• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM HAK ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA

A. Kerangka Teori

1. Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald, Teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.34

Menurut Satijipto Raharjo, Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.35

Tujuan hukum pada hakikatnya menciptakan ketertiban dan memberikan rasa aman antar anggota masyarakat. Begitu pula dalam kedudukan hukum terhadap status anak menurut peraturan perundang-undangan. Kedudukan hukum yang dimaksud Menurut Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad mengenai kedudukan hukum menyampaikan bahwa:36 Perilaku masyarakat merupakan tanggapan atau reaksi yang terwujud dalam gerakan (sikap), tetapi juga gerakan badan atau ucapan di dalam masyarakat. Perilaku itu apakah, sesuai dengan status dan perannya. Status, yaitu mengenai posisi yang di duduki, sedangkan peran adalah perilaku yang diharapkan karena kedudukan kita. Hukum dikonsepsikan sebagai bentuk kesesuaian antara kedudukan dan peranan yang dibawakan seseorang dalam masyarakat.

34 Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 53.

35 Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 54.

36 Salim dan Erlies, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis, Rajagrafindo Persada, Jakarta, h. 142.

23

Penjelasan kedudukan hukum dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa utamanya kedudukan hukum itu menyangkut status dan peran terhadap subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban, apabila subjek hukum dipandang dari statusnya maka menyangkut mengenai posisi dan kedudukan si subjek hukum tersebut dan apabila dipandang dari perannya maka menyangkut perbuatan apa yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan si subjek hukum dalam kedudukannya.

Menurut pendapat Phillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.

Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan. Teori perlindungan hukum merupakan salah satu teori yang sangat penting untuk dikaji, karena fokus kajian teori ini pada perlindungan hukum yang diberikan kepada masyarakat yang berada pada posisi yang lemah, baik secara ekonomis maupun lemah dari aspek yuridis.37 2. Kepastian Hukum

Teori kepastian hukum yang dikemukakan oleh Bachsan Mustafa bahwasanya kepastian hukum dapat disimpulkan pada tiga makna yaitu, pasti mengenai peraturan hukumnya, pasti dengan kedudukan hukum dari objek dan subjek hukum, dan mencegah adanya perbuatan melawan hukum.

Teori kepastian hukum yang di kemukakan oleh Gustav Radbruch dalam Muhammad Erwin menyatakan bahwa sesuatu yang di buat pasti memiliki cita atau tujuan.38

37 Annisa Justisia Tirtakoesoemah dan Muhammad Rusli Arafat, Penerapan Teori Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Penyiaran, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Volume 18, No.1, 2019, h. 5.

38 Dyah Octhorina Susanti, Urgensi Pendaftaran Tanah (Perspektif Utilities dan Kepastian Hukum), Fakultas Hukum Universitas Jember, h. 11.

24 B. Pengangkatan Anak

1. Pengertian Anak

Menurut Poerwadarminta anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam suatu perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan.39 Dari pengertian yang diuraikan di atas nampak jelas perbedaan pengertian anak antara pengertian sehari-hari dengan pengertian secara hukum.

Penetapan asal usul anak dalam perspektif hukum Islam memiliki arti yang sangat penting, karena dengan penetapan itulah dapat diketahui hubungan nasab anak dengan ayahnya. Namun hukum Islam memberikan ketentuan lain, kata nasab secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, yaitu ﺐﺴ ﻧ– ﺐﺴﻨ ﯾ– ﺒﺎﺴﻧ apabila terdapat kalimat ﻞﺧ ﺮ ﻟ اﺐﺴﻧ berarti ﮫﺒﺴﻧ ﺮﻛ ذ و ﮫﻔﺻ و memberikan ciri-ciri dan menyebutkan keturunannya.40

Kata nasab telah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia dan diartikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai keturunan (terutama dari pihak bapak) atau pertalian keluarga. Disamping itu, Ensiklopedia islam mengartikan nasab sebagai keturunan atau kerabat, yakni pertalian keluarga melalui akad nikah perkawinan yang sah. 41

Kata nasab terkait erat dengan kalimat ﺐﺴﻟﻨ ا dan ﺮﮭﺼﻟ ا dalam QS. Al-Furqon (25) ayat 54, Al-qurtubi menafsirkan ayat di atas, mengatakan bahwa ا

ﻧ ﺴ

ﺐ dan ﺮﮭﺼﻟا keduanya bersifat umum yang mencangkup hubungan kerabat di antara manusia. Dalam hal ini secara lebih jelas Ibnu Al-Arabi sebagaimana dikutip oleh Al-Qurthubi menjelaskan, bahwa nasab adalah sebuah istilah yang menggambarkan proses bercampurnya sperma laki-laki dan ovum seorang wanita atas dasar ketentuan syariat. Jika melakukannya dengan cara maksiat, hal itu tidak lebih dari sekedar reproduksi biasa, bukan merupakan nasab yang

39 Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1976), h. 1-2.

40 M. Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, Edisi Kedua, 2013), h. 22.

41 Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia (Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil), Tangerang Selatan, YASMI (Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia), 2018, h. 230.

25

benar. Sehingga tidak masuk dalam kandungan ayat tahrim, maksudnya tidak ada pengaruh dalam masalah hubungan haram dan tidak haram untuk menikah, juga tidak berakibat adanya kewajiban iddah, sehingga seorang wanita yang hamil bukan karena menikah, melainkan dalam kasus married by accident, maka untuk menikah tidak perlu menunggu lahir anaknya.42

Pada dasarnya anak bagi orang tua mempunyai arti yang cukup banyak dan arti yang penting bagi anak antara lain:

a. Sebagai rahmat Allah b. Sebagai amanah Allah c. Sebagai penguji iman d. Sebagai media beramal e. Sebagai bekal di akhirat f. Sebagai unsur kebahagiaan

g. Sebagai tempat bergantung dihari tua h. Sebagai penyambung cita-cita

i. Sebagai makhluk yang harus di didik

Disamping itu hal yang pertama sebagai penerus keturunan yang akan merupakan cermin keberhasilan hidup dari orang tua yang melahirkan, membesarkan mendidiknya. Sesuai pula dengan kondisi anak yang senantiasa tumbuh dan berkembang, tumbuh badannya dan berkembang jiwanya. Faried Maa’aruf Noor, menyatakan terdapat beberapa aspek atau segi perkembangan anak antara lain:

a. Aspek Kognitif

Dalam hal ini anak yang semula tidak tau hal apa-apa, kemudian menjadi anak yang cukup cerdik dan pandai.

b. Aspek Perilaku Sosial

42 Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan di Indonesia (Sebuah Kajian dalam Hukum Islam dan Hukum Materil), Tangerang Selatan, YASMI (Yayasan Asy-Syari’ah Modern Indonesia), 2018, h. 231.

26

Dalam aspek ini anak yang semula pasif dalam menerima perlakuan sekitarnya, menjadi barang yang aktif memberi perlakuan pada sekitarnya, Sehingga dalam batasbatas tertentu dapat merubah keadaan yang ada di lingkungannya.

c. Aspek Emosional

Dalam aspek ini anak yang semula pasif untuk menerima sesuatu yang memberikan kebahagiaan dari orang lain, menjadi orang yang aktif untuk mendapatkan kebahagiaan atau membahagiakan orang lain.

d. Aspek Psikoseksual

Dalam aspek inni anak yang semula merasakan kenikmatan hanya dari sesuatu yang masuk dari mulut, menjadi orang yang dapat merasakan dari segi sesuatu yang diterimanya dari luar. Dengan demikian menjadi jelas, bahwa anak mempunyai arti pnting bagi setiap orang tua, dan dengan demikian orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak, memberi makan, pakaian, menjaga keselamatan, kesejahteraan lahir dan batin.43

e. Dalam Bidang Pendidikan Meliputi

1) Mendidik anak (memberi pendidikan kepada anak).

2) Mengembangkan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal.

3) Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan.

4) Mengembangkan rasa hormat terhadap orang tua, dan guru, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilai sendiri, nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, darimana anak berasal, dan peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri.

5) Mempersiapkan anaknya untuk bertanggung jawab dalam kehidupan.

6) Dapat menjawab keinginan dan pertanyaan anak.

43 Faried Ma’aruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera Dan Bahagia, (Jakarta: Gema Insan Press,1990), h. 55.

27

7) Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadab tanah air.44 f. Dalam Bidang Agama Meliputi

1) Azan bagi anak laki-laki dan iqamah bagi anak perempuan.

2) Memperdalam hubungan anak dengan Allah.

3) Memperkenalkan nikma dan karunia Allah.

4) Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama.

5) Memberi nama bagi anak.

6) Memperjelas nasab (keturunan).

7) Selalu mendo’akan kepada anaknya.45 g. Dalam bidang Emosional

1) Adanya rasa kasih sayang dan cinta kepada anak.

2) Harus mencerminnkan keteladanan yang baik karena anaknya akan selalu mengikuti jejak dan prilaku orang tuanya.

3) Mengikuti sagala tindak tanduk orang tuanya.

4) Berbuat dan bersikap adil dalam keluarga.

5) Bijak dalam membimbing.

6) Meluangkan waktu untuk bergaul dan bermain dengan anaknya 7) Harus baik tidak kasar dan bijak dalam mengungkapkan

kemarahannya terhadap anak.

8) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.46 h. Dalam Bidang Kesehatan Meliputi

1) Orang tua dan keluarga brtanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan merawat anak sejak dalam kandungan hingga dewasa.

2) Bila Orang tua dan keluarga tidak mampu melaksanakan tanggung jawab tersebut maka pemerintah wajib memenuhinya.47

44 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 135.

45 Zakiah Dradjat, ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1979), h. 36.

46 Majalah, Parent Guide (Better Parent-Better Generation), Edisi Tanggal 4 Oktober 2003, h. 22

47 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

28

Dari ketentuan tersebut di atas dapat diketahui, bahwa seorang anak mempunyai hak yang cukup menjamin terehadap kelangsungan hidup dan kebahagiaan anak yang bersangkutan. Anak yang sah tersebut berhak mendapat perhatian, baik dari segi perkembangan jiwanya ataupun pendidikan yang layak sampai anak itu berumur 18 tahun. Hal ini ditegaskan dalam pasal 47 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Kewajiban orang tua terhadap anak diatur dalam pasal 45 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu:

a) Kedua orang tua wajib memelihara anak-anak mereka sebaik-baiknya.

b) Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak kawin atau dapat berdiri sendiri. Kewajiban berlaku dimana terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus.

Dari ketentuan di atas dapat diketahui bahwa seorang anak mempunyai hak yang cukup menjamin terhadap kelangsungan hidup dan kebahagiaan anak yang bersangkutan. Disamping itu juga hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anak meliputi beberapa bidang antara lain:

i. Dalam bidang fisik/jasmani yaitu

1) Menyusui anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi orang yang ingin menyempurkan penyusunan. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan pemusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu ingin memberikan pembayaran menurut yang patut.

2) Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak karena pada dasarnya anak tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya, kecuali pemisahan tersebut merupakan keputusan yang terbaik bagi anak.

3) Mencukur rambut pada hari ke-17 setelah lahir.

4) Khitan (sunatan).

5) Memberi makan.

29 6) Memberi pakian.48

j. Dalam Bidang Pendidikan Meliputi

a) Mendidik anak (memberi pendidikan kepada anak).

b) Mengembangkan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal.

c) Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan.

d) Mengembangkan rasa hormat terhadap orang tua, dan guru, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilai sendiri, nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri.

e) Mempersiapkan anaknya untuk bertanggung jawab dalam kehidupan.

f) Dapat menjawab keinginan dan pertanyaan anak

g) Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadab tanah air.49 k. Dalam Bidang Agama Meliputi

1) Azan bagi anak laki-laki dan iqamah bagi anak perempuan.

2) Memperdalam hubungan anak dengan Allah.

3) Mencukur rambut pada hari ke-17 setelah lahir.

4) Khitan (sunatan).

5) Memberi makan.

6) Memberi pakian.50

l. Dalam Bidang Pendidikan Meliputi

1) Mendidik anak (memberi pendidikan kepada anak).

48 Adnan Hasan shahih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, (Jakarta: Gema Insani Press,1996), h. 44.

49 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 135.

50 Adnan Hasan shahih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, (Jakarta: Gema Insani Press,1996), h. 45.

30

2) Mengembangkan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal.

3) Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan.

4) Mengembangkan rasa hormat terhadap orang tua, dan guru, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilai sendiri, nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, darimana anak berasal, dan peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri.

5) Mempersiapkan anaknya untuk bertanggung jawab dalam kehidupan.

6) Dapat menjawab keinginan dan pertanyaan anak.

7) Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadab tanah air.51 8) Dalam Bidang Agama.

9) Azan bagi anak laki-laki dan iqamah bagi anak perempuan

Memperdalam hubungan anak dengan Allah didapat diwaktu kecil.

Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik pengalaman pahit mupun menyenangkan semuanya memberi pengaruh dalam kehidupan anak nantinya.

2. Pengertian Perlindungan Anak

Sebagian ulama menyamaka pengertian hadhānah dengan kafālah. Secara bahasa hadhānah berarti memelihara, mengurus mengasuh, merawat, dan menjaga, sedangkan kafālah berarti menjamin dan memikul tanggung jawab atas suatu urusan. Akan tetapi, al-Mawardi membedakan pengertian kedua istilah tersebut berdasarkan fase usia dan perkembangan si anak. Kedua istilah tersebut (hadhānah dan kafālah) merupakan dua dari empat fase anak, yang harus diperhatikan ketika terjadi perceraian di antara kedua orang tua si anak. Keempat fase tersebut ialah: 1) radhā`(penyusuan), yaitu fase untuk anak yang belum mencapai usia dua tahun; 2) hadhānah(pengasuhan dan

51 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya), h. 136.

31

pemeliharaan), yaitu fase untuk anak yang belum mumayyiz (biasanya di bawah usia tujuh tahun); 3) kafālah (penjagaan dan perlindungan), yaitu untuk anak yang sudah mumayyiz (usia tujuh atau delapan tahun), tetapi belum balig; dan 4) kifāyah (mencukupi keperluan), yaitu untuk anak yang sudah dewasa dan sudah mandiri, sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Pada fase keempat ini, tidak ada kewajibanorang tua untuk mengurus dan memenuhi segala kebutuhan anak tersebut. Jika dilihat dari hakikat perlindungan anak yang berarti pemenuhan hak-hak anak dan didasarkan pada pernyataan al-Mawardi di atas, hadhānah (dalam pengertian yang sempit, yaitu mengurus dan memelihara anak) merupakan salah satu bentuk perlindungan anak. Hal ini senada dengan pernyataan Wahbah al-Zuhaili bahwa hak-hak anak mencakuplim hal, yaitu: (1) nasab (identitas diri);

(2) radhā` (penyusuan); (3) hadhānah (pengasuhan dan pemeliharaan); (4) wilāyah (perwalian); dan (5) nafaqah (pemberian nafkah). Dengan demikian, menurut al-Mawardi dan al-Zuhaili, hadhānah merupakan salah satu bentuk perlindungan anak, selain pemberian identitas, penyusuan, perwalian, dan pemberian nafakah. Bentuk perlindungan anak tersebut, antara lain, didasarkan pada fase perkembangan anak. Hal ini sebagaimana diungkapkan al-Mawardi di atas, dan ungkapan al-Zuhaili bahwa wilāyah (perwalian) dilaksanakan setelah fase hadhānah (pengasuhan dan pemeliharaan). Akan tetapi, sebagian besar ahli hukum Islam (fiqh) menggunakan istilah hadhānah, sebagaimana dipaparkan pada uraian sebelumnya, dalam pengertian yang luas, yang mengandung makna yang sama dengan perlindungan anak, yaitu memenuhi segala kebutuhan (baik kebutuhan fisik maupun nonfisik) anak yang tidak mampu mandiri, baik karena anak itu masih kecil atau karena cacat.

Istilah yang lebih tepat digunakan untuk pengertian perlindungan anak dalam hukum Islam ialah al-wilāyah, karena perlindungan anak mencakup semua aspek yan berkaitan dengan anak baik fisik, mental, maupun spiritual, baik yang menyangkut diri pribadinya ataupun hartanya. Dari paparan diatas, dapat disimpul kan bahwa hakikat perlindungan anak dalam hukum Islam

32

adalah pemenuhan hak-hak anak dan perlindungannya dari hal-hal yang dapat membahayakan diri, jiwa, dan hartanya, yang mencakup aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial anak.

Menurut Shanty Dellyana bahwa Perlindungan Anak (PA) adalah suatu usaha mengadakan kondisi yang melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Perlindungan Anak (PA) harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Irma Setyowati Soemitro perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua pengertian:

a. Perlindungan anak bersifat yuridis Yaitu meliputi perlindungan dalam:

1) Bidang hukum publik.

2) Bidang hukum perdata.

b. Perlindungan anak bersifat non yuridis yang meliputi:

1) Bidang sosial.

2) Bidang Kesehatan.

3) Bidang Pendidikan.

3. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal, bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. Dalam konsep sosiologi, keluarga sebagai bagian unit terkecil dari masyarakat memegang peran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika unit sosial terkecil itu baik, maka baiklah masyarakat, bangsa, dan negara dan sebaliknya, jika keluarga itu berantakan, maka masyarakat, bangsa dan negara juga berantakan. Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

1. Menurut Depkes RI (Effendy, 1998: 32) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

33

berkumpul dan tinggal di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2. Menurut Salvicion G. Balion dan Aracelis Malaya (Effendy, 1998: 32) Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungagnlarah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka"ridup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan seta mempertahankan kebudayaan.

3. Menurut Friedman, 1998 (Suprajitno 2004: 1) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan emosi dan individu mempunyai peran masing-masing yangmerupakan bagian dari keluarga.

4. Menurut Sayekti 1994 (Suprajitno, 2004: 1) Keluarga adalah satu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri, atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

5. Menurut Effendy (2005) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

6. Menurut Nar woto dan Suyanto Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial yang lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di dunia, keluarga merupakan suatu kebutuhan manusia yang universal dan menjadi hal yang terpenting dari kegiatan dalam kehidupan setiap individu.

7. Menurut Sigmund Freud Keluarga pada dasarnya terbentuk karena hadirnya perkawinan pria dan wanita.

8. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah

34

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas suami-istri, atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

9. Menurut Duvall dan Logan Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang memiliki tujua untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, emosional, mental dan sosial dari setiap anggota keluarga.

10. Menurut A. A.M. Rose Keluarga adalah kelompok sosial terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi.

11. Menurut B. Francis F. Merrill Keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Hubungan sosial di antara anggota keluarga relative tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, atau adopsi.

Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga adalah suatu organisasi atau lembaga terkecil yang membentuk masyarakat. Hal ini dari pendapat yang dikemukakan oleh Goode, bahwa masyarakat adalah struktur dapat disimpulkan yang terdiri dari keluarga” dan untuk membentuk keluarga ini perlu adanya iaktan perkawinan yang diakui baik oleh masyarakat maupun agama.52

Dengan demikian keluarga adalah suatu bentuk ikatan yang sah antara laki-laki dengan perempuan melalui perkawinan. Dari ikatan tersebut lahirlah keturunan yang secara hukum menjadi tanggung jawab suami dan istri atau ibubapak dalam membina dan mengembangkan mereka.

Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal satu disebutkan:

52 William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Bumi Aksara: Jakarta, 1991) , h. 2.

35

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.53

Pengertian keluarga ini dalam masyarakat indonesia terbagi dalam dua pandangan:

1. Keluarga dipandang dalam satu kesatuan kecil yaitu terdiri dari bapak ibu dan anak.

2. Keluarga dipandang dari pertalian darah bersama suami atau istri yaitu kakak, adik, kakek-nenek, ibu-bapak kemenakan dari pihak suami dan isteri. Pembentukan keluarga sebagai manusia tersebut diatas juga telah digariskan Agama, firman Allah SWT:

Artinya: “Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (Q.S al-Baqarah :187 ).54

Di lain Surat, Allah berfirman:

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasannya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan di jadikan diantaramu rasa kasih dan sayang.” (Q.S ar-Rum Ayat 21).55

Sejalan dengan ayat-ayat diatas adalah perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sesuai dengan tuntunan Agama. Sehingga dalam batas-batas tertentu dapat merubah keadaan yang ada di lingkungannya. Menurut Faried Ma’aruf bahwa anak mempunyai arti pnting bagi setiap orang tua, dan dengan demikian orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak, memberi makan, pakaian, menjaga keselamatan, kesejahteraan lahir dan

Sejalan dengan ayat-ayat diatas adalah perkawinan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sesuai dengan tuntunan Agama. Sehingga dalam batas-batas tertentu dapat merubah keadaan yang ada di lingkungannya. Menurut Faried Ma’aruf bahwa anak mempunyai arti pnting bagi setiap orang tua, dan dengan demikian orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak, memberi makan, pakaian, menjaga keselamatan, kesejahteraan lahir dan