suatu produk pemikiran yang berkaitan dengan wasiat bercirikan indonesia, KHI telah melahirkan suatu hukum baru yag selama ini tidak dikenal dalam wacana fikqih. pemberian wasiat wajibah adalah jalan tengah yang diambil oleh para ulama penyusun KHI yang didalamnya terdapat ketentuan dalam Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam (KHI) terkait wasiat wajibah merupakan suatu pemikiran yang becirikan Indonesia. dengan adanya Pasal 209 dalam KHI, ternyata KHI telah melahirkan suatu hukum yang baru yang selama ini tidak dikenal didalam wacana fiqih. Wasiat wajibah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para ulama penyusun KHI yang diselaraskan dengan melalui kompromi antara pemikiran fiqih yang sangat keras dengan realitas masyarakat bahwa tidak sedikit dari orang yang telah berumah tangga tidak dikaruniai seorang anak, sehingga akhirnya orang-orang tersebut melakukan pengangkatan anak. 96

96 Feni Rosmala Rosa, Hak Wasiat Wajibah Anak Angkat Dalam KHI di Indonesia Perspektif Maqashid Syari’ah, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia), h. 17

59 BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KELURAHAN CIPAYUNG, KECAMATAN CIPUTAT, TANGERANG SELATAN BANTEN

A. Sejarah dan Letak Geografis Kecamatan Ciputat

Ciputat adalah sebuah Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Sebelum pendirian Kota Tangerang Selatan, Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Nama Ciputat, berasal dari bahasa sunda yang terdiri dari dua kosakata yaitu Ci dan Putat, Ci atau cai artinya air, Putat itu nama pohon. Pohon putat yang banyak tumbuh di kawasan Ciputat tempo dulu, yang sering dikonsumsi sebagai lalapan oleh masyarakat pada waktu itu, waktu itu, kawasan Ciputat masih disebut hutan belantara, dan kotanya adalah Lebak Bulus. Di Lebak Bulus inilah sering menjadi area atau medan untuk pertempuran antara pejuang kemerdekaan dengan penjajah Belanda saat itu.

Ciputat dahulu pernah masuk wilayah Jakarta dan pernah masuk pula ke Jawa Barat. Sekarang menjadi salah satu kecamatan di Banten, Kotamadya Tangerang Selatan. Orang-orang Ciputat sendiri paling senang disebut orang Jakarta, setelah Banten pecah dari Jabar, dipastikan Ciputat menjadi milik provinsi Banten. Dahulu, Ciputat masuk wilayah Kabupaten Tangerang.97 Ciputat menjadi bagian dari Tangsel, pada 29 Oktober 2008, melalui sidang paripurna pembentukan Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten di DPR, dengan pengesahan Undang-Undang No. 51 Tahun 2008. Sejak itulah, orang Ciputat sekarang, menjadi orang Banten.

Ciputat, dari letak geografisnya, saat ini berada diantara 3 provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta. Dari letak itu, Ciputat itu bisa dikatakan sebagai tanah tidak bertuan, tidak diakui DKI Jakarta, tidak diakui

97 https://tangselmedia.com/belajar-sejarah-ciputat-warga-tangsel-wajib-baca-ini.html Diakses pada Minggu, 17 Oktober 2021, Pukul 15.40 WIB.

60

Jabar dan Banten. Maka dari itu sangat wajar, pembangunan di kawasan tersebut kelihatan sangat lamban dan seperti tidak terurus. Kecamatan Ciputat terletak di bagian selatan kota Tangerang Selatan, luas Kecamatan Ciputat ini adalah 18,380 Km2, Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0–3%,98 sedangkan ketinggian wilayah dari permukaan laut 43 Dpal dan memiliki curah hujan rata-rata 2000-3000 mm/

tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, jumlah penduduk yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat pada tahun 2017 berjumlah 239.152 Jiwa, pada tahun 2018 berjumlah 245.727 Jiwa dan pada tahun 2019 sebanyak 252.262 Jiwa.99

Gambar Peta Wilayah Kecamatan Ciputat

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

98https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_15422536 80BAB_I_RPIJM_New_Profil_Tangsel.pdf diakses pada Minggu, 17 Oktober 2021, Pukul 15.45 WIB

99 https://tangselkota.bps.go.id/indicator/12/85/1/jumlah-penduduk.html Diakses pada Selasa, 19 Oktober 2021, Pukul 13.39 WIB.

61

Kecamatan Ciputat terdiri dari 7 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Ciputat, dengan Kode Pos 15411 2. Kelurahan Cipayung, dengan Kode Pos 15411 3. Kelurahan Serua, dengan Kode Pos 15414

4. Kelurahan Sawah Lama, dengan Kode Pos 15413 5. Kelurahan Sawah Baru, dengan Kode Pos 15413 6. Kelurahan Serua Indah, dengan Kode Pos 15414 7. Kelurahan Jombang, dengan Kode Pos 15414

B. Profil Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan 1. Data Wilayah Kelurahan Cipayung

Batas Wilayah Kelurahan Cipayung terdiri dari, Batas Utara yakni Kelurahan Ciputat; Batas Selatan yakni Kelurahan Pondok Cabe Udik; Batas Barat yakni Kelurahan Ciputat; Batas Timur yakni Kelurahan Pondok Cabe Ilir dan Kelurahan Pisangan. Luas Wilayah Kelurahan Cipayung ini adalah 249,499 Ha.

62

Gambar Peta Wilayah Kelurahan Cipayung

Sumber: Profil Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2021

2. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipayung

Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2021 penduduknya berjumlah 25.831 Jiwa, diantaranya penduduk laki-laki berjumlah 12.919 Jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 12.912 Jiwa.

Mayoritas agama masyarakat yang ada di Kelurahan Cipayung menganut agama Islam. Jumlah pemeluk agama Islam yakni 24.707 Jiwa, pemeluk agama Kristen berjumlah 701 Jiwa, pemeluk agama Katolik berjumlah 266 Jiwa, pemeluk agama Hindu berjumlah 11 Jiwa, pemeluk agama Budha berjumlah 133 Jiwa, dan pemeluk agama Konghuchu berjumlah 13 Jiwa.

63 3. Rata-rata Tingkat Pendidikan100

Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun 2021 Tingkat Pendidikan pada masyarakat yang ada di Kelurahan Cipayung dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, tidak atau belum sekolah sebanyak 4.543. Kedua, belum tamat SD sebanyak 2.431. Ketiga, tamat SD sebanyak. 3.218. keempat, tamat SMP sebanyak 2.901. Kelima, Tamat SLTA sebanyak 9.389. Keenam, tamat D1-2 sebanyak 95. Ketujuh, tamat D3 sebanyak 624. Kedelapan, tamat S1 sebanyak 2.394.

Kesembilan, tamat S2 sebanyak 219. Kesepuluh, tamat S3 sebanyak 17.

Dengan demikian jumlah keseluruhan sesuai dengan data dari kelurahan sebanyak 25.678.

4. Mata Pencaharian Masyarakat di Kelurahan Cipayung

Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun 2021 Tingkat Mata Pencaharian masyarakat di Kelurahan Cipayung dapat diuraikan sebagai berikut: Tidak/belum kerja sebanyak 4.629. Mengurus rumah tangga sebanyak 4.881. Pelajar mahasiswa sebanyak 6.057. Pensiunan sebanyak 277. PNS (Pegawai Negeri Sipil) sebanyak 343. TNI sebanyak 17. POLRI sebanyak 68. Perdagangan sebanyak 11. Petani pekebun sebanyak 7. Peternak sebanyak 11. Nelayan perikanan sebanyak 3. Industri sebanyak 7. Konstruksi sebanyak 2. Transportasi sebanyak 3. Karyawan swasta sebanyak 6.061. Karyawan BUMN sebanyak 64. Karyawan BUMD sebanyak 3. Karyawan honorer sebanyak 22.

Karyawan lepas sebanyak 180. Buruh tani perkebunan sebanyak 7. Buruh nelayan perikanan sebanyak 0. Buruh peternakan sebanyak 0. Pembantu RT sebanyak 4. Tukang cukur sebanyak 0. Tukang listrik sebanyak 1. Tukang batu sebanyak 1. Tukang kayu sebanyak 0. Tukang sol sepatu sebanyak 0.

Tukang las sebanyak 0. Tukang jahit sebanyak 2. Tukang gigi sebanyak 1.

100 Taufik Ismail, BA, Staff Kelurahan, Interview Pribadi, Ciputat 15 Desember 2021.

64

Penata rias sebanyak 0. Penata busana sebanyak 0. Penata rambut sebanyak 0. Mekanik sebanyak 0. Seniman sebanyak 7. Tabib sebanyak 0. Paraji sebanyak 0. Perancang busana sebanyak 0. Penerjemah sebanyak 0. Imam masjid sebanyak 0. Pendeta sebanyak 0. Pastor sebanyak 1. Wartawan sebanyak 15. Mubaligh/Ustad sebanyak 1. Juru masak sebanyak 0. Promotor sebanyak 0. Anggota DPR sebanyak 0. Anggota DPD sebanyak 0. Anggota BPK 0. Presiden sebanyak 0. Wakil Presiden sebanyak 0. Anggota MK sebanyak 0. Anggota Kabinet sebanyak 0. Duta Besar sebanyak 0. Gubernur sebanyak 0. Wakil Gubernur sebanyak 0. Bupati sebanyak 0. Wakil bupati sebanyak 0. Walikota sebanyak 0. Wakil Walikota sebanyak 0. Anggota DPRD Provinsi sebanyak 0. Anggota DPR Kabupaten sebanyak 1. Dosen sebanyak 27. Guru sebanyak 198. Pilot sebanyak 1. Pengacara sebanyak 1.

Notaris sebanyak 1. Arsitek sebanyak 1. Akuntan sebanyak 0. Konsultan sebanyak 3. Dokter sebanyak 25. Bidan sebanyak 17. Perawat sebanyak 18.

Apoteker sebanyak 0. Psikiater sebanyak 1. Penyiar TV sebanyak 0. Penyiar Radio sebanyak 0. Pelaut sebanyak 1. Peneliti sebanyak 0. Sopir sebanyak 32. Pialang sebanyak 0. Paranormal sebanyak 0. Pedagang sebanyak 46.

Perangkat Desa sebanyak 1. Kepala Desa sebanyak 0. Biarawati sebanyak 2.

Wiraswasta sebanyak 2.757. lainnya sebanyak 12. Dengan demikian jumlah keseluruhan sesuai dengan data dari kelurahan sebanyak 25.831.

C. Sejarah Masyarakat Betawi

Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jabodetabek dan sekitarnya. Sejarah masyrakat betawi dimulai Pada abad ke-10 setelah adanya proses pembentukan komunitas baru menjadi kelompok etnik baru, melalui proses asimilasi para pemukim awal berbahasa sunda dengan pendatang kalimantan barat berbahasa melayu polinesia, maka terbentuk kelompok atau suku baru yang disebut dengan melayu jawa, sebelum penyebutan suku ini berubah pada awal abad ke-19

65

menjadi “orang betawi”.101 Arti kata betawi pun mempunyai makna yaitu tanah yang kemerah merahan. Mereka adalah keturunan penduduk yang bermukim di Batavia (nama kolonial dari Jakarta) dari sejak abad ke-17. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Secara Ras/DNA atau genetika (gen), kelompok etnis ini lahir dari perpaduan etnis asli dengan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu dan lama hidup di Jakarta, seperti: Sunda, Melayu, Makassar, Jawa, Bugis, Tionghoa, Arab, Belanda, Portugis, Bali, & Ambon. Secara kesukuan, mulai dari kebudayaan, adat-istiadat, kuliner, kebiasaan masyarakat, tradisi, arsitektur bangunan, motif pakaian tradisional, seni musik, dan kesenian-kesenian lainnya, suku Betawi terpengaruh kuat dari kebudayaan Suku Melayu & Tionghoa. Bahkan menurut para pakar, hampir setengah dari kebudayaan Betawi ialah kebudayaan Tionghoa dengan setengahnya kebudayaan Melayu. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa adat, tradisi, kebiasaan, kesenian serta kebudayaan Betawi sangat bercorak Melayu & Islam. Sisanya, kebudayaan Betawi terpengaruh dari beberapa suku lain seperti: Sunda, Arab, Portugis, Jawa, Belanda, dan Bali.

Secara historis, Bahasa Betawi merupakan masyarakat multietnik yang membaur dan membentuk sebuah entitas baru. Suku Betawi terlahir karena adanya percampuran genetik/akulturasi budaya antara suku asli (dahulu dinamakan Sunda Kalapa) dengan suku-suku lain yang datang ke Jakarta, setelah adanya percampuran budaya, adat-istiadat, tradisi, bahasa, dan lainnya pada masa Hindia Belanda yang akhirnya dibuat sebuah komunitas besar di Batavia.102 Karena adanya pernikahan antar etnis, percampuran, akulturasi

101 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, (Jakarta: PT Gunara Kata, 1997) h. 14-16

102 https://egindo.com/sejarah-asal-usul-suku-betawi-dan-kebudayaannya/ Diakses pada Minggu, 27 Oktober 2021 Pukul 16.18 WIB

66

yang kuat komunitas ini lama kelamaan melebur menjadi suku/identitas baru yang dinamakan Betawi. Nama Betawi sendiri berasal dari kata Batavia yang lama kelamaan berubah menjadi Batavi, Batawi, Lalu kemudian "Betawi"

(disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal) hingga saat ini. Banyak yang berpendapat suku Betawi berasal dari suku asli Jakarta yaitu Sunda, karena juga wilayah Jakarta berada di tatar Pasundan dan memang merupakan wilayah Suku Sunda. Hal ini bisa dilihat dari bukti-bukti peninggalan sejarah yang membuktikan bahwa Sunda adalah penduduk awal Jakarta dan merupakan bagian dari kerajaan Sunda yaitu Tarumanagara. Orang-orang Sunda di Jakarta telah bercampur dengan berbagai ras, genetika, atau DNA dari suku-suku lain di Jakarta seperti: Melayu, Tionghoa, Jawa, Arab, Makassar, Bugis, Belanda, Portugis, Bali dan Ambon. Karena itulah nenek moyang orang Betawi itu bermacam-macam asalnya. Dikarenakan keberagaman dari berbagai suku yang mengalami pembauran dan akulturasi sehingga karena itu terbentuklah Suku Betawi.

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan

sejarahwan, seperti Ridwan Saidi ada beberapa acuan:

1. Pitawi (bahasa Melayu Polinesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batu Jaya.

Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Candi Batu Jaya, Tatar Pasundan, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.

2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) digunakan untuk menyebut giwang.

Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi yang

Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi yang