• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV POLA PENGANGKATAN ANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

B. Kebiasaan-kebiasaan dan Faktor-faktor Pengangkatan Anak Yang Terjadi di

Pengangkatan anak yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Betawi di kecamatan Ciputat ini masih banyak yang menggunakan hukum adat, dimana mereka beranggapan kemudahan dan tidak banyaknya biaya yang dikeluarkan. Ketika seseorang menggunakan hukum adat ini dalam proses tersebut, mereka hanya melibatkan tokoh masyarakat adat setempat serta RT, RW, dan keluarga inti baik dari orang tua kandung maupun calon orang tua angkat tersebut untuk menyaksikan proses serah terima anak angkat kepada calon orang tua angkat yang kemudian dilanjutkan dengan acara syukuran atau selamatan dengan tujuan untuk memberikan keselamatan bagi calon anak angkat dan calon orang tua angkat.115

Ada dua faktor yang sangat mendasar mengapa suatu keluarga melakukan pengangkatan anak jika disimpulkan, (1) faktor biologis (2) faktor belas kasihan, faktor biologis yaitu sebuah pernyataan prediksi dari seorang dokter bahwa tidak atau susah mendapatkan anak (keturunan), jadi sebuah tabiyat/

naluriyah sebuah keluarga disini maksudnya suami atau istri untuk mendidik, mengasuh dan menjaga anak, oleh karena itu diangkatlah seorang anak, bahkan lebih dari satu. Faktor belas kasihan yaitu sebuah motif pengangkatan anak didasari rasa iba, mengingat orang tua kandung tidak mampu atau sudah meninggal dunia, oleh karena itupun diangkatlah seeseorang anak untuk dididik, disekolahkan dan dijaga.

Secara garis bersarnya makna/ esensi secara filosofisnya adalah karena sifat dari masyarakat adat Betawi yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi terhadap salah seorang anggota keluarganya ataupun yang bukan anggota keluarganya (orang lain) untuk menolongnya karena ketidak

115 Syahdan El Hayat, Hak Anak Angkat Pada Masyarakat Adat Betawi Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Studi Kasus Kecamatan Cilandak), Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Hukum Keluarga, h. 70.

79

sanggupan orang tua kandungnya sebab alasan tertentu seperti ekonomi, ketidak sanggupan mengurus anak, salah satu orang tuanya meninggal dunia, atau hal lain yang dapat menelantarkan anak tersebut. Terkadang ada pula yang memang sengaja untuk mengadopsinya dengan harapan mereka dapat memiliki keturunan dengan mengangkat atau adopsi anak tersebut.

Pengangkatan anak yang terjadi pada masyarakat Betawi ini diambil dari kekerabat atau saudara terdekat dimana anak yang diangkat ini merupakan anak dari saudara dekat atau masih memiliki hubungan kekeluargaan, yang bertujuan antara lain agar dapat saling membantu dalam hal meningkatkan kesejahteraan antar sanak saudara dan mempermudah orang tua kandung untuk sama-sama mengawasi proses tumbuh kembang si anak. Terkadang pula hal lain yang menyebabkan pengangkatan dari kekerabatan ini karena faktor anak angkat bukanlah mahram, sehingga jika anak angkat itu laki-laki maka wajib bagi ibu angkatnya maupun anak-anak perempuan kandungnya untuk memakai hijab yang menutupi aurat di depan anak angkat tersebut, sebagaimana seharusnya Ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram.116

Fakta sosial yang terjadi dalam masyarakat Ciputat berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap orang tua kandung, bahwa pengangkatan anak yang terjadi dikarenakan keterbatasan yang dialami oleh orang tua kandung dalam segi ekonomi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk merawat empat orang anak tanpa suami, maka dari itu orang tua kandung tersebut berusaha merelakan hak asuh tersebut dengan alih memberikan tanggung jawab untuk membantu merawat dan mendidik secara penuh baik jasmani maupun rohani. Walaupun secara batiniah seorang ibu kandung tersebut merasa tidak sanggup untuk merelakan anaknya dirawat oleh orang lain.117

116 Syahdan El Hayat, Hak Anak Angkat Pada Masyarakat Adat Betawi Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Studi Kasus Kecamatan Cilandak), Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, Hukum Keluarga, h. 69.

117 Wawancara dengan ibu Ade Rachmawati, Orang Tua Kandung, Via VoiceNote Whatsapp, Dubai, Pada hari Minggu, 17 Oktober 2021, Pukul 15.30 WIB.

80

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dari orang tua angkat yakni Ibu Hani dan Bapak Erwin bahwa pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang tua angkat didasarkan karena faktor biologis, yang mana pasangan tersebut tidak mempunyai seorang anak dikarnakan pasangan tersebut pernah mengalami keguguran pada kandungan yang pertama, dari hal tersebut pasangan itu mengalami trauma yang mendalam untuk mempunyai seorang anak kandung dari rahim sang ibu.

Selanjutnya faktor pengangkatan tersebut juga didasari oleh faktor belas kasihan, dengan alih melihat kondisi ekonomi dan rasa empati terhadap wafatnya suami dari Ibu Ade selaku orang tua dari anak tersebut yang mana keadaannya seorang ibu bekerja seorang diri untuk menghidupkan 4 orang anaknya, dari hal tersebut Bapak Erwin dan Ibu Hani beritikad untuk membantu meringankan beban dari orang tua kandung tersebut dengan niat ingin mengasuh salah satu anaknya. Keterbatasan ekonomi orang tua kandung dan besarnya tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga akibat wafatnya seorang suami menjadikan Ibu Ade (Ibu Kandung) merelakan hak asuh anak kandungnya yang Bernama Alif kepada Ibu Hani dan Bapak Erwin sebagai orang tua sambung.118

Faktor pengangkatan anak yang dilakukan Bapak Erwin dan Ibu Hani dengan beritikad untuk membantu meringankan beban dari orang tua kandung tersebut sesuai dengan pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, bahwa pasangan Bapak Erwin dan Ibu Hani sebagai orang tua angkat telah memenuhi syarat sebagaimana dalam pasal tersebut bahwa mereka sehat jasmani dan rohani;

berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun; beragama sama dengan agama calon anak angkat; berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan; berstatus

118 Wawancara dengan bapak Erwin dan ibu Hani, Orang Tua Angkat, Dirumah orang tua angkat, Ciputat, Pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021, Pukul 18.38 WIB.

81

menikah paling singkat 5 (lima) tahun; tidak merupakan pasangan sejenis;

tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak;

dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial; dan memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak.119

Menurut penjelasan Bapak Erwin, bahwa sebenarnya dalam islam pengangkatan anak itu tidak ada, namun karena beliau merasa iba terhadap orang tua kandung Alif dan melihat kondisi ekonomi beliau, maka Bapak Erwin dan Ibu Hani bersedia untuk membantu mengadopsi Alif sebagai anak angkat secara lahir dan batin, serta memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya.120 Keputusan ini berakhir dengan hasil musyawarah dan mufakat dari keluarga besar kedua belah pihak baik dari orang tua kandung yakni Ibu Ade (keponakan orang tua angkat) maupun dari orang tua yang mengasuh anak tersebut yakni Ibu Hani dan Bapak Erwin (Bibi dan Paman).

Menurut Bapak Hari Setiadi Subkoordinator Pengangkatan Anak Kementrian Sosial Republik Indonesia bahwa mayoritas faktor pengangkatan anak yang terjadi di masyarakat adalah kurangnya pengetahuan hukum mengenai prosedur pengangkatan anak dan sulitnya proses administrasi pengangkatan anak yang terlalu lama di Kementerian Sosial Republik Indonesia yakni waktu prosesnya minimal 9 bulan dan maximal 1 tahun, sehingga hal tersebut menyebabkan masyarakat tidak taat pada prosedur hukum yang ada yakni sesuai dengan Peraturan Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak bahwa tahapan proses pengurusan perizinan pengangkatan anak harus melalui:

1. Konsultasi

2. Melengkapi Dokumen

3. Izin Proses Pengangkatan Anak 4. Home Visit I

119 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

120 Wawancara dengan bapak Erwin, Orang Tua Angkat, Dirumah orang tua angkat, Ciputat, Pada hari Sabtu, 16 Oktober 2021, Pukul 18.38 WIB.

82

5. Laporan Sosial Calon Orangtua Angkat 6. Surat Izin Pengasuhan Anak

7. Home Visit II

8. Laporan Perkembangan Anak 9. Sidang Tim PIPA

10. Laporan Hasil Sidang

11. Surat Izin Pengangkatan Anak

C. Implikasi Hukum Anak Yang di Adopsi Tanpa Penetapan Pengadilan